AHY Sebut Kebijakan Tarif Resiprokal Trump Bukan Sekadar Strategi Ekonomi

1 day ago 3

TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Eksekutif The Yudhoyono Institute (TYI) Agus Harimurti Yudhoyono alias AHY menanggapi kebijakan tarif resiprokal yang sempat diumumkan Presiden Donald Trump. AHY menyebut kebijakan tarif tinggi yang diberlakukan Trump bukan sekadar strategi ekonomi. "Ini adalah simbol kembalinya pendekatan realisme ofensif melalui pendekatan ekonomi dan hubungan internasional," kata AHY dalam acara diskusi Dinamika dan Perkembangan Dunia Terkini: Geopolitik, Keamanan dan Ekonomi Global yang diselenggarakan TYI di Jakarta, Minggu, 13 April 2025.

Realisme ofensif merupakan teori hubungan internasional yang menyatakan negara-negara cenderung bersaing dan berperilaku agresif.

Sebelumnya, Trump menerapkan kebijakan tarif resiprokal sebesar 32 persen terhadap produk-produk Indonesia. Trump juga menerapkan tarif 145 persen untuk Cina yang merupakan rival dagang Amerika. AHY mengatakan kenaikan tarif tersebut berdampak pada kondisi pasar keuangan maupun sektor ril. Dampaknya, risiko resesi global tahun ini bisa meningkat panjang. "Unfortunately, ini adalah fakta baru dunia," tutur Ketua Umum Partai Demokrat ini.

AHY mengatakan kebijakan tarif tinggi Trump akan membawa dunia menuju dua arah yang ekstrem. Pertama, terjadinya perlawanan kolektif. Negara-negara akan menjauhi dominasi Amerika Serikat dan membangun ekonomi baru.

Kedua, jika kebijakan Trump efektif, dunia justru semakin tunduk pada satu kekuatan yang semakin hegemonik, yaitu Amerika Serikat. "Apapun hasilnya, satu hal yang pasti, kita menghadapi risiko fragmentasi. Bukan hanya secara ekonomi, tapi juga secara politik dan keamanan," kata AHY.

Terbentuknya aliansi baru, menurut dia, akan membuat polarisasi semakin tajam. Konflik yang terjadi lama juga berpotensi membesar dan negara-negara besar saling berpengaruh. "Asia Pasifik, termasuk kita, akan menjadi panggung utama dinamika ini," kata putra sulung Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono itu.

Oleh karena itu, AHY menuturkan, Indonesia harus bekerja keras mempertahankan kedaulatannya. Pertama, Indoensia harus memperkuat struktur ekonomi domestik. Ketika ekspor Indonesia menghadapi tekanan serius, maka harus bekerja keras mempertahankan pertumbuhan ekonomi. Caranya, menjaga daya beli masyarakat dan stabilitass harga.

Di samping itu, kita harus mendatangkan investasi untuk melanjutkan pembangunan dan membuka lapangan pekerjaan," ujar AHY. Strategi lainnya, ia menambahkan, Indonesia perlu mengubah krisis menjadi peluang. Menurut AHY, kebijakan tarif tinggi Trump bisa dimanfaatkan menjadi momentum untuk mendorong transmformassi ekonomi Indonesia, mempercepat generalisasi, dan ddigitalisasi.

Selain itu, AHY mengatakan, Indonesia perlu menujukkan ekonomi hijau, teermasuk transisi menuju energi terbaukan. Kemudian, mengarah pada diversifikassi pasar dan mitra strategis. " Kita harus aktif mengembangkan perdagangan di sejumlah kawasan potensial, seperti Eropa, Asia Selatan, Timur Tengah, Afrika, Amerika Latina, dan negara-negara drum south lainnya," tutur AHY. 

Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Pangan Zulkifli Hasan alias Zulhas mengatakan pemerintah Indonesia tidak akan membalas kebijakan tarif impor yang diberlakukan Trump. Ia berujar, Indonesia akan menggunakan langkah diplomasi dan negosiasi. "Kami lakukan pembicaraan diplomasi, karena kami lihat, kita ini saling membutuhkan," ujar Zulhas di Kantor Kemenko Bidang Pangan, Jakarta Pusat, Selasa, 8 April 2025. 

Dia mengatakan, ada banyak jalan bagi RI terkait kebijakan tarif Trump ini. Dia menyebut importasi sejumlah komoditas dari AS. "Misalnya, kita impor miyak kan besar tuh, impor terigu besar, kita juga impor kedelai. Saya kira bisa dibicarakan, bisa dinegosiasikan," kata dia.

Annisa Febiola berkontribusi dalam penulisan artikel ini.

Pilihan editor: Direktorat Jenderal Pajak Catat Ada 13 Juta Laporan SPT Tahunan 2024 yang Masuk

Read Entire Article
Bogor View | Pro Banten | | |