Konfrontasi Militer India-Pakistan: Siapa Pemenangnya?

5 hours ago 2

INDIA dan Pakistan mengakhiri konflik bersenjata pada 10 Mei 2025 di bawah kesepakatan gencatan senjata yang dimediasi AS. Namun, kedua negara malah terlibat dalam pertarungan narasi sengit yang mengklaim masing-masing adalah pemenang. Keduanya membanggakan pencapaian mereka dengan lantang sementara secara diam-diam meminimalkan kemunduran mereka.

Segera setelah gencatan senjata mulai berlaku, saluran televisi India menyiarkan berita utama yang menyatakan "Pakistan Menyerah." Kampanye militer India, yang dipicu oleh pembunuhan para turis di Kashmir yang dikelola India bulan lalu, digambarkan oleh menteri pertahanan India Rajnath Singh sebagai pesan yang tegas kepada para teroris, seperti dilansir CNN.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Di seberang perbatasan di ibu kota Pakistan, kerumunan orang yang bergembira merayakan apa yang dipuji oleh Perdana Menteri Shehbaz Sharif sebagai keberhasilan militer bersejarah oleh "tentara kami yang berani." Sharif mengklaim bahwa jet-jet Pakistan telah dengan cepat membungkam artileri India dengan cara yang akan dikenang selama bertahun-tahun. Di luar, patung perdana menteri India dibakar sebagai bentuk protes.

Namun, sebenarnya pertikaian antara dua rival bersenjata nuklir ini mengakibatkan kerusakan besar dan kerugian di kedua belah pihak.

Penyebab Perang dan Puncak Konfrontasi

Konflik ini dipicu oleh pembantaian 26 warga sipil di Pahalgam, yang terletak di wilayah Kashmir yang dikuasai India pada 22 April. Serangan tersebut diklaim oleh sebuah faksi militan yang relatif tidak jelas, Front Perlawanan (The Resistance Front - TRF), tetapi India menuduh Pakistan mendukung kelompok tersebut. Meskipun Pakistan menyangkal, Perdana Menteri India Narendra Modi bersumpah akan melakukan pembalasan.

Setelah serangkaian pembalasan diplomatik yang saling berbalas, ketegangan meletus secara militer. Pada pagi hari 7 Mei, India meluncurkan serangan rudal yang menargetkan apa yang disebutnya sebagai kamp-kamp "teroris" tidak hanya di Kashmir yang dikelola oleh Pakistan, tetapi juga di empat lokasi di provinsi Punjab, Pakistan.

Setelah itu, kedua negara melakukan serangan pesawat tak berawak yang mematikan di wilayah masing-masing, masing-masing menyalahkan satu sama lain karena memulai permusuhan. Puncak dari konfrontasi ini terjadi pada Sabtu ketika India dan Pakistan saling menembakkan rudal yang menargetkan pangkalan militer.

Gencatan Senjata dengan Mediasi AS

Konfrontasi militer dua negara pemilik senjata nuklir ini jelas mengkhawatirkan banyak pihak. Presiden AS Donald Trump mengumumkan gencatan senjata, dengan mengklaim adanya mediasi dari AS. Pakistan menyatakan rasa terima kasihnya kepada AS, sementara India menyatakan bahwa gencatan senjata ini adalah keputusan bilateral tanpa keterlibatan pihak luar.

Menurut Al Jazeera, sejak gencatan senjata, kedua negara telah mengadakan konferensi pers yang menyajikan "bukti" keberhasilan masing-masing. Para pejabat militer senior dari India dan Pakistan berbicara melalui telepon pada Senin, dan berjanji untuk menegakkan gencatan senjata.

Namun, para ahli berpendapat bahwa tidak ada pihak yang dapat mengklaim keunggulan yang jelas dari krisis yang dipicu oleh serangan 22 April. Sebaliknya, kedua negara mendapatkan keuntungan strategis sekaligus mengalami kerugian.

Menginternasionalisasikan Isu Kashmir

Kebuntuan militer baru-baru ini, seperti kebanyakan perang sebelumnya antara India dan Pakistan, berakar pada perselisihan mereka yang telah berlangsung lama atas Kashmir.

India mengelola sebagian besar wilayah Kashmir dan mengklaim seluruh wilayah tersebut, sementara Pakistan mengendalikan sebagian wilayah tersebut dan bersikeras dengan klaimnya atas wilayah yang dikelola India (tidak termasuk wilayah yang dikelola Cina). Sejak perang 1971, Perjanjian Simla mengikat kedua negara untuk menyelesaikan perselisihan secara bilateral tanpa keterlibatan pihak ketiga.

India secara konsisten menolak mediasi internasional, dan bersikeras bahwa Kashmir adalah masalah bilateral. Namun, Pakistan telah menggunakan resolusi PBB untuk menyerukan keterlibatan global dalam menyelesaikan konflik ini.

Kepada Al Jazeera, Walter Ladwig, seorang dosen senior di King's College London, mengatakan bahwa krisis baru-baru ini memberikan Pakistan sebuah kesempatan untuk menarik perhatian internasional terhadap Kashmir, sebuah tujuan strategis utama bagi Islamabad. "Pakistan menyambut baik tawaran mediasi dari berbagai negara, termasuk AS, yang menggambarkan gencatan senjata sebagai bukti perlunya keterlibatan pihak luar," kata Ladwignya.

Sebaliknya, India harus menerima gencatan senjata yang ditengahi oleh pihak luar, yang melemahkan posisinya untuk menyelesaikan konflik dengan caranya sendiri.

Menyoroti Terorisme

Di sisi India, Ladwig mengatakan negara tersebut berhasil memfokuskan kembali perhatian global terhadap kelompok-kelompok militan yang berbasis di Pakistan, memperbaharui tekanan internasional terhadap Islamabad untuk bertindak.

Dia menyoroti kerusakan reputasi yang dihadapi Pakistan karena berulang kali dikaitkan dengan kelompok-kelompok militan yang beroperasi dari wilayahnya. Meskipun Pakistan membantah keterlibatannya dan menyerukan penyelidikan yang tidak memihak, komunitas internasional semakin mengharapkan Pakistan untuk menunjukkan upaya kontraterorisme yang nyata.

Pakistan Tembak Jatuh Jet India

India mengklaim bahwa serangannya pada 7 Mei telah menewaskan lebih dari 100 militan, sementara Pakistan melaporkan adanya korban sipil, termasuk anak-anak, dan 11 militer yang tewas akibat serangan rudal India. Pakistan juga menegaskan bahwa mereka menembak jatuh beberapa jet tempur India.

Meskipun India tidak mengkonfirmasi atau menyangkal kehilangan pesawat, militer Pakistan secara terbuka merilis rincian yang mengidentifikasi pesawat yang jatuh. Sumber-sumber independen, termasuk pejabat Prancis dan AS, memverifikasi bahwa India kehilangan setidaknya satu pesawat jet Rafale dan satu pesawat jet buatan Rusia.

Gencatan senjata setelah peristiwa-peristiwa ini dilihat oleh beberapa pihak sebagai kemenangan strategis bagi Pakistan, yang mungkin melihat gencatan senjata sebagai kesempatan untuk mengkonsolidasikan keuntungan ini. Serangan India disebut sebagai sebuah kesalahan strategis, karena meremehkan kemampuan pembalasan Pakistan.

Namun, Ladwig memperingatkan agar tidak melebih-lebihkan keuntungan militer Pakistan, dan menggambarkan setiap jatuhnya jet India sebagai simbolis dan bukan sebagai penentu.

Jangkauan Militer India Lampui Kashmir

Para analis setuju bahwa keberhasilan militer India yang lebih substansial menunjukkan kemampuan serangan yang lebih dalam.

Selain target di Kashmir yang dikelola Pakistan, rudal-rudal India menghantam empat lokasi di Punjab, provinsi yang paling padat penduduknya dan paling vital secara ekonomi di Pakistan. Pada hari-hari berikutnya, drone India menembus jauh ke dalam wilayah Pakistan, mencapai kota-kota besar seperti Lahore dan Karachi.

Pada 10 Mei, rudal-rudal India menghantam pangkalan udara Pakistan lebih jauh di dalam Punjab daripada serangan Pakistan sendiri yang menembus wilayah India. Ladwig mencatat bahwa serangan India merupakan pelanggaran signifikan terhadap perimeter pertahanan Pakistan.

Akankah Gencatan Senjata Bertahan?

Para pemimpin militer dari kedua negara telah sepakat untuk mempertahankan gencatan senjata dan mengurangi kehadiran pasukan di sepanjang perbatasan, dengan pembicaraan lanjutan yang diharapkan akan segera dilakukan.

Perdana Menteri Modi menggambarkan gencatan senjata ini sebagai sebuah "jeda" sementara, bukan sebagai akhir dari permusuhan.

Pengamat mengatakan gencatan senjata ini kemungkinan akan bertahan, karena kedua belah pihak menghadapi kendala dan melihat manfaat dalam de-eskalasi. Ladwig setuju, dengan menyatakan bahwa gencatan senjata tersebut mencerminkan kepentingan bersama meskipun ada ketegangan yang belum terselesaikan.

Namun, jika klaim kemenangan dari India dan Pakistan tampak tidak meyakinkan saat ini, hampir dapat dipastikan bahwa perselisihan Kashmir yang membara akan berkobar lagi di masa depan.

Read Entire Article
Bogor View | Pro Banten | | |