Mengapa Hipertensi Disebut sebagai Silent Killer?

14 hours ago 1

TEMPO.CO, Jakarta - Hipertensi adalah sebuah keadaan saat aliran darah yang semula lancar tiba-tiba harus menyempit dan mengakibatkan tekanan darah yang melonjak naik. Aliran darah yang menyempit ini merupakan aliran darah arteri yang membuat ukuran darah tidak normal, di atas 120/80 milimeter merkuri (mm Hg).

Centers for Disease Control and Preventing (CDC) menyebutkan bahwa hipertensi menjadi salah satu faktor penyebab penyakit jantung pada 24 persen orang dewasa. Selain itu, penyakit ini juga bisa menjadi faktor stroke, yang merupakan salah satu penyebab kematian paling umum di seluruh dunia.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Di lain sisi, kondisi tekanan darah ini tidak memiliki sebuah gejala yang bisa ditemukan dengan mudah. Dikutip dari Healthline, saat penyempitan darah tiba-tiba terjadi tanpa gejala inilah yang membuat hipertensi disebut sebagai sebuah silent killer atau pembunuh mematikan. 

Penyakit hipertensi hanya bisa dideteksi pada orang-orang saat ia menjalani pemeriksaan berkala kepada dokter dan resmi mendapatkan diagnosis. Sisanya, bagi kebanyakan orang, mereka tidak sadar jika mengidap hipertensi selama bertahun-tahun dan inilah yang memperparah keadaan.

Tiga kategori hipertensi:

  • Hipertensi tahap 1: Sistolik antara 130-139 mm Hg atau diastolik antara 80-89 mm Hg.
  • Hipertensi tahap 2: Sistolik 140 mm Hg atau lebih tinggi atau diastolik 90 mm Hg atau lebih tinggi.
  • Krisis hipertensi: Sistolik lebih dari 180 mm Hg atau diastolik lebih dari 120 mm Hg, yang memerlukan perhatian

Silent killer ini juga akan jauh lebih berbahaya bagi orang-orang yang memiliki masalah kesehatan seperti diabetes. Kemudian gaya hidup dengan mengonsumsi zat natrium yang tinggi menjadi tipe orang kedua yang mendapatkan kemungkinan tinggi dengan penyakit hipertensi. 

Karena itu, untuk mencegah adanya hipertensi yang tidak bisa terdeteksi, setiap orang perlu memperbaiki gaya hidup. Mulai dari menjaga pola makan dan menghindari stres berlebihan. Termasuk bagi orang yang mengonsumsi rokok dan alkohol dalam waktu yang cukup sering juga perlu memperhatikan hal ini. Pasalnya, tembakau dan alkohol bisa menyebabkan kerusakan dalam aliran arteri yang meningkatkan risiko hipertensi. 

Read Entire Article
Bogor View | Pro Banten | | |