Indofarma Masih Rugi Rp 334 Miliar di 2024

4 hours ago 3

TEMPO.CO, Jakarta - PT Indofarma Tbk (INAF) mencetak penjualan bersih sebesar Rp 210 miliar sepanjang 2024. Jumlah ini menurun dibandingkan tahun lalu atau per 31 Desember 2023 sebesar Rp 523 miliar.

INAF juga menekan kerugian di 2024 menjadi 334 miliar dibanding tahun sebelumnya sebesar Rp 721 miliar. Kemudian, INAF mencatakan total liabilitas sebesar Rp 1,7 triliun atau meningkat dari lalu Rp 1,5 triliun. Sementara, INAF memiliki aset sebesar Rp 618 miliar atau turun dibanding tahun lalu Rp 759 miliar.  

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dalam laporan keuangan INAF, penjualan perusahaan farmasi milik Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ini terdiri dari ethical Rp 88 miliar, vaksin Rp 64 miliar, alat kesehatan, jasa klinik, dan lainnya Rp 36 miliar, dan over the counter Rp 5,6 miliar. Sementara itu, dari penjualan ekspor didorong oleh ethical Rp 6,8 miliar, over the counter Rp 5,2 miliar, dan alat kesehatan Rp 2,8 miliar. 

Pada 10 Maret 2025, Indofarma pernah mengakui perseroannya memiliki utang gaji karyawan sebesar Rp 98 miliar. Jumlah itu meningkat dari Rp 31,88 miliar pada 30 Juni 2024.

Direktur Utama Indofarma Yeliandriani mengatakan perseroannya akan menjual aset senilai Rp 306,3 miliar untuk melunasi tunggakan gaji karyawan tersebut. “Sesuai perjanjian perdamaian, kewajiban pelunasan utang gaji karyawan direncanakan berasal dari hasil penjualan aset nonjaminan dan aset jaminan nonproduksi,” kata dia dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia pada Jumat, 14 Maret 2025.

Pada 30 September 2024, Indofarma menyebutkan nilai utang gaji karyawan per 30 Juni 2024 sebesar Rp 19,75 miliar, tunjangan kesejahteraan Rp 6,14 miliar, dan tunjangan akhir tahun Rp 5,99 miliar. Karena itu, Indofarma pun meminta persetujuan pemegang saham dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa pada 12 Desember 2024 untuk menjual aset mereka.

Pada awal 2025 lalu, Indofarma juga telah mengekspor obat-obatan sebanyak lima kontainer ke Afganistan. Langkah ini juga dianggap bagian untuk memulihkan perseroan dari keterpurukan yang dialaminya. 

“Kami mengawali tahun ini dengan bekerja keras untuk memenuhi komitmen kami kepada buyer di Afganistan. Dengan segala keterbatasan modal kerja dan upaya efisiensi yang harus terus kami lakukan, ekspor ini menjadi semangat bahwa Indofarma mampu untuk bangkit kembali,” kata Direktur Utama Indofarma Yeliandriani ketika itu. 

Yeliandriani berharap agar upaya untuk perbaikan di Indofarma dapat didukung oleh semua pemangku kepentingan, baik itu pemegang saham/pemerintah maupun masyarakat.Manajemen optimis bahwa dengan penguatan pasar ekspor, kontribusi dari sektor internasional akan semakin signifikan di masa mendatang

Kronologi Indofarma Terbelit Masalah

Hasil audit Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) menemukan sejumlah masalah di manajemen Indofarma dan anak perusahaannya, PT Indofarma Global Medika (IGM). Perusahaan milik negara yang berbisnis di bidang produksi obat dan alat kesehatan itu diketahui terjerat pinjaman online atau pinjol yang menimbulkan piutang macet sebesar Rp 124,9 miliar.

Temuan ini tertuang dalam Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester (IHPS) II Tahun 2023 yang disampaikan BPK ke DPR pada Kamis, 6 Juni 2024. BPK juga menemukan sejumlah temuan lain terkait aktivitas Indofarma yang menyebabkan kecurangan atau kerugian pada perusahaan farmasi tersebut. “Ditemukan bahwa PT Indofarma Tbk dan PT IGM melakukan pengadaan alat kesehatan tanpa studi kelayakan dan penjualan tanpa analisa kemampuan keuangan customer,” kata Ketua BPK Isma Yatun.

Berdasarkan laporan majalah Tempo berjudul 'Apa Saja Modus Korupsi Indofarma', temuan fraud di BUMN ini berawal dari para auditor negara yang menjalankan pemeriksaan dengan tujuan tertentu atau PDTT pada 2023 di Indofarma. BPK menemukan indikasi kerugian negara hingga total Rp 371,83 miliar dari kegiatan Indofarma selama 2020 hingga semester I 2023. “BPK menyimpulkan adanya penyimpangan yang berindikasi tindak pidana oleh pihak-pihak terkait dalam pengelolaan keuangan Indofarma,” kata Wakil Ketua BPK Hendra Susanto pada Selasa, 21 Mei 2024.

Menurut dokumen audit yang dillihat Tempo, salah satu indikasi kerugian Indofarma muncul dari penyimpangan jual-beli alat kesehatan pada anak usaha Indofarma, PT Indofarma Global Medika atau IGM. 

Raden Putri berkontribusi dalam penulisan artikel ini.

Read Entire Article
Bogor View | Pro Banten | | |