CANTIKA.COM, Jakarta - Tren fashion muslilm 2026 diperkirakan bergerak ke arah yang lebih berfokus pada identitas budaya. Hal ini disampaikan Founder & CEO Scarf Media, Temi Sumarlin yang melihat perkembangan tersebut dari kunjungannya ke sejumlah pekan mode internasional sepanjang tahun ini.
Temi menjelaskan bahwa isu global yang menguat dalam industri mode bukan hanya persoalan keberlanjutan, tetapi juga kultural identity. Pengalamannya menghadiri fashion week di Abu Dhabi dan Paris memperlihatkan bagaimana setiap negara kini menonjolkan nation branding dalam desain mereka.
Menurutnya, banyak rancangan internasional dapat dikenali asalnya hanya dari garis desain, motif, atau pemilihan warna khas negara tersebut. “Dari runway saya bisa langsung tahu desain itu dari negara mana. Begitu kuatnya identitas budaya menjadi penanda visual,” kata Temi dalam konferensi pers Muslimah Creative Day 2025, Selasa, 3 Desember 2025 di Jakarta.
Namun, ia menilai Indonesia justru menghadapi tantangan berbeda. Kekayaan budaya yang luas membuat Indonesia memiliki ratusan gaya dan elemen visual, tetapi keragaman itu kadang membuat identitas tunggal Indonesia di panggung global menjadi kabur.
“Indonesia ini idol dari seribu satu gaya hijab. Karena banyaknya gaya, sering kali kita kesulitan menunjukkan satu karakter yang bisa dikenali sebagai Indonesia,” ujarnya.
Muslimah Creative Day 2025 akan digelar pada 5–7 Desember 2025 di City Hall, Pondok Indah Mall 3 Jakarta, mengusung tema “Creative, Culture & Innovative.” Foto: Cantika/Ecka Pramita
Melihat dinamika tersebut, Temi menegaskan bahwa identitas budaya tidak harus hadir dalam bentuk literal seperti tenun atau motif tradisional besar. Unsur budaya dapat terekspresikan melalui berbagai hal, seperti warna yang terinspirasi alam Indonesia, tekstur yang mengikuti lanskap tertentu, atau detail kecil yang merujuk pada elemen budaya lokal. Baginya, pendekatan yang lebih subtil justru memungkinkan warisan budaya tampil relevan dalam desain modern.
Tren fashion muslim 2026 juga menunjukkan bahwa wastra mulai mendapat perhatian lebih luas. Sejumlah rumah mode mancanegara telah menampilkan elemen kain tradisional dalam koleksi mereka. Temi mencontohkan penggunaan motif mega mendung oleh Dior serta pemakaian kain Bali dalam beberapa koleksi internasional. “Kalau dunia sudah berani menggunakan wastra kita, masa Indonesia sendiri tidak?” katanya.
Selain meningkatnya perhatian terhadap elemen budaya, Temi melihat konsumen 2026 akan mencari produk yang menawarkan nilai lebih, baik dalam cerita maupun keunikan desain. Tren kolaborasi antara brand dan figur publik juga diprediksi semakin kuat, terutama menjelang peluncuran koleksi Hari Raya yang biasanya menjadi momentum penting bagi industri modest fashion. Menurutnya, banyak brand yang sudah menyiapkan koleksi Lebaran 2026 dengan eksplorasi kain-kain dan warna khas Indonesia.
Dengan menguatnya orientasi global terhadap cultural identity, 2026 diprediksi menjadi tahun penting bagi wastra Nusantara untuk tampil lebih menonjol. Indonesia, kata Temi, memiliki modal besar untuk memimpin tren ini, selama brand lokal berani merumuskan identitas visual yang konsisten dan mengenalkannya ke dunia.
Pilihan Editor: Dian pelangi bagi Prediksi Tren Fashion Gen Z, Dominan Crop Jacket dan Oversize Look
Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi Terkini Gaya Hidup Cewek Y dan Z di Instagram dan TikTok Cantika.
















































