Nilai Tukar Rupiah Setelah Bank Indonesia Pangkas BI Rate

4 hours ago 6

TEMPO.CO, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat menjadi pertanyaan setelah Bank Indonesia (BI) memangkas suku bunga acuan menjadi 5,5 persen. Ini karena sebagian ekonom memperkirakan nilai tukar rupiah masih belum stabil.

Namun, menurut laporan Antara, langkah BI menurunkan suku bunga disambut positif oleh pelaku pasar. Pada perdagangan Rabu, 21 Mei 2025, nilai tukar rupiah menguat 15 poin ke level Rp16.399 per dolar AS. Meski Kurs JISDOR tercatat sedikit melemah ke Rp16.413, BI tetap menilai bahwa pergerakan rupiah masih berada dalam jalur yang sejalan dengan fundamental ekonomi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Analis Bank Woori Saudara, Rully Nova, menilai penguatan rupiah kali ini tidak lepas dari ekspektasi pasar terhadap penurunan BI Rate yang akhirnya terealisasi. "Penguatan rupiah hari ini dipengaruhi oleh sentimen positif dari penurunan BI rate menjadi 5,5 persen, sesuai dengan ekspektasi pelaku pasar," ujarnya.

Ekonom Universitas Indonesia (UI) sempat mengingatkan agar BI tetap berhati-hati untuk menurunkan suku bunga acuan.  Menurut Ekonom UI Teuku Riefky, meskipun inflasi dan rupiah cenderung stabil, ketidakpastian global masih membayangi, terutama dari sisi pergerakan dolar AS dan ketegangan geopolitik. “Mengingat masih adanya risiko eksternal, Bank Indonesia perlu mempertahankan BI Rate di 5,75 persen dan tetap berhati-hati sampai kondisi global menjadi lebih dapat diprediksi,” tulis ekonom LPEM FEB UI Teuku Riefky dalam Laporan Seri Analisis Makroekonomi yang dirilis pada Selasa, 20 Mei 2025.

Namun, Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, penguatan nilai tukar rupiah selama Mei 2025 sebesar 1,13 persen didukung oleh prospek ekonomi domestik yang sehat, inflasi yang terkendali, serta imbal hasil aset dalam negeri yang menarik bagi investor.

Untuk menjaga kestabilan nilai tukar, BI menyiapkan berbagai instrumen moneter. Strategi "triple intervention" kembali digencarkan, mencakup intervensi di pasar spot, Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF) dan pembelian SBN di pasar sekunder. Selain itu, BI terus mengoptimalkan instrumen lainnya untuk memperkuat daya tarik aset dalam negeri dan menjaga likuiditas.

“Seluruh instrumen moneter juga terus dioptimalkan, termasuk penguatan strategi operasi moneter pro-market melalui optimalisasi instrumen SRBI, SVBI, dan SUVBI, untuk memperkuat efektivitas kebijakan dalam menarik aliran masuk investasi portofolio asing dan mendukung stabilitas nilai tukar rupiah,” kata Perry dikutip dari laman Antara.

Keputusan Bank Indonesia juga dianggap selaras dengan kebijakan fiskal pemerintah yang ekspansif namun tetap hati-hati. "Kebijakan ini tepat untuk mendukung konsumsi dan investasi domestik di tengah tekanan eksternal dan melemahnya mitra dagang utama," kata Chief Economist Bank Mandiri, Andry Asmoro, di Jakarta, Rabu, seperti dikutip dari Antara

Asmo menilai bahwa pelonggaran BI rate akan mendorong konsumsi dan investasi tanpa menimbulkan risiko besar terhadap stabilitas eksternal.

Anastasya Lavenia Y. berkontribusi dalam penulisan artikel ini. 

Pilihan Editor: Fenomena Perusahaan Bayangan Korporasi Juara Deforestasi

Read Entire Article
Bogor View | Pro Banten | | |