Efek Samping yang Ditimbulkan dari Menunda Haid

9 hours ago 1

TEMPO.CO, Jakarta - Haid adalah perdarahan bulanan alami yang terjadi bagi setiap wanita dengan kesehatan normal. Namun, dalam beberapa situasi tertentu, seperti saat menjalani ibadah haji maupun karena kondisi kesehatan tertentu, menunda haid bisa menjadi solusi praktis bagi wanita.

Umumnya, menunda haid dilakukan dengan menggunakan obat hormon seperti pil KB atau norethisterone. Kedua obat ini populer karena membantu menyesuaikan siklus menstruasi sesuai kebutuhan. Obat penunda haid biasanya mengandung hormon progesteron sintetis seperti norethisterone atau kombinasi hormon estrogen dan progesteron misalnya pil KB.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Cara kerja dari obat penunda haid adalah dengan menghentikan proses ovulasi dan mencegah penebalan dinding rahim yang biasanya akan luruh saat menstruasi. Jadi, selama mengonsumsi obat ini, haid bisa tertunda.

Adapun obat norethisterone juga bisa menimbulkan beberapa efek samping. Efek samping yang paling sering dialami adalah jerawat, pendarahan ringan di luar jadwal haid, perubahan suasana hati, berkurangnya gairah seksual, nyeri payudara, atau rasa mual. Meski begitu, tidak semua orang akan merasakan efek tersebut.

Ada beberapa kelompok wanita yang sebaiknya tidak menggunakan obat ini, seperti wanita yang sedang hamil, baru saja melahirkan, atau sedang menyusui. Selain itu, obat ini juga tidak dianjurkan untuk wanita dengan masalah kesehatan tertentu, seperti tumor hati, kanker payudara, dan beberapa kondisi medis langka lainnya.

Walaupun dianggap aman jika digunakan dengan benar dan sesuai anjuran dokter, menunda haid juga bisa menimbulkan efek samping yang perlu diperhatikan. Dilansir dari Mayo Clinic, salah satu efek sampingnya adalah pendarahan atau bercak di luar jadwal haid, yang disebut pendarahan terobosan.

Kondisi ini sering terjadi pada beberapa bulan pertama saat menggunakan alat kontrasepsi hormonal untuk menunda menstruasi. Namun biasanya pendarahan ini akan berkurang seiring tubuh beradaptasi dengan obat.

Selain itu, menunda haid juga bisa membuat Anda lebih sulit mengetahui apakah sedang hamil. Jika Anda merasakan gejala seperti mual di pagi hari, nyeri payudara, atau kelelahan berlebihan, sebaiknya segera lakukan tes kehamilan atau konsultasi ke dokter.

Pendarahan terobosan tersebut dapat diatasi. Pada umumnya, pendarahan akan membaik seiring berjalannya waktu. Namun ada beberapa langkah yang bisa dilakukan seperti berikut ini:

  • Tetap konsisten dengan jadwal minum obat. Pendarahan bisa lebih parah jika Anda lupa minum pil, terlambat mengganti cincin vagina, atau terlambat mendapatkan suntikan hormon.
  • Catat kapan pendarahan muncul dalam kalender atau buku harian agar Anda bisa memantau perkembangan.
  • Jangan mencoba menunda haid dengan melewatkan pil kosong atau jeda hormon. Dengan mengikuti jadwal biasa, perdarahan spontan biasanya berkurang.
  • Jika Anda merokok, coba minta bantuan dokter untuk berhenti. Perokok cenderung mengalami pendarahan lebih berat dibanding yang tidak merokok.

Jika Anda menggunakan pil KB kombinasi atau cincin vagina, kadang menghentikan minum pil selama beberapa hari saat pendarahan terobosan terjadi bisa membantu. Pastikan Anda sudah mengonsumsi hormon aktif selama minimal 21–30 hari sebelum berhenti sebentar. Setelah 3–4 hari bebas hormon, mulai lagi konsumsi pil atau pasang kembali cincin. Biasanya, pendarahan akan berhenti setelah beberapa waktu.

Perdarahan spontan ini bukan berarti alat kontrasepsi Anda tidak bekerja. Tetap gunakan obat sesuai petunjuk agar risiko kehamilan tidak direncanakan tetap rendah. Namun, jika pendarahan berlangsung berat atau lebih dari tujuh hari berturut-turut, segera hubungi dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat.

Melinda Kusuma Ningrum berkontribusi dalam penulisan artikel ini.
Read Entire Article
Bogor View | Pro Banten | | |