Mengapa Prabowo Dianggap Keliru Mengutus Jokowi ke Pemakaman Paus Fransiskus

6 hours ago 3

TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Prabowo Subianto menunjuk Joko Widodo sebagai utusan pemerintah yang hadir ke pemakaman Paus Fransiskus di Vatikan. Jokowi berangkat bersama utusan lain, seperti Menteri HAM Natalius Pigai, Wakil Menteri Keuangan Thomas Djiwandono, dan mantan Menteri ESDM Ignasius Jonan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Belum ada penjelasan dari Istana ihwal alasan mengutus Jokowi ke Vatikan. Menteri Sekretaris Negara Prasetyo Hadi hanya menjelaskan bahwa Jokowi bersama utusan lain membawa surat pribadi Presiden Prabowo ke pemerintah Vatikan.

Pesan itu berisi harapan kepala negara agar semangat Paus Fransiskus dalam membela pihak yang lemah tetap diteruskan. Prabowo juga menyampaikan pesan ihwal rasa kehilangan yang dialami masyarakat Indonesia.

Sementara itu, Sekretaris Jenderal Partai Gerindra Ahmad Muzani mengatakan alasan Prabowo mengutus Jokowi ke Vatikan berkaitan dengan perjalanan apostolik yang dilakukan Paus Fransiskus ke Indonesia pada September tahun lalu.

Muzani berujar saat kunjungan tersebut Jokowi masih menjabat presiden dan dialah yang bertemu langsung dengan Paus Fransiskus. “Sehingga Pak Prabowo merasa tingkatnya adalah tingkat kepala negara ketika itu. Itu sebabnya yang diminta adalah Pak Jokowi untuk menghadiri dan mewakili pemerintah dan rakyat serta bangsa Indonesia di Vatikan,” ucap Muzani di Kompleks MPR/DPR/DPD pada Jumat, 25 April 2025. 

Keputusan Prabowo mengutus Jokowi dinilai blunder oleh Direktur Eksekutif Para Syndicate Virdika Rizki Utama. Dia mempersoalkan rekam jejak Jokowi yang masuk dalam nominasi tokoh terkorupsi pada 2024 oleh Organized Crime and Corruption Reporting Project (OCCRP).

Dia mengatakan, rekam jejak Jokowi sebagai tokoh terkorupsi sudah tercatat dalam memori politik internasional. "Mengutus Jokowi seperti mengirim pesan blunder. Indonesia mengirim figur yang dicurigai publik global ke ruang yang dijaga ketat secara moral. Ini bukan soal hukum, ini soal pesan politik," katanya pada Kamis, 24 April 2025.

Dengan mengutus Jokowi, ujar dia, Prabowo telah kehilangan momentum untuk menunjukkan empati tulus terhadap komunitas Katolik di Tanah Air. Terlebih lagi, Virdika menilai bahwa prosesi pemakaman Paus Fransiskus tak bisa dipandang sekadar seremoni kenegaraan.

"Dengan memilih mengutus Jokowi, figur yang dipertanyakan integritas moral dan etikanya di ruang publik, Prabowo seolah mengabaikan suasana kebatinan umat Katolik sendiri," ucapnya.

Kritik juga datang dari politikus PDI Perjuangan, Aria Bima. Dia mengatakan bahwa ada figur yang dinilai lebih tepat untuk diutus ke Vatikan ketimbang Jokowi. 

Menurut dia, seharusnya Prabowo bisa mengutus Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka untuk mewakili pemerintahannya. Dia menilai, putra sulung Jokowi itu lebih memiliki posisi strategis untuk menunjukkan rasa belasungkawa pemerintah Indonesia terhadap wafatnya Paus Fransiskus.

Ketua Umum Barisan Relawan Jokowi atau Bara JP Utje Gustaaf Patty punya pendapat lain. Menurut dia, keputusan Prabowo mengutus Jokowi menghadiri pemakaman Paus Fransiskus langkah cerdas. "Menurut Presiden Prabowo, Jokowi yang paling layak," katanya saat dihubungi pada Sabtu, 26 April 2025.

Dia meyakini keputusan itu sudah dipikirkan secara matang oleh kepala negara. Ihwal kritikan publik, Utje menilai bahwa suara itu tidak mewakili mayoritas masyarakat Indonesia. "Kritik publik dengan presentase yang kecil. Lagi pula nominasi OCCRP itu tidak valid, karena bisa diusulkan oleh siapa saja," ucapnya.

Adapun Jokowi tiba di Roma, Italia sejak Jumat, 25 April 2025. Dia datang bersama dua utusan lainnya yaitu Wakil Menteri Keuangan Thomas Djiwandono dan mantan Menteri ESDM Ignasius Jonan. Sedangkan Menteri HAM Natalius Pigai lebih dulu tiba pada Kamis, 24 April 2025.

Hendrik Yaputra, Ervana Trikarinaputri, dan Dian Rahma berkontribusi dalam penulisan artikel ini.

Read Entire Article
Bogor View | Pro Banten | | |