Perupa Iwan Yusuf Gelar Pameran Tunggal Tujuh Layar Menyisir Langit

7 hours ago 3

TEMPO.CO, Bandung - Seniman Iwan Yusuf menghelat pameran tunggal berjudul Tujuh Layar Menyisir Langit di Selasar Pavilion Bandung. Berlangsung sejak 25 April hingga 29 Juni 2025, pameran itu menampilkan 15 karya seni instalasi yang umumnya berbentuk kapal. “Lama persiapannya secara penuh selama dua bulan,” katanya saat ditemui Tempo seusai pembukaan pameran, Jumat 25 April 2025.

Pilihan Editor: Kehancuran dan Harapan Seniman Bandung di Pameran Utopian Dreams

Hal yang Unik dari Desain Pameran

Belasan karya itu ditempatkan menyebar di ruang dalam dan luar galeri. Pengunjung bisa mengetahui lokasi dan judul karyanya di papan petunjuk denah sebelum memasuki area. Kurator, Agung Hujatnikajennong mengatakan, pameran ditata dengan alur khusus dari biasanya yang langsung ke ruang dalam galeri. “Iwan membalik alur yaitu dari samping, masuk ke galeri, lalu keluar,” ujarnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Karya urutan pertama yang tanpa judul ditempatkan di atas batu taman. Bentuknya kapal layar yang semua komponennya berbahan logam seperti per daun mobil. Tak jauh dari situ menempel karya berupa layar  kapal di tembok yang berjudul "09.02.25" berbahan plat stainless, kayu, tali, kanvas, dan benang. Iwan juga menggunakan bahan limbah lain seperti jaring nilon yang dibentuk seperti gumpalan awan besar di pintu masuk galeri hingga sebagian masuk ke dalam, serta dibentuk menjadi jaring yang berisi sampah di lautan. 

Replika kapal pinisi dalam pameran tunggal Iwan Yusuf bertajuk Seniman Iwan Yusuf menghelat pameran tunggal berjudul Tujuh Layar Menyisir Langit di Selasar Pavilion Bandung sejak 25 April-29 Juni 2025. Foto: TEMPO| ANWAR SISWADI.

Sementara di dalam ruang galeri terdapat replika kapal pinisi dari bahan kayu jati yang digantung sehingga bisa bergerak-gerak oleh angin. Iwan dalam proyek seninya kali ini melakukan riset langsung di lapangan termasuk ke daerah tempat pembuatan perahu pinisi di Bulukumba, Sulawesi Selatan. Dia juga menggunakan barang keseharian sebagai elemen karya untuk menambah atau menaikkan nilainya dari benda fungsional ke ranah seni rupa.

Seni pertunjukan oleh penari Lena Guslina, Zulkifli Doelkepleh dan kawan-kawan ikut tampil saat pembukaan pameran. Lokasinya di taman belakang galeri pada sebuah kapal layar yang telah rusak. Berjudul "Brangkat!" karya pertunjukan itu mengangkat kisah sebuah perahu yang pecah. Dari pecahan kapal itu kemudian lahir tiga desa bernama Ara, Bira, dan Lemo-lemo.

Pertunjukan berjudul Brangkat! oleh penari Lena Guslina, Zulkifli Doelkepleh dan kawan-kawan. Foto: TEMPO| ANWAR SISWADI.

Memahami Makna Tujuh Layar Menyisir Langit

Menurut Agung, judul pameran Tujuh Layar Menyisir Langit menggambarkan kapal pinisi yang memiliki tujuh layar dan seperti menyisir langit ketika dibawa mengarungi lautan. Bagi Iwan, pameran yang berfokus pada tema maritim dan persoalan limbah lautan menjadi garapan pertamanya dalam bentuk instalasi untuk pameran tunggal. Sebelumnya ia dikenal sebagai pelukis realisme yang juga pernah membuat karya patung. 

Iwan Yusuf kelahiran Gorontalo pada 1982 merupakan seniman otodidak yang belajar menggambar dari pamannya. Sempat merantau untuk mencari nafkah di Sumbawa dan Surabaya, ia pernah tinggal di Batu, Malang selama sebelas tahun, kemudian kini bersama keluarganya tinggal di Yogyakarta. Pameran tunggal sebelumnya seperti pada 2019 berjudul Not Khatulistiwa di Desa Huntu, Gorontalo.

Read Entire Article
Bogor View | Pro Banten | | |