Israel Frustrasi karena Trump Tak Menurut Soal Iran dan Gaza

4 hours ago 3

TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintahan Israel yang dipimpin Perdana Menteri Benjamin Netanyahu kini dilaporkan frustasi karena Presiden Amerika Serikat Donald Trump menjalankan kebijakan Timur Tengah yang berbeda dari keinginan Tel Aviv. Seperti dilansir Anadolu pada Ahad, seorang mantan utusan AS menyebut perbedaan pandangan itu terutama dalam isu Iran dan serangan brutal Israel di Gaza.

“Saya kira yang kami lihat adalah pengakuan dari pihak Israel bahwa meskipun mereka menyambut baik terpilihnya Trump dan mengira akan mendapat cek kosong untuk menjalankan agenda apa pun (seperti di era Joe Biden;red), ternyata Trump punya agendanya sendiri,” kata Frank Lowenstein, mantan utusan Timur Tengah era pemerintahan Obama.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

NBC News mengutip pernyataan Lowenstein itu dalam sebuah pengarahan virtual yang diselenggarakan oleh J Street, kelompok advokasi yang menyebut diri pro-Israel dan pro-perdamaian.

Trump, yang sebelumnya mencabut pembatasan pengiriman senjata ke Israel dan mendukung perang genosida di Gaza, kini tampaknya mengambil jalur yang berbeda dari Netanyahu.

Ketika Iran yang saat ini tertekan akibat sanksi AS dan kehilangan banyak jaringan proksi regional, Netanyahu memandang saat ini menjadi momentum strategis untuk melancarkan serangan militer ke fasilitas nuklir Iran.

Namun, Trump ternyata lebih mendorong pendekatan diplomatik.

“Kami belum membuat keputusan,” ujar Trump pada Rabu lalu, ketika ditanya apakah AS akan mengizinkan Iran mempertahankan program pengayaan uranium untuk tujuan sipil dalam perjanjian nuklir baru.

Ia memberi sinyal terbuka untuk bernegosiasi dengan Teheran, hal yang membuat frustrasi para pejabat Israel yang menentang kesepakatan apa pun yang masih memberikan Iran kapasitas pengayaan.

“Mereka khawatir terhadap kesepakatan apa pun,” ujar seorang pejabat AS kepada NBC News.

Pemerintah Netanyahu secara terbuka menyatakan bahwa mereka mengharapkan AS menolak hasil akhir apa pun selain pembongkaran total infrastruktur nuklir Iran.

Namun, menurut sejumlah sumber, pemerintahan Trump terus menjajaki opsi untuk perjanjian baru.

Frustrasi Israel Meningkat

Ketegangan semakin terlihat jelas ketika Trump menghentikan operasi militer AS terhadap kelompok Houthi yang didukung Iran di Yaman, menyusul janji kelompok itu untuk menghentikan serangan terhadap kapal-kapal AS di Laut Merah.

Keputusan tersebut mengejutkan Israel, terutama karena hanya berselang beberapa hari setelah Houthi menembakkan rudal ke dekat Bandara Ben Gurion, bandara utama Israel.

Netanyahu berharap bisa mendapatkan komitmen dukungan udara dari AS jika Israel melancarkan serangan ke Iran. Namun sebaliknya, Trump justru mengumumkan rencana untuk membuka pembicaraan langsung dengan Iran.

Menurut para pejabat AS, Netanyahu menilai langkah tersebut sia-sia dan bisa mengorbankan keuntungan strategis langka, karena sistem pertahanan udara Iran -- yang dilaporkan rusak berat akibat serangan Israel pada Oktober lalu -- kini sedang dibangun kembali.

AS dan Iran baru saja menyelesaikan putaran keempat pembicaraan diplomatik di ibu kota Oman, Muscat, pada Ahad lalu.

Terkait Gaza, Trump secara pribadi mengkritik rencana Israel untuk memperluas serangannya di wilayah tersebut, dengan menyebutnya sebagai “upaya sia-sia karena akan menyulitkan proses rekonstruksi.”

Sejak Oktober 2023, lebih dari 52.800 warga Palestina, sebagian besar perempuan dan anak-anak, tewas akibat serangan brutal Israel di Gaza.

Pada November lalu, Mahkamah Pidana Internasional (ICC) mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Netanyahu dan mantan kepala pertahanan, Yoav Gallant, atas kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.

Meski frustrasi, para analis menilai Netanyahu kecil kemungkinan akan mengkritik Trump secara terbuka.

“Basis pendukungnya mencintai Trump, jadi untuk melawan Trump secara terbuka adalah sesuatu yang tak bisa ia lakukan,” ujar Ilan Goldenberg, mantan pejabat Pentagon.

Trump dijadwalkan mengunjungi kawasan Timur Tengah pekan depan, dengan rencana singgah di Arab Saudi, Qatar, dan Uni Emirat Arab -- tetapi tidak ke Israel.

Pilihan Editor:

Read Entire Article
Bogor View | Pro Banten | | |