Israel Berkukuh Tolak Gencatan Senjata di Gaza, Meski Hamas Bebaskan Sandera AS

4 hours ago 2

TEMPO.CO, Jakarta - Israel berkukuh menolak gencatan senjata atau pembebasan tahanan Palestina dengan Hamas, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengatakan pada Senin 12 Mei 2025, menjelang pembebasan sandera Israel-Amerika Serikat Edan Alexander.

Seorang sumber yang mengetahui situasi tersebut mengatakan pembebasan Alexander, sandera AS terakhir yang masih hidup yang ditahan di Gaza, diharapkan pada Senin, sehari setelah Israel diberi tahu tentang keputusan Hamas untuk melakukannya sebagai isyarat niat baik kepada Presiden Donald Trump.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pembebasan tersebut, setelah pembicaraan empat arah antara Hamas, Amerika Serikat, Mesir, dan Qatar, dapat membuka jalan untuk membebaskan sisa 59 sandera yang masih ditahan di Gaza.

Namun seperti dilansir Channel NewsAsia, Netanyahu mengatakan Israel hanya setuju untuk mengizinkan perjalanan yang aman bagi Alexander dan pasukannya akan melanjutkan persiapan yang baru-baru ini diumumkan untuk meningkatkan operasi di sana.

"Negosiasi akan terus berlanjut di bawah tekanan, selama persiapan untuk mengintensifkan pertempuran," kata kantornya dalam sebuah pernyataan, menambahkan bahwa tekanan militer telah memaksa Hamas untuk melakukan pembebasan.

Berita tak terduga mengenai perundingan antara Hamas dan Amerika Serikat muncul sesaat sebelum Trump dijadwalkan berangkat untuk kunjungan ke negara-negara Teluk, tanpa singgah di Israel.

Pada Ahad malam, Hamas mengatakan telah berbicara dengan AS dan telah setuju untuk membebaskan Alexander. Sebuah langkah yang oleh mediator utama Arab, Qatar dan Mesir disebut sebagai langkah yang menggembirakan menuju kembalinya perundingan gencatan senjata di daerah kantong yang dilanda perang tersebut.

Dalam sebuah pernyataan, keluarga Alexander berterima kasih kepada Trump dan utusan khususnya Steve Witkoff. Mereka berharap keputusan itu akan membuka jalan bagi pembebasan sandera lainnya, yang hanya 21 di antaranya diyakini masih hidup.

"Kami mendesak pemerintah Israel dan tim negosiasi, mohon jangan berhenti," mereka menambahkan.

Para pejabat AS telah mencoba menenangkan kekhawatiran di Israel tentang semakin jauhnya jarak antara Israel dan Trump. Pekan lalu, ia mengumumkan diakhirinya kampanye AS melawan Houthi yang didukung Iran di Yaman, meski terus menembakkan rudal ke Israel.

Keluarga para sandera dan pendukung mereka di Israel telah mendesak pemerintah Netanyahu untuk mencapai kesepakatan guna menjamin pembebasan mereka yang masih ditahan di Gaza. Namun, Netanyahu menghadapi tekanan berat dari kelompok ekstremis sayap kanan di Kabinetnya untuk tidak mengakhiri perang.

Pekan lalu, ia mengumumkan rencana untuk meningkatkan operasi di Gaza, yang menurut para pejabat dapat direbut sepenuhnya oleh pasukan Israel. Kendati demikian, ia menunda rencana itu sampai Trump menyelesaikan kunjungannya.

Setelah perjanjian gencatan senjata yang menghentikan pertempuran di Gaza selama dua bulan dan mengizinkan pertukaran 38 sandera dengan tahanan Palestina dan tahanan di penjara Israel, Israel melanjutkan operasinya di daerah kantong itu sejak Maret.

Sejak itu, Israel telah memperluas kendalinya atas wilayah itu, membersihkan sekitar sepertiga dari apa yang digambarkannya sebagai "zona keamanan" dan memblokir masuknya bantuan ke Gaza, yang menyebabkan 2 juta penduduk Palestina kelaparan.

Duta besar AS yang baru diangkat untuk Israel, Mike Huckabee, minggu lalu menguraikan rencana untuk sistem baru pengiriman bantuan oleh kontraktor swasta yang tidak akan dijalankan oleh Israel. Namun, banyak rincian yang masih belum jelas, termasuk siapa yang akan menyediakan dana.

Sebagian besar wilayah Gaza hancur sekitar 19 bulan setelah pasukan Israel menyerbu wilayah tersebut sebagai balasan atas serangan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober 2023 yang menewaskan 1.200 orang dan menyebabkan 251 orang disandera.

Sejak saat itu, lebih dari 52.800 warga Palestina telah terbunuh—mayoritas perempuan dan anak-anak— dan hampir seluruh penduduk terpaksa mengungsi beberapa kali karena pertempuran dan pengeboman Israel yang terus berlanjut. Serangan ini menghancurkan sebagian besar wilayah kantong tersebut.

Read Entire Article
Bogor View | Pro Banten | | |