Jarum dalam Jerami: Tari Kontemporer Indonesia akan Dipentaskan di Singapura

6 hours ago 2

TEMPO.CO, Jakarta - Serbuk jerami berhamburan saat empat penari mendorong tongkat kayu di atas panggung, menyeret-nyeret jerami yang memenuhi lantai. Suasana mengingatkan pada kegiatan petani seusai panen, seperti menjemur dan meratakan padi di tanah lapang. Tumpukan jerami perlahan terbentuk, lalu kembali disebar ke seluruh lantai dalam gerakan berulang dan ritmis.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Enam penari kemudian mengepung bukit kecil jerami. Seorang penari dibimbing menaiki tumpukan itu, menggerakkan tubuhnya memutar perlahan, diiringi dentang bertalu. Kakinya terangkat setinggi lutut, berputar kian cepat, membuat serbuk-serbuk jerami makin tersebar. Sesekali, para penari membungkuk, bertepuk tangan, berjongkok, lalu bergerak dalam lingkaran kecil, menendang-nendang jerami yang beterbangan.

Inilah sepotong koreografi Jarum dalam Jerami karya Hartati, salah seorang koreografer dan penari sanggar Gumarang Sakti yang akan kembali dipentaskan. Kali ini di Esplanade Theater, Singapura, pada 2 dan 3 Mei 2025. Karya ini menjadi bagian dari Pesta Raya – Malay Festival of Arts 2025.

Membawakan Kembali Jarum dalam Jerami

Karya ini sebelumnya sudah pernah ditampilkan dua kali pada November dan Desember 2022 lalu, yakni di acara Alek Mandeh, Kabupaten Sijunjung, Sumatera Barat, dan Jakarta International Contemporary Dance Festival (JICON), Jakarta. Ditemui Tempo usai latihan di Institut Kesenian Jakarta (IKJ), Cikini, Jakarta Pusat pada Jumat, 25 April 2025 Hartati menjelaskan bahwa saat tampil di Singapura nanti hanya ada sembilan penari. “Lebih ramping dibanding saat kami tampil di ISI dengan 14 orang atau di Graha Bhakti Budaya dengan 15 orang," ucapnya.

Koreografer Hartati saat ditemui usai rehearsal Pementasan “Jarum dalam Jerami” di Institut Kesenian Jakarta (IKJ) pada Jumat, 25 April 2025. Tempo/Jasmine

Berbeda dari sebelumnya, kali ini hanya dua penari dari Sumatera Barat yang terlibat, sementara tujuh lainnya berasal dari Jakarta. Hartati menjelaskan bahwa mereka akhirnya memilih penari yang paling fleksibel, yakni yang sudah menyelesaikan kuliah atau tidak terikat kegiatan lain. Dua penari dipilih dari Sumatera Barat, sementara sisanya dipersiapkan di Jakarta.

Persiapan Para Penari

Dalam persiapannya, para penari lebih dulu menonton dokumentasi video pertunjukan dan latihan sebelumnya. Mereka kemudian dibagi peran sebelum masuk ke latihan fisik. Menurut Hartati, nantinya para penari sudah punya bekal tanggung jawab masing-masing saat mulai berlatih. “Bagian mana yang harus dikuasai, ekspresi seperti apa yang dibawa," ujarnya.

Pendekatan ini diperlukan karena sebagian besar penari baru tidak terbiasa dengan sawah, berbeda dengan penari asal Sumatera Barat. “Mereka sangat mengenal bagaimana rasanya menari di atas jerami,” kata Hartati. Selain itu, teknik gerakan juga mengalami penyesuaian. Teknik berputar di atas jerami, misalnya, tak bisa dilakukan sepenuhnya karena risiko terpeleset. 

Rehearsal Pementasan “Jarum dalam Jerami” karya Koreografer Hartati di Institut Kesenian Jakarta (IKJ) pada Jumat, 25 April 2025. Merupakan pentas terakhir menjelang penampilan di Pesta Raya Festival di Esplanade, Singapura. Tempo/Jasmine

Tantangan Membawa Jerami Seberat 250 Kilogram

Karya berdurasi hampir 50 menit ini menjadi salah satu sajian seni tari kontemporer Indonesia. Demi membangun panggung pertunjukan secara utuh, tim produksi mendatangkan 250 kilogram jerami dari Kedah, Malaysia. Singapura, yang tidak lagi memiliki sawah, tentu saja tidak bisa menyediakan jerami lokal. “Kepastian kami waktu itu memang tentang jerami,” ungkap Hartati. Perlakuan terhadap jerami pun ketat, termasuk penyemprotan khusus menggunakan disinfektan dan cairan khusus agar tidak mudah terbakar di dalam teater.

Hartati menilai, Jarum dalam Jerami bukan sekadar karya tari, namun untuk menghormati peran petani, budaya agraris, dan menjadi pintu masuk untuk memahami kedekatan manusia dengan alam yang kini perlahan terkikis oleh derasnya arus industrialisasi.

Penghormatan untuk Gusmiati Suid 

Hartati menciptakan Jarum dalam Jerami sebagai respons terhadap karya Api dalam Sekam karya mendiang Gusmiati Suid, gurunya di Gumarang Sakti. Jika Api dalam Sekam merefleksikan ketegangan politik menjelang keruntuhan Orde Baru, Jarum dalam Jerami menyoroti kondisi masyarakat pascareformasi. “Karya saya menyoroti situasi sekarang, setelah dua dekade lebih Orde Baru runtuh,” kata dia.

Kondisi tersebut menjadi pemantik agar semua orang bersikap waspada. “Perlu agak tenang, teliti, dan lebih berhati-hati lantaran kehancuran dapat terjadi akibat itu semua,” kata dia menambahkan. Bagi Hartati, jarum adalah simbol dari hal-hal kecil yang bisa mencelakakan dalam kehidupan.

Read Entire Article
Bogor View | Pro Banten | | |