Kelebihan dan Kelemahan AI dalam Pendidikan Menurut Menteri Abdul Mu'ti

17 hours ago 2

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Abdul Mu’ti menilai kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) memiliki potensi besar dalam mendukung proses belajar mengajar. Namun, ia menekankan pentingnya penggunaan AI yang terarah dan tetap diselaraskan dengan metode pembelajaran lainnya.

Menurut Mu’ti, AI bisa menjadi metode yang menarik dalam pengajaran. Ia mencontohkan seorang guru Bahasa Inggris yang memanfaatkan teknologi ini untuk membuat proses belajar lebih interaktif.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Selain menjadi sebuah metode yang menarik, kelebihan dari AI adalah bisa memberikan layanan pendidikan yang cepat karena akselerasi. Akses itu bisa diperoleh murid dibanding dengan dia membaca buku,” ujar Mu’ti di sela-sela acara perayaan Hari Pendidikan Nasional bersama Google dan YouTube di Kantor Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta, Rabu, 7 Mei 2025.

Meski demikian, Abdul Mu’ti juga mengingatkan bahwa AI memiliki kelemahan yang perlu diwaspadai karena aksesnya dengan mudah dan cepat tersebut. “Kelemahannya ada dua. Yang pertama, bisa jadi informasi yang diperoleh itu belum tentu informasi yang benar, sehingga memang penggunaan AI ini tetap perlu dipandu oleh para guru,” katanya.

Selain risiko disinformasi, Mu’ti juga menyoroti potensi ketergantungan pada teknologi yang dapat melemahkan pembelajaran aktif. Untuk itu, siswa tetap perlu didorong membaca buku, baik cetak maupun digital, serta mengikuti pembelajaran kontekstual—seperti permainan atau pengenalan benda-benda sekitar untuk memahami konsep matematika.

“Tadi dicontohkan ada permainan yang mengkonteksualisasikan materi-materi pelajarannya dengan kehidupan sehari-hari, atau bagaimana mengajarkan matematika dengan mengenalkan berbagai benda yang ada di sekitar murid, kemudian dijelaskan bagaimana hubungan benda-benda itu dengan ilmu-ilmu atau rumus-rumus atau teori di dalam matematika,” tuturnya.

Terkait kurikulum AI itu sendiri, menurutnya, akan mulai diterapkan di sekolah-sekolah mulai semester depan 2025/2026. Namun, mata pelajaran ini masih bersifat pilihan, bukan wajib. “Kurikulum AI dan coding itu, kami sudah selesai naskah akademiknya, sudah selesai juga capaian pembelajarannya. Sekarang sedang dalam proses untuk penerbitan peraturan menterinya,” katanya. 

Mu’ti menjelaskan, Rancangan Peraturan Menteri mengenai Pembelajaran Coding dan AI sedang dalam proses harmonisasi dengan Kementerian Hukum dan kementerian terkait lainnya.

Read Entire Article
Bogor View | Pro Banten | | |