TEMPO.CO, Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 1,92 persen atau naik 120,244 poin ke level 6.382,4 pada Senin, 14 April 2025. Analis Samuel Sekuritas Indonesia Muhammad Alfatih mengatakan menguatnya IHSG itu terjadi karena sentimen pasar kembali membaik setelah Presiden Amerika Serikat menunda kebijakan tarif.
“Sentimen market global kembali membaik setelah Trump menunda kebijakan tarif,” kata dia saat dihubungi pada Senin, 14 April 2025.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut dia, menguatnya IHSG ini juga didorong oleh saham-saham dengan bobot besar yang juga sebagian menguat pada perdagangan hari ini. Selain itu, beberapa emiten perbankan juga tengah membagikan deviden dengan yield besar.
“Beberapa bank besar di masa pembagian dividen dengan yield yang besar,” kata Altafih.
Menurut dia, menguatnya IHSG pada pekan lalu juga menjadi dorongan positif. Di awal pekan ini, dengan menguatnya IHSG juga mengakhiri tren negatif sejak Januari 2025.
“Dan kenaikan awal minggu ini mengakhiri channel turun sejak Januari 25, selama mampu bertahan di atas 6.280,” kata dia.
IHSG Melemah 11,67 Persen Sejak Awal Tahun
Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG tercatat melemah sejak awal tahun. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat secara year to date hingga 10 April 2025 indeks mengalami minus 11,67 persen.
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan, Derivatif dan Bursa Karbon OJK Inarno Djajadi mengatakan bahwa hingga kemarin indeks tercatat positif dibanding hari sebelumnya.
“Walaupun secara year to date masih turun sebesar 11,67 persen,” ucap Inarno dalam konferensi pers hasil RDKB yang digelar daring, Jumat, 11 Januari 2025.
OJK mencatat pada triwulan pertama 2025 atau sejak awal tahun hingga 27 Maret 2025 IHSG melemah 8,04 persen. Di tengah sentimen terhadap kondisi perekonomian global pasar saham domestik ditutup sebesar 3,83 persen sejak awal bulan hingga 27 Maret 2025 ke level 6510,62.
Pada 31 Januari 2025, IHSG masih berada di level 7109,20. Menurut Inarno terjadi aksi jual atau net sell oleh investor asing (non residen) dari awal tahun hingga Maret 2025. “Year to date itu masih terdapat net sell sebesar Rp 29,92 triliun,” ucapnya.
Ilona Esterina berkontribusi dalam penulisan ini.