TEMPO.CO, Jakarta - Seorang wartawan dari media online Insulteng.id, Situr Wijaya, ditemukan tewas di sebuah kamar hotel yang berada di Kebon Jeruk, Jakarta Barat, pada Jumat malam, 4 April 2025. Namun, kematian Situr menimbulkan kecurigaan keluarganya karena dinilai tidak wajar.
"Setelah melihat foto-foto korban, keluarga curiga bahwa korban telah dihilangkan nyawanya, karena dilihat dari foto kondisi korban mengeluarkan darah di hidung dan mulut, luka memar di wajah dan seluruh badan, serta ada sayatan di leher bagian belakang," ujar kuasa hukum keluarga korban, Rogate Oktoberius Halawa, kepada Tempo, Sabtu, 5 April 2025.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pihak keluarga pun melaporkan kejanggalan kematian Situr Wijaya tersebut ke Polda Metro Jaya. Berikut rangkuman informasi selengkapnya mengenai fakta-fakta kematian wartawan Situr Wijaya.
Keluarga Laporkan Dugaan Pembunuhan
Kuasa hukum dan keluarga korban pun telah melaporkan dugaan pembunuhan wartawan Situr Wijaya ke Polda Metro Jaya dengan nomor LP/B/2261/IV/2025/SPKT/POLDA METRO JAYA tanggal 5 April pukul 14.23 WIB. Keluarga melaporkan dugaan tindak pidana pembunuhan UU nomor 1 tahun 1946 tentang KUHP sebagaimana dimaksud pasal 338.
"Kecurigaan dihilangkan nyawa, bisa diracun, bisa juga dianiaya. Kami berharap agar polisi segera menuntaskan kasus ini dan tidak berlarut-larut," kata Oktoberius.
Informasi Kematian Korban Didapat Keluarga dari Rumah Sakit
Oktoberius menyayangkan informasi kematian korban, justru didapat keluarga dari Rumah Sakit Duta Indah Jakarta Utara, tempat jenazah dibawa. Hal ini terjadi karena pihak hotel tidak menginformasikan kematian Situr Wijaya kepada keluarga.
"Rumah sakit, tahunya dari sopir ambulans yang mengantar jenazah, yang kami sayangkan pihak hotel tidak memberitahukan hal ini ke keluarga korban," kata dia. Sopir ambulans yang mengantar jenazah korban ke rumah sakit juga sempat memberi tahu keluarga Situr tentang kematian korban. Sopir ambulans mengirimkan foto-foto korban yang telah meninggal.
Ambulans Pengangkut Jenazah Dipanggil Keesokan Harinya
Situr Wijaya diduga meninggal pada Jumat malam sekitar pukul 22.25 WIB. Namun, pihak hotel baru memanggil ambulans untuk mengangkut jenazah keesokan harinya. "Informasi dari pihak hotel kami terima pukul 12.57, mereka pesan ambulans, bilang atas nama pasien Situr Wijaya mau dibawa ke RS Ukrida yang terdekat dari lokasi," ujar sopir ambulans yang tidak mau disebutkan namanya.
Menurutnya, tim ambulans, yang bertugas mengangkut tubuh korban dari kamar hotel, melihat posisi pria itu sudah tergeletak di bawah kasur kamar hotel. Kondisi korban tidak memakai baju, hanya celana boxer.
Tim ambulans ingin memastikan korban benar-benar sudah meninggal atau belum, sehingga memutuskan membawa Situr ke rumah sakit untuk cek EKG atau rekam jantung. Akhirnya tim ambulans membawa korban ke RS Duta Indah Jakarta Utara. "Sampai di sana, korban dinyatakan meninggal dan badan sudah biru semua."
Panggilan Ambulans Datang dari Wanita yang Mengaku Teman Korban
Subadria Nuka dan Stein Siahaan, selaku kuasa hukum dari SF dan AS—pemilik dan sopir ambulans yang membawa jenazah wartawan Situr Wijaya dari sebuah hotel—menyatakan bahwa korban sempat meminta agar dipesankan ambulans untuk dibawa ke rumah sakit terdekat.
"Kehadiran klien kami (SF dan AS) ke hotel tersebut atas adanya orderan dari seorang wanita yang mengaku teman dekatnya korban dan mengaku bahwa jurnalis tersebut sedang sakit lalu diminta dibawa untuk diantarkan ke rumah sakit terdekat di Kebon Jeruk," kata Subadria dalam keterangannya yang diterima, Senin, seperti dikutip Antara.
Stein menambahkan bahwa kliennya mendapatkan permintaan layanan ambulans melalui pesan singkat yang intinya meminta mengantar seorang pasien dari hotel di Kebon Jeruk ke rumah sakit terdekat. "Sesampainya klien kami di kamar hotel tersebut, terlihat kondisi Situr Wijaya sudah tergeletak dan terlihat seperti sudah beberapa jam meninggal," ucapnya.
Stein juga menyebut bahwa perempuan yang memesan ambulans saat itu mengaku sebagai teman dari korban. Sementara itu, menurut penuturan Subadria, berdasarkan pengamatan kliennya, tubuh Situr Wijaya tidak menunjukkan luka luar yang mencolok. Ia juga mengutip keterangan penyidik bahwa hasil awal belum menemukan indikasi kekerasan fisik terhadap korban.
Hasil Otopsi Ungkap Ada Infeksi Paru-Paru
Polda Metro Jaya mengungkapkan hasil otopsi sementara jenazah jurnalis Situr Wijaya. Menurut Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Metro Jaya Komisaris Besar Ade Ary Syam Indradi, korban terindikasi mengalami infeksi paru-paru. Berdasarkan hasil pemeriksaan dokter, infeksi tersebut diduga akibat penyakit TBC.
"Berdasarkan hasil autopsi sementara, terdapat indikasi adanya infeksi pada paru-paru," ujar Ade dikutip dari keterangan resminya pada Senin, 7 April 2025.
Ade mengatakan, dari hasil penyidikan di tempat kejadian perkara (TKP), ditemukan ada sejumlah obat di kamar hotel tempat korban ditemukan. Beberapa obat tersebut untuk pengobatan infeksi. Meskipun begitu, polisi masih akan memastikan kembali penyebab kematian wartawan asal Palu, Sulawesi Tengah tersebut. Ia mengatakan, akan ada pemeriksaan lebih lanjut yang segera dilakukan.
Keluarga Benarkan Situr Mengidap TBC
Keluarga membenarkan Situr Wijaya telah lama mengidap penyakit Tuberkulosis (TBC). "Situr Wijaya tengah menjalani pengobatan rutin untuk penyakit TBC tiga bulan belakangan ini," kata Syahrul, juru bicara keluarga Situr, ketika dihubungi pada Senin, 7 April 2025.
Menurut Syahrul, Situr rutin berobat setiap dua minggu. Situr menjalani pengobatan di salah satu puskesmas di Kabupaten Sigi yang merupakan domisili asli Situr.
Meskipun begitu, kata Syahrul, keluarga masih belum berani menyimpulkan penyebab kematian Situr. Keluarga masih menunggu hasil pemeriksaan dari pihak kepolisian. "Kami belum mau terlalu berasumsi, kami masih akan memastikan dugaan penyebab lain dari kematian almarhum," ujar Syahrul.
Joniansyah, Vedro Imanuel Girsang berkontribusi dalam penulisan artikel ini.