Belajar dari Mendiang Kim Sae Ron dan Sulli, Ini Bahaya Victim Blaming pada Perempuan

1 day ago 1

CANTIKA.COM, Jakarta - Kasus tragis yang menimpa Kim Sae Ron dan Sulli menyoroti bahaya victim blaming terhadap perempuan, khususnya di industri hiburan Korea Selatan. Victim blaming, atau menyalahkan korban atas situasi yang menimpanya, dapat memperburuk kondisi mental dan emosional seseorang, bahkan berujung pada tindakan fatal seperti bunuh diri.

Kim Sae Ron, yang dikenal melalui perannya dalam film The Man From Nowhere (2010), mengalami penurunan karier setelah insiden mengemudi dalam keadaan mabuk pada tahun 2022. Meskipun telah meminta maaf dan berupaya memperbaiki kesalahannya, ia terus-menerus menjadi sasaran kritik tajam dan perundungan daring. Tekanan ini semakin meningkat dengan pemberitaan media yang sensasional dan komentar negatif dari netizen. Sayangnya, hal tersebut akhirnya berkontribusi pada keputusan tragisnya untuk mengakhiri hidup pada 16 Februari 2025, bertepatan juga dengan ulang tahun Kim Soo Hyun.

Demikian pula, Sulli, mantan anggota grup K-pop asuhan SM Entertainment, f(x) yang menghadapi perundungan daring pada masanya akibat ekspresi dirinya yang dianggap kontroversial oleh sebagian masyarakat. Pada 2017, perempuan kelahiran 29 Maret 1994 tersebut juga mendapat tekanan yang besar saat mendapat dipaksa melakukan adegan tidak senonoh dalam film Real yang diperankan Kim Soo Hyun. Meskipun berusaha untuk tetap kuat, tekanan tersebut akhirnya mendorongnya untuk mengakhiri hidup pada 19 Oktober 2019. Kematian Sulli memicu diskusi luas tentang dampak negatif perundungan daring dan pentingnya dukungan kesehatan mental bagi selebriti.

Perlakuan tidak adil terhadap selebriti perempuan di Korea Selatan mencerminkan bias gender yang mendalam. Mereka sering kali menerima hukuman sosial yang lebih berat dibandingkan rekan pria mereka atas kesalahan yang serupa. Hal ini menunjukkan adanya standar ganda dalam masyarakat yang perlu diatasi.

Apa Itu Victim Blaming?

Victim blaming merujuk pada pola pikir yang berbahaya di mana korban dari sebuah peristiwa, baik itu kejahatan atau kecelakaan, dianggap bertanggung jawab—baik sepenuhnya atau sebagian—atas peristiwa yang menimpa mereka. Sikap ini dapat muncul dalam berbagai bentuk, mulai dari reaksi sosial negatif dari profesional hukum, medis, atau kesehatan mental, hingga dari keluarga, teman, dan media.

Hal itu sering kali timbul dari kesalahpahaman atau bias yang membuat orang berpikir bahwa korban entah bagaimana "pantas" menerima apa yang terjadi pada mereka. Mispersepsi ini dapat menyarankan bahwa korban memiliki peran dalam membawa bahaya kepada diri mereka sendiri atau bahwa mereka memiliki harga diri yang rendah dan tanpa sadar mencari situasi berbahaya. Penilaian yang merugikan ini dapat memperburuk trauma korban dan menyulitkan proses penyembuhan mereka.

Bagaimana Cara Menolong Korban Victim Blaming?

Untuk membantu korban victim blaming, penting untuk memberikan dukungan emosional yang penuh empati. Berikut adalah beberapa langkah yang bisa diambil:

  1. Dengarkan dengan empati: Ketika seseorang bercerita tentang pengalaman mereka, dengarkan tanpa menghakimi. Biarkan mereka merasa didengar dan dipahami.

  2. Hindari memberikan kritik atau pertanyaan yang menyalahkan: Jangan mempertanyakan atau menyalahkan keputusan korban. Fokus pada mendukung mereka dan memberi tahu mereka bahwa perasaan mereka sah.

  3. Edukasi diri dan orang lain tentang pentingnya dukungan: Membagikan informasi tentang efek berbahaya dari victim blaming dapat membantu masyarakat lebih sadar dan lebih peduli.

  4. Bantu mencari bantuan profesional: Jika korban merasa tertekan atau terisolasi, dukungan dari seorang profesional bisa sangat membantu untuk membantu mereka mengatasi trauma.

Bahaya Victim Blaming

Victim blaming memiliki dampak yang sangat besar pada kesehatan mental korban. Ini bisa menyebabkan perasaan malu, penyesalan, dan rasa bersalah yang mendalam. Korban yang merasa disalahkan mungkin merasa enggan untuk mencari keadilan atau bahkan berbicara tentang apa yang mereka alami karena takut dihakimi atau diabaikan. Dampaknya bisa lebih jauh, termasuk depresi, kecemasan, atau gangguan stres pascatrauma (PTSD).

Lebih dari itu, victim blaming dapat memperburuk perasaan isolasi korban karena mereka merasa tidak didukung oleh orang-orang di sekitar mereka. Suasana ini dapat mencegah korban lain untuk datang ke depan dan mencari bantuan, yang pada akhirnya memperpanjang siklus kekerasan atau pelecehan.

Menangani Victim Blaming

Untuk mengatasi victim blaming, masyarakat harus mengubah fokus dari penilaian kepada empati dan dukungan. Sangat penting untuk mendidik publik tentang dampak psikologis dan emosional yang dapat ditimbulkan dari perilaku ini. Media, sistem hukum, dan kesehatan harus memprioritaskan perlakuan yang sensitif dan penuh rasa hormat terhadap korban. Selain itu, kita harus menantang norma-norma sosial yang mendukung sikap merugikan ini, membantu menciptakan budaya yang mendukung korban dan bukannya menyalahkan mereka.

Victim blaming adalah perilaku destruktif yang menghalangi keadilan dan penyembuhan. Dengan memperbanyak pemahaman dan kasih sayang, kita dapat mulai mengurai stereotip dan prasangka yang memperkuat praktik ini, menawarkan jalan menuju penyembuhan bagi korban dan masyarakat yang lebih empatik secara keseluruhan.

Catatan Redaksi:

Jangan remehkan depresi. Untuk bantuan krisis kejiwaan atau tindak pencegahan bunuh diri:

Dinas Kesehatan Jakarta menyediakan psikolog GRATIS bagi warga yang ingin melakukan konsultasi kesehatan jiwa. Terdapat 23 lokasi konsultasi gratis di 23 Puskesmas Jakarta dengan BPJS.

Bisa konsultasi online melalui laman https://sahabatjiwa-dinkes.jakarta.go.id dan bisa dijadwalkan konsultasi lanjutan dengan psikolog di Puskesmas apabila diperlukan.

Selain Dinkes DKI, Anda juga dapat menghubungi lembaga berikut untuk berkonsultasi:

  • Yayasan Pulih: (021) 78842580

  • Hotline Kesehatan Jiwa Kementerian Kesehatan: (021) 500454

  • LSM Jangan Bunuh Diri: (021) 9696 9293

Jika kamu atau seseorang yang kamu kenal mengalami tekanan emosional atau memiliki pemikiran untuk mengakhiri hidup, jangan ragu untuk mencari bantuan profesional.

Pilihan Editor: Bukti Baru dari Konferensi Pers Tunjukkan Kim Soo Hyun Berbohong, Begini Faktanya

Canadian Resource Centre for Victims of Crime | X | Instagram

Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika

Read Entire Article
Bogor View | Pro Banten | | |