Refleksi Konferensi Asia Afrika, Usman Hamid: Soeharto Tak Layak Jadi Pahlawan

8 hours ago 4

TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Eksekutif Amnesty International Indonesia Usman Hamid mengkritisi rencana pemerintah memberikan gelar pahlawan nasional kepada presiden ke-2, Soeharto. Kritik itu ia sampaikan saat memperingati hari Konferensi Asia Afrika atau KAA yang digelar di Bandung 70 tahun yang lalu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Kalau berefleksi dari KAA, justru Soeharto menjadi semakin tidak layak" ujar Usman di Jakarta pada Sabtu, 26 April 2025. 

Konferensi Asia Afrika sendiri merupakan sebuah konferensi tingkat tinggi yang diadakan oleh negara-negara dari Asia dan Afrika. Kehadiran KAA bertujuan untuk saling membantu menghapus penjajahan di kedua wilayah tersebut pascaperang dunia ke II. 

Menurut Usman, selain sejarah kelam pelanggaran hak asasi manusia yang nyata telah dilakukan oleh Soeharto di Indonesia, kepala keluarga Cendana itu juga terlibat dalam pembubaran paksa konferensi Asia dan Afrika.

Soeharto bersama dengan Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) disebut bekerjasama menjatuhkan para kepala negara di wilayah Afrika, seperti Presiden Kongo Patric Lumamba (1961), President Brazil João Goular, dan Presiden Soekarno (1965). 

"Soeharto lalu berkolaborasi dengan kekuatan barat untuk mengakhiri KAA, setelah banyak pemimpin KAA justru dijatuhkan," kata Usman. 

Dia menuturkan, Indonesia mustahil maju jika para pemimpin tidak mengingat sejarah hak asasi manusia yang pernah diperjuangkan. Aktivis HAM itu mengutip sebuah ungkapan dari Bapak Proklamator Indonesia. 

"Marilah kita ingat bahwa tujuan tertinggi manusia adalah terbebasnya manusia dari belenggu ketakutannya, dari belenggu kehinaan manusiawinya, dari belenggu kemiskinannya," demikian Bait yang dikutip Usman dari presiden pertama, Soekarno. 

Dalam rangka merefleksikan Konferensi Asia-Afrika itu, Usman bersama grup musiknya The Blackstones merilis album berjudul 'Bumi dan Aku Kini'. Album piringan hitam itu beirisi 9 lagu yang kental dengan pesan kritik sosial tentang hak asasi manusia, keadilan sosial, dan lingkungan hidup. Beberapa di antaranya ialah berjudul Munir, Bumi dan Aku Kini. 

Dalam rilis albumnya kali ini, The Blackstones menggandeng mantan vokalis Dewa 19 yang kini menjadi politisi dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Once Mekel. Kemudian ada juga putra dari penyair Wiji Thukul, Fajar Merah. 

Read Entire Article
Bogor View | Pro Banten | | |