Peneliti BRIN Temukan Spesies Baru Kadal Buta dari Pulau Buton

8 hours ago 5

TEMPO.CO, Jakarta - Tim peneliti dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) berhasil mengidentifikasi dan mendeskripsikan spesies baru kadal buta dari genus Dibamus yang endemik di Pulau Buton, Sulawesi Tenggara. Spesies ini diberi nama Dibamus oetamai sebagai penghormatan kepada almarhum Jakob Oetama, tokoh pers Indonesia yang berjasa dalam perkembangan jurnalisme di tanah air.

Peneliti Ahli Madya Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi BRIN Awal Riyanto mengutakan bahwa kadal buta merupakan reptil fosorial (hidup di dalam tanah) yang memiliki tubuh seperti cacing, mata yang terdegenerasi, dan tidak memiliki kaki pada betina (jantan memiliki kaki vestigial berbentuk flap).

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Genus ini tersebar luas dari Asia Tenggara hingga Papua Nugini, tetapi banyak spesiesnya masih kurang dipelajari karena kelangkaan spesimen dan kebiasaannya yang tersembunyi. “Jurnalis kritis bertanya, mencari fakta dan menyiarkan kebenaran apapun hasilnya (Jill Abramson). Curiosity energi peneliti untuk himpun dan analisis data demi menemukan kebenaran, pun terkadang bisa salah namun pantang berbohong,” ungkap Awal melalui keterangan tertulis, Selasa, 13 Mei 2025.

Selama ini, kata Awal, Dibamus novaeguineae dianggap sebagai spesies yang tersebar luas di Indonesia, termasuk Papua, Maluku, Sulawesi, dan Nusa Tenggara. Namun, penelitian morfologi dan biogeografi terbaru mengungkap bahwa populasi di Pulau Buton memiliki ciri khas yang membedakannya dari spesies lain dalam genus ini.

Spesies baru ini dideskripsikan berdasarkan perbedaan morfologi yang signifikan, termasuk ukuran tubuh, yaitu panjang moncong-ke-vent (SVL) maksimum 145,7 milimeter;. sisik kepala tidak memiliki sutur rostral medial dan lateral; frontal lebih besar daripada frontonasal; pola warna yang memiliki dua atau tiga pita berwarna terang pada tubuh; dan habitat endemik di hutan hujan muson Pulau Buton dengan ketinggian di bawah 400 mdpl.

Spesies ini dinamai Dibamus oetamai sebagai penghormatan kepada Jakob Oetama, pendiri Kompas Gramedia, yang telah berkontribusi besar bagi dunia jurnalisme Indonesia. Nama lokal yang diusulkan adalah kadal buta buton.

Penemuan ini memperkaya keanekaragaman hayati Indonesia, khususnya reptil fosorial yang masih sedikit diketahui. Dibamus oetamai merupakan contoh bagaimana pulau-pulau kecil seperti Buton dapat menjadi rumah bagi spesies unik yang berevolusi secara terisolasi.

"Temuan ini menunjukkan bahwa masih banyak keragaman reptil Indonesia yang belum terungkap, terutama di wilayah Wallacea yang menjadi hotspot keanekaragaman hayati," ujar Awal Riyanto,

Tim peneliti menganalisis spesimen museum dari Papua, Maluku, Sulawesi, dan Nusa Tenggara, serta melakukan perbandingan morfometrik dan meristik. Hasilnya menunjukkan bahwa populasi Buton memiliki karakteristik unik yang tidak ditemukan pada Dibamus lain di wilayah sekitarnya.

Karena endemisitasnya yang tinggi dan keterbatasan sebaran, Dibamus oetamai berpotensi rentan terhadap ancaman deforestasi dan perubahan habitat. Perlindungan kawasan hutan di Buton, seperti Kawasan Lindung Hutan Lambusango, menjadi kunci untuk menjaga kelestarian spesies ini.

Read Entire Article
Bogor View | Pro Banten | | |