Gelar Pameran Tunggal, Ariadne Maraya Menampilkan Lukisan Mulut

4 hours ago 3

TEMPO.CO, Bandung - Seniman Ariadne Maraya menggelar pameran tunggal di Galeri Ruang Dini, Bandung, sejak 17 April 2025. Berjudul Of Flesh and Porcelain, seri lukisannya kali ini tentang mulut yang dalam gambarnya termasuk bibir, lidah, gusi, dan geligi. “Kenangan awal saya tentang ketertarikan ini bermula dari klinik gigi bibi saya,” katanya lewat keterangan tertulis, Sabtu 19 April 2025.

Pilihan Editor: Teknik Sablon dalam Seni Grafis Theresia Agustina Sitompul

Gambar lukisannya yang bercorak realisme, berfokus pada kondisi mulut yang menganga. Misalnya ada lidah bawah yang mengucurkan darah sementara giginya dipasangi hiasan aksesoris. Pada karya lain terlihat gigi yang tanggal, gusi berdarah, gigi yang bolong, rusak, dan kotor. “Saya selalu tertarik pada tubuh manusia, bukan dalam bentuk idealnya, tetapi dalam keadaan asli dan tidak terjaga,” ujar Ariadne.

Alasan Ariadne Maraya Gelar Pameran Tunggal tentang Mulut

Menurutnya ada kontradiksi abadi pada tubuh yang terus menarik perhatiannya, seperti soal kelembutan dan kebrutalan. Keindahan tubuh juga punya bagian sangat menjijikkan, atau mengenai ketahanan dan kerentanan badan secara bergantian. Selain kenangan pengalaman di ruang praktik klinik gigi, Ariadne mengaku akrab juga dengan bagan anatomi serta ensiklopedia kedokteran hingga pernah terpikir untuk berprofesi sebagai dokter.

Kekaryaan awalnya pada seri mulut berpusat pada soal perawatan dan tindakan seperti membersihkan mulut hingga berdarah, mencabut gigi dengan kuku yang panjang dan terawat, atau menggores lidah hingga lecet. Seiring berlanjutnya seri lukisan tentang mulut ini, Ariadne menghilangkan modifikasi estetika untuk mengangkat organ wicara yang terabaikan perawatannya, atau kerusakan yang tidak diobati. “Lukisan-lukisan itu menampilkan tubuh dalam keadaan memburuk, tanpa hiasan, citranya faktual didasarkan pada perubahan anatomi,” katanya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ariadne juga menyatakan, karya lukisannya bukan tentang replikasi atau mengilustrasikan tubuh, melainkan tentang merasakan tubuh. Dia menepis anggapan karyanya sebagai studi medis melainkan lukisan emosional yang berbicara tentang kesedihan terpendam, kekerasan, dan kenangan yang membekas secara fisik. Baginya, seri karya lukisannya kali ini bukan hanya tentang mulut sebagai ruang fisik. “Seri ini juga tentang segala hal yang dikandungnya seperti hasrat, kerusakan, ekspresi, dan rasa malu,” ujarnya.

Seniman kelahiran Jakarta itu merupakan pelukis figuratif lulusan Seni Rupa Institut Teknologi Bandung. Lukisannya mengembangkan praktik yang menggabungkan introspeksi pribadi dengan kritik sosial budaya, dan tema karyanya semakin berakar pada wacana feminis. Pamerannya berlangsung hingga 11 Mei 2025 yang dibuka setiap hari kecuali Senin karena galerinya tutup.

Read Entire Article
Bogor View | Pro Banten | | |