Kenapa Pertumbuhan Ekonomi Kuartal I 2025 Melambat?

6 hours ago 2

TEMPO.CO, Jakarta - Pertumbuhan ekonomi pada kuartal pertama 2025 tercatat 4,87 persen secara tahunan (yoy) atau melambat dibanding kuartal sebelumnya yang masih tumbuh 5,02 persen. Perlambatan pertumbuhan diprediksi akan berlanjut pada triwulan kedua 2025.

Chief Economist Permata Bank Josua Pardede memperkirakan pertumbuhan ekonomi triwulan kedua 2025 masih berada pada kisaran di bawah 5 persen. “Lebih tepatnya di 4,78 persen,” ucapnya dikutip Jumat, 16 Mei 2025.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pada kuartal pertama 2025, pertumbuhan ekonomi masih didorong oleh faktor musiman seperti perayaan Idul Fitri. Sedangkan kuartal kedua, Josua mengatakan mungkin masih ada sedikit efek mudik yang terjadi di awal bulan April, namun hal itu masih terbatas.

Beberapa hari libur di bulan ini dan bulan Juni yang diharap memberi dampak untuk konsumsi dan mengerek pertumbuhan ekonomi kuartal kedua. Namun menurut Josua efeknya tak begitu signifikan.

Dia menambahkan, saat ini tren pemutusan hubungan kerja (PHK) di beberapa industri manufaktur padat karya itu cukup besar. “Sehingga memang ini belum bisa mengangkat konsumsi rumah tangga,” ucapnya.

Pendorong pertumbuhan ekonomi menurut dia belum cukup kuat meskipun pemerintah sudah menjalankan beberapa program seperti makan bergizi gratis (MBG). Menurut Josua, hal yang terpenting dijalankan pemerintah saat ini adalah menciptakan lapangan pekerjaan dalam jumlah besar. 

Seperti diketahui, Badan Pusat Statistik telah mengumumkan ekonomi Indonesia kuartal I 2025 ini tumbuh lebih lambat dibandingkan dengan triwulan IV 2024 yang sebesar 5,03 persen atau triwulan I 2024 yang masih tumbuh 5,11 persen.

Setelah pengumuman pertumbuhan ekonomi triwulan I, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memaparkan bahwa pemerintah akan mempercepat belanja negara yang produktif. Percepatan penyerapan belanja dilakukan sebagai upaya menata kembali pengeluaran agar lebih fokus pada hal-hal yang menghasilkan dampak ekonomi. “Realisasi penyerapan, menyesuaikan dengan rekonstruksi pada belanja negara yang lebih produktif, akan semakin dipercepat,” ucapnya.

Menurut Sri, implementasi program prioritas bernilai tambah lebih tinggi seperti makan bergizi gratis (MBG) terus diperluas cakupannya. Begitu pula dengan dukungan untuk sektor perumahan melalui insentif perpajakan. Termasuk dengan perluasan target perumahan melalui Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) menjadi lebih tinggi dari sebelumnya 220 ribu.

Read Entire Article
Bogor View | Pro Banten | | |