Uskup Agung Jakarta Kenang Sikap Paus Fransiskus terhadap Imigran

5 hours ago 2

TEMPO.CO, Jakarta -Uskup Agung Jakarta Kardinal Ignatius Suharyo mengenang kedekatan Paus Fransiskus dengan kelompok imigran. Kardinal Suharyo menyoroti bahwa sesaat setelah diangkat menjadi pemimpin tertinggi Katolik pada 2013, Paus Fransiskus langsung memilih Pulau Lampedusa, Italia, sebagai tujuan perdana lawatan pastoralnya di luar Roma.

Sebagai pulau kecil di Laut Mediterania, Lampedusa terletak cukup dekat dengan Afrika Utara sehingga menjadi pintu masuk para imigran menuju Eropa.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Di situ ia merayakan ekaristi, ibadah, dengan altar perahu rusak yang dipakai oleh para pengungsi untuk mencari hidup yang lebih bermartabat di Eropa,” kata Suharyo saat ditemui Tempo di kompleks Gereja Katedral Jakarta pada Selasa, 22 April 2025.

Kejadian yang hampir mirip terjadi pada 2016. Saat itu, Paus Fransiskus merayakan misa ketika mengunjungi Ciudad Juarez, Meksiko, yang terletak beberapa langkah dari perbatasan Amerika Serikat.

Dia bertemu dengan para pengungsi di tengah kampanye calon presiden AS Donald Trump membangun tembok pembatas untuk menghentikan migrasi ilegal dari Meksiko ke Amerika Serikat.

Perhatian Paus Fransiskus terhadap kelompok imigran juga disaksikan secara langsung oleh rohaniawan Antonius Setya Herawan.

Mahasiswa teologi dogmatik yang berfokus pada antropologi Kristen itu bercerita bahwa dirinya melihat Paus Fransiskus menyantap makan siang bersama para imigran dan tunawisma di sekitar area Basilika Santo Petrus pada 2019. Ketika itu, Antonius merupakan salah satu sukarelawan dalam acara itu. 

“Pagi hari dibagikan snack, disiapkan buah-buahan, lalu makan siang. Ketika beliau masih sehat, beberapa kali makan siang di situ (Basilika Santo Petrus) bersama tunawisma dan para imigran,” ujar Antonius saat dihubungi Tempo melalui sambungan telepon pada Rabu malam, 23 April 2025.

Menurut Provinsial Serikat Jesus Provinsi Indonesia, Benedictus Hari Juliawan, kepedulian terhadap imigran ini berhubungan erat dengan ajaran persaudaraan dan persahabatan sosial dalam ensiklik "Fratelli Tutti" yang diterbitkan Paus Fransiskus.

Benedictus menjelaskan bahwa persaudaraan di mata Paus Fransiskus tak mengenal batas wilayah negara. Oleh sebab itu, jelas dia, pandangan ini semestinya dapat menjadi solusi atas polemik dunia, misalnya ketika Presiden Amerika Serikat Donald Trump sangat sensitif terhadap imigran.

“Di tengah situasi dunia yang saling pasang kuda-kuda, saling jegal, seruan Paus itu ditujukan untuk membangun persaudaraan, bukan malah mempersempit arti persaudaraan,” tutur Benedictus saat dihubungi Tempo melalui sambungan telepon pada Selasa malam, 22 April 2025.

Pada Rabu, 29 Agustus 2024, Paus Fransiskus mengecam perlakuan terhadap para imigran yang menyeberangi Laut Mediterania untuk masuk ke Eropa, dan mengatakan bahwa menolak untuk memberikan bantuan kepada para migran adalah "dosa besar".

"Ada orang-orang yang bekerja secara sistematis dan dengan segala cara untuk menolak para imigran," kata Paus dalam audiensi umum mingguannya di Lapangan Santo Petrus. "Dan ini, jika dilakukan dengan hati nurani dan tanggung jawab, adalah dosa besar.”.

Paus Fransiskus wafat pada Senin, 21 April 2025, di kediamannya di Casa Santa Marta, Vatikan. Pada pukul 09.45, Kardinal Kevin Farrell, Camerlengo Kamar Apostolik, mengumumkan wafatnya Paus Fransiskus yang berusia 88 tahun dari Casa Santa Marta.

"Saudara-saudari terkasih, dengan dukacita yang mendalam saya harus mengumumkan wafatnya Bapa Suci kita, Fransiskus. Pada pukul 7.35 pagi ini, Uskup Roma, Fransiskus, kembali ke rumah Bapa. Seluruh hidupnya dibaktikan untuk melayani Tuhan dan Gereja-Nya," ujar Kardinal Farell dilansir dari situs Vatikan, Senin, 21 April 2025.

Paus bernama asli Jorge Mario Bergoglio itu wafat setelah pulang dari rumah sakit. Ia dirawat di Rumah Sakit Poliklinik Agostino Gemelli pada Jumat, 14 Februari 2025, setelah menderita bronkitis selama beberapa hari.

Situasi klinis Paus Fransiskus berangsur-angsur memburuk. Dokter mendiagnosis Paus Fransiskus terkena pneumonia ganda pada Selasa, 18 Februari 2025. Setelah 38 hari di rumah sakit, mendiang Paus kembali ke kediamannya di Vatikan di Casa Santa Marta untuk pemulihan.

Dilansir dari CBS News, upacara pemakaman Paus Fransiskus berlangsung di Vatikan pukul 10.00 waktu setempat atau pukul 15.00 waktu Indonesia barat. Sekitar 250 ribu orang berkumpul di Lapangan Santo Petrus.

Adapun sekitar 150.000 orang lainnya berbaris di pinggir jalan rute sepanjang 6 kilometer dari Kota Vatikan melalui Roma menuju tempat peristirahatan terakhirnya.

Ada tepuk tangan ringan dan beberapa orang menangis sambil melambaikan tangan ke arah mobil jenazah. Banyak yang mengangkat telepon genggam mereka, diikuti dengan keheningan.

Semasa hidupnya, Paus Fransiskus menjadi sosok yang banyak memberikan teladan yang tak terbatas bagi umat Katolik, namun juga seluruh umat manusia.

Paus Fransiskus dikenal dengan perjuangannya dan mendukung perdamaian, termasuk perang di Gaza. Cerita lengkap tentang Paus Fransiskus itu tertuang dalam laporan “Telepon Terakhir Paus Fransiskus ke Jalur Gaza” yang terbit dalam Majalah Tempo edisi 27 April 2025.

Read Entire Article
Bogor View | Pro Banten | | |