TEMPO.CO, Jakarta - Amnesty International Indonesia menyoroti maraknya kekerasan dan intimidasi terhadap pembela hak asasi manusia (HAM) di tanah air. Mereka mencatat setidaknya terdapat 123 laporan kasus penyerangan fisik, serangan digital, ancaman, dan bentuk pembalasan lainnya terhadap 288 pembela hak asasi manusia sepanjang tahun 2024.
Direktur Eksekutif Amnesty International Indonesia Usman Hamid menyatakan maraknya kekerasan terhadap pembela HAM itu terjadi karena perlindungan hukum yang tidak memadai. “Ini membuat para pembela HAM rentan terhadap ancaman dan intimidasi,” ujar Usman dalam acara Peluncuran Laporan Tahunan HAM Amnesty International di Menteng, Jakarta Pusat, pada Selasa, 29 April 2025.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut Usman, lemahnya aturan itu juga menyebabkan penegakan hukum terhadap kasus-kasus penindasan yang menimpa pembela HAM tidak berjalan dengan layak. Dia mencatat dari rutusan laporan kekerasan terhadap pembela HAM yang dilaporkan sepanjang 2024, hanya sebagian kecil saja yang pelakunya dihukum di pengadilan.
Dia mencontohkan salah satu insiden kekerasan yang menimpa advokat sekaligus pembela HAM di Papua, Yan Christian Warinussy. Yan mengalami penembakan oleh orang yang tak dikenal di Manokwari, Papua Barat. Peristiwa itu menimpa Yan usai dia menghadiri persidangan kasus korupsi yang melibatkan auditor negara di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Manokwari pada 17 Juli 2024. “Hingga akhir tahun, belum ada perkembangan yang diketahui dalam penyelidikan polisi,” kata dia.
Baru pada Februari 2025, Kepolisian Resor Kota Manokwari menangkap satu tersangka yang diduga terlibat dalam teror penembakan Yan Christian Warinussy. Kapolresta Manokwari Kombes Rivadin B Simangunsong menyebut penangkapan ZT (laki-laki) bertempat di sebuah rumah di Jalan Drs Esau Sesa, Kabupaten Manokwari, Papua Barat, pada 2 Februari 2025 sekitar pukul 04.00 WIT.
"Penangkapan ZT dilakukan oleh timsus Polresta Manokwari, yang selanjutnya dibawa ke markas Polresta untuk dilakukan pemeriksaan," ungkap Rivadin di kantor Polresta Manokwari, Selasa 4 Februari 2025.
Rivadin mengatakan berdasarkan keterangan ZT polisi telah mengantongi identitas 4 pelaku lain, dengan aktor utama penembakan berinisial OU. Dia menyebut motif penembakan Yan Christian Warinussy, berdasarkan keterangan tersangka ZT. "Dilatarbelakangi persoalan lain yang sedang berproses di pengadilan, yaitu kasus pembunuhan almarhum Yahya Sayori yang didampingi oleh advokat Yan Christian Warinussy," ujar Rivadin.
ZT mengatakan bahwa otak di balik teror penembakan Yan adalah OU, yang diduga memiliki hubungan dekat dengan pelaku pembunuhan Yahya Sayori. Pada saat ini OU masih dalam pencarian polisi.