Ibunda jadi Inspirasi Reza Rahadian Menulis Buku, Mulai dari Journaling

5 hours ago 3

CANTIKA.COM, Jakarta - Program Refleksi Dua Dasarasa Reza Rahadian diluncurkan pada Senin, 28 April 2025 di Bentara Budaya Jakarta untuk mengingat kembali perjalanan Resa selama 20 tahun di dunia film dan kreatif. Salah satu rangkaian kegiatannya berupa peluncuran buku bertajuk Mereka Yang Pertama.

Reza Rahadian mengatakan Refleksi Dua Dasarasa bukan sekadar perayaan, melainkan ruang untuk belajar, berbenah, dan membuka lembaran baru dalam proses berkarya. Semua yang saya capai bermula dari kesempatan dan kepercayaan yang diberikan oleh orang lain. Program ini adalah bentuk penghormatan atas perjalanan itu, serta ajakan untuk terus belajar, bertransformasi, dan tetap rendah hati.”

Aktor, Reza Rahadian mengungkap sisi lain dari perjalanannya sebagai seniman dalam sebuah percakapan penuh makna. Ia menekankan betapa pentingnya tulisan, membaca, dan aktivitas menulis dalam membentuk dirinya, bukan hanya sebagai aktor, tetapi juga sebagai individu yang terus bertumbuh dalam ranah mental dan emosional.

“Saya hidup dari membaca,” ujar Reza. “Saya bukan seseorang yang menempuh jalur pendidikan sampai tinggi, jadi bahan yang saya punya untuk bisa berbicara dan menambah wawasan ya dari membaca.”

Selain meluncurkan buku Mereka yang Pertama, Reza Radian juga akan menampilkan pentas monolog sebagai rangkaian 20 tahun berkarya/Foto: Cantika/Ecka Pramita

Baginya, tulisan bukan sekadar media komunikasi, melainkan fondasi dari berbagai karya seni, termasuk film. “Tidak ada film ketika tidak ada bentuk naskah yang lahir,” tambahnya, menggarisbawahi betapa vitalnya peran skenario dalam dunia akting.

Kecintaannya terhadap tulisan juga bersifat turun-temurun. Ia tumbuh di lingkungan keluarga yang menjunjung tinggi ekspresi lewat kata-kata. “Oma saya pernah dibuatkan sebuah buku, ibu saya penulis yang tak pernah menerbitkan satu pun karyanya. Tapi beliau menulis jurnal. Jadi saya terbiasa dari kecil, dan itu proses yang sehat,” kenangnya.

Reza juga mengakui bahwa journaling yang telah ia lakukan sejak tahun 2004 memiliki dampak besar terhadap kesehatan mentalnya. “Proses kesembuhan itu mungkin lebih cepat karena saya menulis. Banyak perasaan yang saya tuangkan. Jadi tidak semuanya hanya ada di sini (kepala),” katanya sambil menyentuh dada.

Menulis menjadi bentuk terapi bagi Reza. Sebuah ruang aman untuk mencurahkan pikiran tanpa rasa takut. “Anda bisa punya kepercayaan terhadap kertas dan pena. Sebagai teman mencurahkan semua isi pikiran tanpa takut. Safe space,” ujarnya.

Dalam tekanan dunia akting, banyak yang bertanya mengapa Reza bisa tetap kuat secara mental. Jawabannya sederhana: karena menulis. “Ini rahasianya. Karena menulis.”

Lebih jauh, ia mengungkap bahwa kritik dan masukan dari lingkungan terdekatnya, terutama sang ibu juga membentuk ketangguhan mental dan ketajaman refleksinya. “Ibu saya tidak segan meninggalkan pemutaran film kalau tidak suka. Nanti dibahas di rumah. Saya dikelilingi orang-orang yang menjadi pengingat. Bukan yang memuji berlebihan.”

Reza juga menyampaikan pandangannya soal kritik, yang menurutnya kini sering disambut secara reaktif. “Padahal kritik bisa menjadi ruang refleksi yang dalam. Kadang kita defensif karena kita tahu itu benar, tapi malu mengakuinya.”

Sebagai penutup, Reza menyebut sosok ibunya dan para insan film sebagai orang-orang yang paling berharga dalam hidup dan karyanya. “Tentu ibu. Kemudian insan film.”

Peluncuran buku Mereka yang Pertama karya Reza Rahadian di Bentara Budaya Jakarta, Senin, 28 April 2025,’/Foto: Cantika/Ecka Pramita

20 Tahun Reza Rahadian 

Program Refleksi Dua Dasarasa Reza Rahadian menandai 20 tahun Reza Rahadian berkarya di industri film dan kreatif. Program ini menjadi ruang kontemplasi atas perjalanan dan pencapaian kreatif Reza Rahadian, ruang kolaborasi bersama para kreator seni lintas bidang, dan ruang untuk menginspirasi dan memaknai karya kolaboratif.

 Peluncuran program tersebut dihadiri oleh para kolaborator yang terlibat, di antaranya Adi Ekatama (Kompas Gramedia Group), Andi F. Yahya (editor buku), Siko Setyanto (koreografer), Kasimyn aka Aditya Surya Taruna (komposer), Gita Fara (produser film), Felix K. Nesi (penulis skenario), Rina Damayanti (Direktur Jakarta Film Week), dan Ajish Dibyo (Direktur Jogja- NETPAC Asian Film Festival).

Reza memulai kariernya di usia 17 tahun dengan mengikuQ ajang Top Guest MajalahAneka Yess! 2004, yang membuka jalannya memasuki dunia seni peran Indonesia. Ia terlibat di beberapa sinetron produksi Rapi Films dan film televisi berjudul Sumpah Kezia (2008) produksi Frame Ritz.

Ia memulai debutnya di film layar lebar berjudul Film Horor(2007) yang disutradarai Toto Hoedi, tapi namanya mulai dikenal lewat film Perempuan Berkalung Sorban (2009) yang disutradarai Hanung Bramantyo. Selama 20 tahun, Reza Rahadian secara konsisten telah memberikan kontribusi besar lewat kerja dan karya kreatifnya. 

Pilihan Editor: Potret Chiki Fawzi dan Reza Rahadian Ikut Orasi di Seruan Aksi Kawal Putusan MK

Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika

Read Entire Article
Bogor View | Pro Banten | | |