15 Faktor Risiko Demensia pada Usia Muda

6 hours ago 2

TEMPO.CO, Jakarta - Demensia umumnya terjadi pada mereka yang berusia 65 tahun ke atas. Namun risiko penyakit ini mulai meningkat bahkan sebelum seseorang memasuki usia 65 tahun. Fenomena ini dikenal sebagai demensia usia muda atau young-onset dementia. Meski relatif jarang, kondisi ini cenderung lebih agresif dibandingkan demensia pada usia lanjut.

Data dari Alzheimer’s Association memperkirakan bahwa antara 220.000 hingga 640.000 orang di Amerika Serikat didiagnosis dengan demensia usia muda setiap tahunnya. Dilansir dari laman Alzheimer's Society, demensia usia muda ini memiliki penyebab yang berbeda dengan demensia pada orang tua. Beberapa tipe demensia yang umum ditemukan pada lansia ternyata berkembang dengan gejala yang berbeda pada kelompok usia yang lebih muda.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Penyebab demensia pada usia muda umumnya serupa dengan yang terjadi pada lansia. Namun ada jenis tertentu, seperti frontotemporal dementia (FTD), yang lebih sering muncul pada usia produktif. Selain itu, meskipun disebabkan penyakit yang sama, gejala yang muncul pada orang dengan usia muda bisa berbeda dibandingkan pada usia lanjut.

Faktor Risiko Demensia Usia Muda

Dalam riset yang dipublikasikan di JAMA Neurology pada Desember 2023, para peneliti menganalisis lebih dari 350.000 orang berusia di bawah 65 tahun di dalam basis data UK Biobank. Mereka menemukan 15 faktor utama yang berkaitan dengan peningkatan risiko demensia usia muda.

Dari 39 faktor yang diteliti, 15 di antaranya memiliki pengaruh kuat dengan risiko demensia usia muda. Dikutip dari laman Health, berikut 15 faktor risiko penyebab demensia usia muda:

  1. Pendidikan formal yang rendah
  2. Status sosial ekonomi rendah
  3. Memiliki dua salinan gen APOE4
  4. Gangguan penggunaan alkohol
  5. Isolasi sosial
  6. Kekurangan vitamin D
  7. Kadar C-reactive protein yang tinggi
  8. Kekuatan genggaman tangan rendah
  9. Tidak mengonsumsi alkohol atau efek "healthy drinker"
  10. Gangguan pendengaran
  11. Diabetes
  12. Penyakit jantung
  13. Depresi
  14. Hipotensi ortostatik
  15. Riwayat stroke.

Menurut ahli neurologi perilaku, Arman Fesharaki-Zadeh dari Yale School of Medicine, faktor-faktor risiko ini kerap terjadi bersamaan. Misalnya yang terjadi pada seseorang dengan gangguan alkohol kemungkinan besar juga mengalami malnutrisi, kelemahan otot, gangguan mood seperti depresi, dan penyakit metabolik seperti diabetes serta penyakit jantung.

Individu seperti ini juga lebih rentan terhadap inflamasi, yang tercermin dari meningkatnya kadar C-reactive protein dalam tubuh mereka.

Selain itu, risiko demensia ini juga dipengaruhi oleh dua salinan gen APOE4 karena penumpukan plak amiloid di otak. Jika seseorang membawa satu salinan gen ini, risikonya naik tiga kali lipat. Dengan dua salinan, risikonya meningkat hingga 12 kali lipat. Sekitar 25 persen populasi membawa setidaknya satu salinan gen APOE4.

Cara Menurunkan Risiko Demensia Usia Muda

Demensia usia muda ini dapat dihindari, salah satunya dengan memperbaiki gaya hidup. Menurut David Perlmutter, ahli neurologi, perubahan gaya hidup harus dimulai sedini mungkin. Sebab, perubahan biologis yang mengarah ke demensia bisa berlangsung 20–30 tahun sebelum gejala kognitif pertama kali muncul.

Dilansir dari laman Harvard Health Publishing, berikut beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk menekan risiko demensia usia muda:

  1. Batasi konsumsi alkohol dengan menghindari minum berlebihan untuk menjaga kesehatan otak.
  2. Rajin bersosialisasi dengan tetap menjaga koneksi sosial untuk menjaga kesehatan mental dan kognitif
  3. Cukupi kebutuhan vitamin D, dapat dengan paparan sinar matahari, suplemen, atau juga dapat konsultasikan dengan dokter.
  4. Apabila memiliki gangguan pendengaran, gunakan alat bantu dengar jika diperlukan.
  5. Terapkan gaya hidup sehat dengan rutin berolahraga, makan bergizi, menjaga berat badan ideal, dan konsultasi rutin dengan dokter untuk mengontrol risiko stroke, jantung, dan diabetes.
  6. Aktif berolahraga karena olahraga rutin meningkatkan neurogenesis dan kesehatan pembuluh darah, serta memperbaiki mood.
  7. Mengadopsi diet Mediterania, yaitu pola makan berbasis tanaman, kaya ikan, minyak zaitun, dan sayuran.
  8. Lakukan stimulasi kognitif dengan terus belajar hal baru, mengikuti seminar, belajar bahasa asing, hingga bermain musik.
  9. Terapkan manajemen mood dengan mempraktikkan teknik pengelolaan stres seperti meditasi dan yoga.
  10. Jaga gula darah karena menjaga kestabilan kadar gula darah sangat penting, baik bagi penderita diabetes maupun yang bukan.
  11. Tidur cukup dan berkualitas karena tidur yang baik berperan vital dalam menjaga metabolisme otak.

Dengan perubahan gaya hidup sederhana, risiko demensia di usia muda bisa ditekan.

Read Entire Article
Bogor View | Pro Banten | | |