Menengok Lawatan Presiden Xi Jinping ke 3 Negara ASEAN

7 hours ago 2

TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Cina Xi Jinping mengunjungi tiga negara Asia Tenggara selama lima hari yakni Vietnam, Malaysia dan Kamboja. Dilansir Xinhua, kunjungan ini menegaskan kembali kesinambungan dan stabilitas diplomasi lingkungan serta visi untuk perdamaian abadi dan pembangunan di Asia.

Xi Jinping, dikutip oleh sebuah artikel di Nhan Dan, surat kabar resmi Partai Komunis Vietnam, mengatakan “Kami akan tetap berkomitmen pada prinsip persahabatan, ketulusan, saling menguntungkan dan inklusif. Kami akan terus mengejar kebijakan untuk menjalin persahabatan dan kemitraan dengan negara-negara tetangga serta terus memperdalam kerja sama persahabatan dengan mereka untuk memajukan modernisasi Asia,”.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kunjungan luar negeri pertama Xi Jinping tahun ini sebagai dorongan diplomatik untuk kerja sama yang menguntungkan, dan sebagai langkah untuk memperdalam aliansi regional, membentengi rute perdagangan, dan mengimbangi pengaruh Washington atau Amerika Serikat yang semakin besar di Indo-Pasifik.

Ketiga negara yang dikunjungi Cina merupakan bagian dari kelompok Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) yang memiliki perdagangan terbesar dengan Cina sebesar $962,28 miliar tahun lalu, dengan ekspor Cina mencapai $575 miliar. 

Indonesia sendiri tidak termasuk dalam daftar kunjungan, Direktur Eksekutif Pusat Studi Strategis dan Internasional (CSIS) Yose Rizal Damhuri menyampaikan tidak ada urgensi kunjungan Xi Jinping ke Indonesia.  "Saya yakin enggak ada masalah (antara Indonesia dan Cina)," kata Yose saat ditemui Tempo dalam peringatan 70 Tahun Konferensi Asia-Afrika' di Audiotorium CSIS, Jakarta, pada Rabu, 16 April 2025.

Vietnam, sebuah negara dengan kekuatan manufaktur, dan Kamboja, di mana sektor garmen dan alas kaki sangat penting bagi perekonomiannya, termasuk di antara negara-negara yang terkena dampak terburuk dari tarif AS, yang masing-masing ditetapkan sebesar 46 persen dan 49 persen. Sementara itu, Malaysia secara geopolitik sangat penting dan merupakan pemain kunci di Selat Malaka. Posisinya di Laut Cina Selatan tetap seimbang secara diplomatis, menjadikannya negara yang berpotensi menjadi negara pengayun dalam perebutan kekuasaan.

Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) yang beranggotakan 10 negara merupakan penerima terbesar ekspor Cina tahun lalu, data dari otoritas bea cukai Cina menunjukkan bahwa mereka mengimpor barang-barang Cina senilai $586,5 miliar. Vietnam adalah pembeli terbesar di ASEAN dengan nilai $161,9 miliar, diikuti oleh Malaysia, yang mengimpor barang-barang Cina senilai $101,5 miliar pada 2024.

Menteri Komunikasi Malaysia Fahmi Fadzil mengatakan bahwa kunjungan Xi adalah "bagian dari upaya pemerintah untuk melihat hubungan perdagangan yang lebih baik dengan berbagai negara termasuk Cina".

Dilansir dari Antara, Cina siap bekerja sama dengan Malaysia untuk mengimplementasikan Inisiatif Pembangunan Global (Global Development Initiative), Inisiatif Keamanan Global (Global Security Initiative), dan Inisiatif Peradaban Global (Global Civilization Initiative), serta mendorong upaya negara-negara Global South dalam mencapai kemajuan kolektif yang digerakkan oleh solidaritas dan pembangunan bersama.

Xi kemudian melakukan perjalanan pada hari Kamis ke Kamboja, salah satu sekutu setia Cina di Asia Tenggara dan di mana Beijing telah memperluas pengaruhnya dalam beberapa tahun terakhir. "Hubungan Kamboja-Cina tidak berubah dan kami akan terus membuatnya kuat," kata Perdana Menteri Hun Manet pada peresmian jalan yang didanai oleh Cina baru-baru ini.

Xi Jinping dalam lawatan ke Kamboja menyampaikan modernisasi Cina akan membawa lebih banyak peluang bagi Kamboja dan negara-negara tetangga lainnya. Dia juga menyatakan keyakinannya tentang periode pembangunan komunitas China-Kamboja yang mampu bertahan dalam segala kondisi dengan masa depan bersama di era baru.

Merespon kunjungan Cina ke ASEAN, Trump memberi tahu para wartawan di Gedung Putih bahwa pertemuan tersebut dirancang untuk melemahkan AS. “Itu adalah pertemuan yang menyenangkan... seperti mencoba mencari tahu, 'bagaimana cara kita mengacaukan Amerika Serikat'."

Meskipun tarif terhadap Vietnam dan beberapa negara lain telah dihentikan untuk sementara waktu, Cina terus menghadapi pungutan AS yang tinggi. Perjalanan Xi Jinping, yang merupakan lawatan pertamanya ke luar negeri tahun ini, mencerminkan upaya Beijing untuk memperdalam hubungan perdagangan regional dan menyangga dampak tarif tersebut.

Ida Rosdalina dan Savero Aristia Wienanto dan Antara berkontribusi dalam artikel ini.
Pilihan editor: Angka Xi Jinping

Read Entire Article
Bogor View | Pro Banten | | |