PT Bukit Asam Butuh Investasi Rp 52,5 Triliun untuk Proyek Gasifikasi Batu Bara

4 hours ago 1

TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Utama PT Bukit Asam (Persero) Tbk Arsal Ismail mengungkapkan proyek gas sintetis (substitute natural gas/SNG) yang tengah digarap bersama PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. atau PGN membutuhkan investasi sekitar US$ 3,2 miliar atau setara dengan Rp 52,5 triliun. Proyek ini merupakan bagian dari upaya gasifikasi batu bara yang sedang dirancang kedua perusahaan tersebut.

“Bersama PGN, kami sudah melakukan kajian dan estimasi kebutuhan investasi untuk proyek hilirisasi ini mencapai sekitar US$ 3,2 miliar,” ujar Arsal dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi XII DPR, Senin, 5 April 2025.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dana tersebut rencananya akan digunakan untuk membangun fasilitas gasifikasi batu bara lengkap dengan peralatan dan teknologi pendukung. Dalam kerja sama ini, Bukit Asam akan berperan sebagai penyedia batu bara, sementara pengelolaan proyek akan dilaksanakan oleh PGN bersama mitra teknologi dalam bentuk usaha patungan (joint venture).

Arsal menjelaskan, Bukit Asam memiliki cadangan batu bara mencapai 2,9 miliar ton, termasuk batu bara berkalori rendah yang cocok untuk dikonversi menjadi gas. Proyek ini rencananya berlokasi di Tanjung Enim, Sumatera Selatan.

Dipilihnya Tanjung Enim, kata Arsal, karena lokasinya yang dekat dengan jaringan pipa milik PGN. “Kami hanya perlu membangun jaringan pipa tambahan sekitar 57 kilometer untuk tersambung ke Stasiun Gas Pagar Dewa,” ujarnya.

Gagasan pengembangan proyek gasifikasi batu bara sejatinya sudah muncul sejak tahun 2018. Saat itu, inisiatif ini dipelopori oleh PT Bukit Asam bekerja sama dengan Pertamina. Namun, proyek tersebut kandas di tengah jalan setelah mitra asing mereka, Air Product asal Amerika Serikat, memilih mundur dari kerja sama.

Keputusan Air Product untuk menarik diri diduga berkaitan dengan persoalan keekonomian proyek dan tingginya risiko karena hasil gasifikasi hanya akan dibeli oleh satu pihak, yakni Pertamina. Menurut analisis dari Institute for Energy and Financial Analysis (IEEFA) pada tahun 2021, proyek gasifikasi di Muara Enim berpotensi menyebabkan kerugian hingga US$ 377 juta per tahun, atau sekitar Rp 6,14 triliun.

Vindry Florentin berkontribusi dalam penulisan artikel ini.
Read Entire Article
Bogor View | Pro Banten | | |