TEMPO.CO, Jakarta - Maskapai penerbangan PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk mengatakan saat ini ada satu pesawat Garuda Indonesia dan 14 pesawat Citilink yang menunggu perawatan rutin berupa proses heavy maintenance. Saat ini para pemain industri penerbangan terkendala keterbatasan suplai suku cadang.
Sekretaris Perusahaan Garuda mengatakan proses perawatan armada pesawat ini akan dilaksanakan tahun ini. Kondisi keterbatasan supply chain atas suku cadang saat ini juga tengah dihadapi hampir seluruh pelaku industri penerbangan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Sehingga menyebabkan pelaksanaan heavy maintenance membutuhkan waktu yang lebih panjang,” kata Sekretaris Perusahaan dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), dikutip Rabu, 7 Mei 2025.
Adapun heavy maintenance ini diperlukan untuk memastikan standar keselamatan dan kelayakan terbang pesawat dari perusahaan berkode saham GIAA tersebut. Dia menyebut proses ini juga bagian dari optimalisasi pelayanan Garuda Group.
Garuda Indonesia Group terus mendorong optimalisasi kapasitas produksi di tengah tantangan industri penerbangan global. Garuda Indonesia sejak akhir 2024, misalnya, telah mendatangkan empat armada narrow body yakni Boeing 737-800NG (PK-GUF dan PK-GUG).
Sementara itu, dua armada lainnya, PK-GUH dan PK-GUI, mulai beroperasi pada kuartal II 2025. Langkah ini sejalan dengan pemulihan permintaan dan peningkatan trafik penumpang pascapandemi serta pertumbuhan sektor pariwisata nasional
Manajemen memastikan kapasitas produksi Garuda Indonesia ke depan diselaraskan dengan outlook kinerja perseroan sesuai pertumbuhan permintaan pasar. Langkah ini juga agar bisnis penerbangan Garuda Group bisa terjaga secara berkelanjutan.
“Garuda Indonesia optimistis dapat terus bertransformasi menjadi maskapai yang agile dan berdaya saing, menghadirkan layanan udara yang aman dan andal bagi masyarakat,” kata Sekretaris.