Masa Transisi ke Musim Kemarau, BMKG: Hujan Masih Guyur Beberapa Wilayah

10 hours ago 2

TEMPO.CO, Jakarta - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika atau BMKG menyebut kendati Indonesia mulai memasuki musim kemarau sejak akhir April, sejumlah daerah masih berpotensi diguyur hujan lantaran kondisi atmosfer yang labil di masa transisi.

Sebelumnya, berdasarkan analisis BMKG, sebanyak 403 Zona Musim (ZOM) atau sekitar 57,7 persen wilayah Indonesia diprediksi memasuki musim kemarau pada periode April hingga Juni 2025. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dilansir dari laman BMKG, wilayah Nusa Tenggara diperkirakan menjadi yang paling awal mengalami musim kemarau dibandingkan wilayah lainnya. Secara keseluruhan, musim kemarau tahun ini diprediksi datang bersamaan atau lebih lambat dari normalnya di 409 ZOM (59 persen). 

Kendati demikian, akumulasi curah hujan selama musim kemarau diperkirakan berada pada kategori normal, tanpa kecenderungan lebih basah atau lebih kering. Adapunm, puncak musim kemarau diprediksi terjadi pada Agustus dan akan berlangsung lebih singkat dari biasanya pada 298 ZOM (43 persen).

Dalam beberapa pekan terakhir, masyarakat merasakan cuaca panas terik pada siang hari, namun masih disertai hujan pada sore atau malam. Menurut BMKG, fenomena ini merupakan ciri khas masa peralihan dari musim hujan ke musim kemarau. 

Kondisi atmosfer yang labil pada masa transisi ini berpotensi memicu terbentuknya awan konvektif seperti Cumulonimbus (CB), yang berpotensi menyebabkan cuaca ekstrem seperti hujan lebat, petir, angin kencang, bahkan hujan es. 

Dirangkum BMKG, belakangan hujan dengan intensitas sangat lebat tercatat di beberapa wilayah, seperti pada 10 Mei di Kota Tangerang Selatan, Banten (103,0 mm/hari), 11 Mei di Kabupaten Sleman, DIY (115,3 mm/hari), 12 Mei di Kabupaten Merauke, Papua Selatan (118,0 mm/hari), dan 14 Mei di Kabupaten Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah (105,7 mm/hari).

Akibat kondisi dinamika atmosfer yang fluktuatif dan dapat berubah secara tiba-tiba pada periode ini,  masyarakat diimbau untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi cuaca ekstrem. Kondisi seperti hujan lebat disertai kilat/petir dan angin kencang masih mungkin terjadi meski mulai memasuki musim kemarau.

Lebih lanjut, merujuk laporan BMKG, prospek cuaca periode 16 hingga 18 Mei 2025 umumnya didominasi berawan hingga hujan ringan, sementara itu pada periode 19 hingga 22 Mei 2025 BMKG memprediksi cuaca di wilayah Indonesia masih didominasi berawan hingga hujan ringan.

Lalu, perlu diwaspadai adanya potensi hujan lebat di wilayah Kalimantan Timur, Papua Tengah, dan Papua Selatan. Serta angin kencang di beberapa wilayah seperti Jawa Timur, Bali, NTB, NTT dan Maluku.

Oleh karena itu, BMKG mengimbau masyarakat dalam menghadapi kondisi cuaca cerah dengan potensi cuaca ekstrem dalam beberapa waktu ke depan untuk menggunakan pelindung atau tabir surya guna menghindari paparan langsung sinar matahari, menjaga kecukupan cairan tubuh. Kemudian, waspada terhadap kemungkinan hujan lebat yang disertai angin kencang dan petir dengan menjauhi wilayah terbuka ketika terjadi hujan yang disertai petir, serta menjauhi pohon, bangunan dan infrastruktur yang sudah rapuh. 

Selain itu, warga juga diwanti-wanti agar siap siaga menghadapi potensi bencana hidrometeorologi, seperti banjir, banjir bandang, dan tanah longsor, yang dapat terjadi kapan saja.

Read Entire Article
Bogor View | Pro Banten | | |