Penjelasan Rasio 4:3 dalam Film Perang Kota

5 hours ago 1

TEMPO.CO, Jakarta - Sutradara Mouly Surya memilih rasio gambar 4:3 untuk film Perang Kota, sebuah keputusan yang lahir bukan dari kepentingan artistik semata, melainkan dari pendekatan emosi yang hendak disampaikan. Dalam perbincangan dengan Tempo di kawasan Palmerah Barat, Rabu 16 April 2025, Mouly menjelaskan bahwa proses pengambilan keputusan tersebut tak berlangsung singkat.

Pilihan Editor: Alasan Perang Kota Diadaptasi dari Novel Mochtar Lubis

“Ini juga melalui proses diskusi yang cukup panjang, dan baru kami ketok palu sekitar dua bulan sebelum syuting,” ujarnya. Menurut sutradara Marlina si Pembunuh Dalam Empat Babak itu, keputusan ini berkaitan erat dengan pendekatan visual yang ingin ia bangun.

Pernggunaan Steadicam dalam Film Perang Kota

Ia mengandalkan penggunaan steadicam, teknik kamera yang menempel pada tubuh operator, sehingga memungkinkan gerakan luwes namun tetap stabil. “Saya memilih banyak menggunakan steadicam shot karena ingin menciptakan kedekatan dengan karakter-karakter utama saya,” ujarnya.

Alih-alih mengikuti pendekatan visual pada umumnya, Mouly justru menarik diri dari kemegahan teknis. “Saya juga tidak ingin film ini terasa terlalu epik,” kata dia. Ia menyebut bahwa visual yang terlalu besar justru bisa mengaburkan fokus terhadap karakter. Maka, penggunaan rasio 4:3 menjadi pilihan palimg tepat.

“Fokus tetap pada subjek, pada karakternya,” ungkapnya. Perempuan kelahiran 1980 itu merinci, rasio 4:3 adalah salah satu pendekatan yang ia pilih untuk memberikan kesan antik, seolah penonton sedang menonton film lama. Ia bahkan menyebut film klasik Amerika seperti Casablanca (1942) sebagai salah satu acuan dalam membangun suasana film ini.

Tentang Perang Kota

Perang Kota (This City Is a Battlefield) merupakan adaptasi novel Jalan Tak Ada Ujung karya Mochtar Lubis, berlatar 1946, ketika Jakarta masih bergolak di bawah bayang-bayang kolonialisme. Film ini menggambarkan pergolakan batin para pejuang kemerdekaan.

Chicco Jerikho memerankan Isa, mantan pejuang yang kini menjadi guru, sementara Ariel Tatum memerankan Fatimah, istrinya yang menjalin hubungan dengan Hazil, sahabat seperjuangan Isa. Dalam perjalanan, rasa cinta, pengkhianatan, dan pengorbanan menyatu dalam sebuah medan pertempuran.

Film ini adalah hasil kolaborasi internasional antara rumah produksi dari Indonesia, Singapura, Belanda, Prancis, Norwegia, Filipina, dan Kamboja. Setelah pemutaran perdana di International Film Festival Rotterdam pada Februari 2025 sebagai film penutup festival, Perang Kota dijadwalkan tayang di Indonesia pada 30 April 2025. Sebelumnya, film ini sudah terlebih dulu beredar di Belanda, Belgia, dan Luksemburg sejak 17 April.

Pilihan Editor: Sinopsis Film Perang Kota yang Dibintangi Ariel Tatum dan Chicco Jerikho

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Read Entire Article
Bogor View | Pro Banten | | |