Dampak Menggunakan Alat KB Hormonal dalam Waktu Lama

3 hours ago 3

TEMPO.CO, Jakarta - Dalam melakukan program Keluarga Berencan (KB), penggunaan alat kontrasepsi menjadi salah satu bagian penting yang bisa dipertimbangkan. Selain untuk mencegah adanya kehamilan yang tidak dikehendaki, alat kontrasepsi juga bisa membantu untuk menjaga kesehatan reproduksi.

Saat ini sudah banyak alat kontrasepsi yang tersedia. Umumnya alat kontrasepsi dibagi menjadi dua jenis, yakni nonhormonal dan hormonal. Kontrasepsi nonhormanal seperti kondom, diafragma, spons, spermisida, IUD tembaga, metode kesadaran kesuburan, dan sterilisasi pria dan perempuan. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Metode nohormonal memiliki tingkat efektivitas yang cukup tinggi dan tidak memiliki efek samping yang berlebihan. Di lain sisi, metode kontrasepsi hormonal ini mencakup pil KB, suntikan, patch, cincin vagina, implan, dan IUD hormonal. Sama dengan metode nonhormonal, metode ini memiliki tingkat efektivitas yang tinggi. 

Di beberapa orang, metode hormonal bahkan bisa membantu untuk mengatur siklus menstruasi, mengurangi nyeri haid, dan mengatasis gejala premenstrual syndrome. Metode hormonal ini memiliki beragam bentuk dan menyesuaikan kebutuhan para penggunanya, mulai dari pil harian, suntikan triwulanan, atau implan jangka panjang.

Dilansir dari Healthline, bahkan karena sangat fleksibel, bentuk-bentuk pilnya bisa dikombinasikan dan bisa diatur siklus konsumsinya. KB hormonal bahkan bisa menjadi solusi untuk mengatasi menorrhagia atau menstruasi berat yang mengakibatkan pendarahan yang banyak. 

Sayangnya, kontrasepsi hormonal juga memiliki dampak bagi tubuh jika dikonsumsi atau digunakan dalam jangka waktu yang lama. Apa saja dampaknya?

  1. Menghentikan siklus menstruasi sepenuhnya.
  2. Memberikan efek sampai seperti mual, sakit kepala, nyeri payudara, penambahan berat badan, sakit punggung, bahkan depresi.
  3. Meningkatkan risiko kista ovarium.
  4. Bisa mengakibatkan komplikasi seperti serangan jantung, demam, dan bahkan gumpalan darah.
  5. Dalam penggunaan IUD yang tidak diganti bisa mengakibatkan tusukan rahim.

Adanya risiko-risiko di atas, untuk penggunaan kontrasepsi hormonal selalu dianjurkan untuk berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter. Kemudian, penderita kanker payudara, gangguan pembekuan darah, stroke, migrain, hipertensi, bahkan diabetes dianjurkan untuk tidak menggunakan produk-produk KB hormonal ini.

Bahkan, National Institute Cancer menyebutkan bahwa KB hormonal bisa meningkatkan risiko kanker bagi penggunanya. Risiko kanker yang paling besar adalah kanker serviks, kolorektal, ovarium, endometrium, dan payudara.

Risiko ini bisa muncul karena hormon estrogen dan progesteron harus merangsang perkembangan dan pertumbuhan hormon sintesis yang sama. Akibatnya, reseptor kanker, seperti kanker payudara, muncul dan bisa meningkatkan risiko kanker.

Read Entire Article
Bogor View | Pro Banten | | |