Upaya Nona Srikaya Kenalkan Batik dalam Kehidupan Sehari-hari dan jadi Lifestyle

7 hours ago 5

CANTIKA.COM, Jakarta - Di tengah derasnya arus mode modern yang serba instan dan global, nama Thiifa dan brand-nya, Nona Srikaya, muncul sebagai napas baru bagi kebaya dan batik Indonesia. Bagi Thiifa, keduanya bukan sekadar pakaian tradisional, tapi cerminan budaya yang hidup warisan yang seharusnya tidak berjarak dengan generasi muda.

“Apa artinya kebaya tanpa batik, dan apa artinya batik tanpa kebaya?” ujar Founder dan Stylist Nona Srikaya dalam sharing session bertajuk "From Heritage to Your Daily Look" yang digelar Cantika, Selasa, 28 Oktober 2025. 

Ungkapan sederhana itu menjadi dasar filosofi kreatif Nona Srikaya. Brand yang lahir dari rumah, dari kenangan masa kecil bersama sang nenek yang selalu tampil anggun dalam kebaya dan sanggul, kini menjelma menjadi ruang eksplorasi batik dan kebaya yang relevan, segar, dan bisa dikenakan siapa saja setiap hari.

Sesi talkshow From Heritage to your Daily Look dalam acara Make Over Your Mom's Batik di Plataran Dharmawangsa, Jakarta Selatan, Selasa, 28 Oktober 2025. Foto: CANTIKA/Ricky Nugraha

Batik Itu Tidak Ribet, Asal Mau Mengeksplorasi

Thiifa mengakui, masih banyak orang yang merasa batik terlalu “rumit” untuk dipakai. Padahal menurutnya, justru di situlah letak tantangan sekaligus peluangnya. “Banyak yang bilang pakai kain batik itu ribet banget, jalannya susah. Tapi ternyata enggak. Kita bisa eksplor, bisa menyesuaikan batik dengan gaya kita sendiri,” jelasnya.

Bagi Thiifa, eksplorasi berarti berani memadukan ide-ide liar di kepala menjadi tampilan nyata. Kain batik tidak lagi hanya untuk acara formal, tapi bisa menjadi bagian dari gaya harian: dipadu dengan sneakers, outer modern, atau bahkan atasan kasual.

Ia percaya, saat seseorang membuka diri terhadap berbagai kemungkinan dan mencari tahu cara mewujudkannya, maka lahirlah inovasi  tanpa kehilangan esensi budaya di dalamnya.

Founder dan Stylist Nona Srikaya, Thiifa saat menjadi narasumber workshop styling batik bertajuk Make Over Your Mom's Batik di Plataran Dharmawangsa, Jakarta Selatan, Selasa, 28 Oktober 2025. Foto: CANTIKA/Ricky Nugraha

Memahami Tiga Dunia Batik: Dari Pedalaman ke Pesisir

Dalam perjalanannya, Thiifa mempelajari bahwa batik tidak bisa disamaratakan. Ia mengenal tiga jenis utama batik: batik pedalaman, pesisiran, dan sodagaran. “Batik pedalaman seperti Solo dan Yogyakarta terikat pakem dan larangan motif, biasanya yang sakral. Tapi batik pesisiran seperti Pekalongan, Lasem, dan Madura justru lebih bebas, penuh warna, dan bisa dipakai sehari-hari,” katanya.

Ia menambahkan, batik pesisiran awalnya lahir dari interaksi budaya bahkan dipengaruhi orang Belanda yang menginginkan motif bunga, kupu-kupu, hingga biola dalam desainnya. Dari sinilah, Thiifa melihat batik sebagai ruang kolaborasi budaya yang cair, tidak kaku, dan terbuka terhadap ekspresi.

Tantangan Generasi Z: Minim Informasi, Tinggi Rasa Ingin Tahu

Sebagai bagian dari generasi Z, Thiifa menyadari satu hal: rasa ingin tahu anak muda terhadap budaya tinggi, tetapi tidak selalu diimbangi dengan ketersediaan informasi.

“Kita bisa cari di Google, tapi hasilnya sering malah ke e-commerce, bukan ke situs yang menjelaskan sejarah batik. Belum ada platform yang membahas motif secara mendalam dan mudah diakses,” tuturnya.

Dari situ, ia merasa terpanggil untuk menjadi bagian dari solusi. Melalui workshop berkain yang ia selenggarakan, Thiifa membagikan apa yang ia pelajari: mulai dari jenis batik, makna motif, hingga sejarahnya.

“Apalah artinya kebaya kalau kita tidak berkain? Jadi lewat workshop itu aku bisa berbagi hal-hal yang aku pelajari dari komunitas,” ujarnya.

Ia berharap ke depan ada dukungan dari pemangku kebijakan untuk membangun satu wadah digital yang lengkap, agar generasi muda bisa belajar sejarah kain dan kebaya tanpa harus mencari dari mulut ke mulut.

Perjalanan Batin Nona Srikaya 

Founder dan Stylist Nona Srikaya, Thiifa saat menjadi narasumber workshop styling batik bertajuk Make Over Your Mom's Batik di Plataran Dharmawangsa, Jakarta Selatan, Selasa, 28 Oktober 2025. Foto: CANTIKA/Ricky Nugraha

Perjalanan Thiifa dengan kebaya dan kain bukan sekadar bisnis, tapi juga perjalanan batin. Ia merasa bukan dirinya yang memilih jalan ini  melainkan justru wastra (kain tradisional) yang memilihnya.

“Aku dibesarkan oleh nenek yang selalu pakai kebaya dan kain. Dari kecil itu yang aku lihat. Jadi aku enggak merasa memilih, tapi dipilih oleh kebaya dan wastra-wastra ini,” kenangnya.

Awalnya ia hanya membeli kebaya untuk dipakai sendiri. Namun setelah video “get ready with me” miliknya viral menampilkan dirinya dalam kebaya ungu dan kain Lombok banyak yang tertarik membeli. Dari sanalah Nona Srikaya lahir.

“Dulu ada sinetron dengan karakter bernama Nona Srikaya, yang tampil nyentrik dan penuh warna. Karena aku suka pakai baju warna-warni, akhirnya aku dijuluki begitu,” ujarnya tertawa.

Ketika ditanya soal tips tampil percaya diri dengan kebaya atau batik bagi perempuan yang tidak terbiasa, jawabannya sederhana namun mindful. “Masalah cocok atau enggak itu cuma di kepala kita. Kalau kita enggak pede, orang juga akan menangkap itu. Tapi kalau kita nyaman, orang akan melihat keindahannya,” katanya.

Thiifa pun berbagi styling hack seperti bagi tubuh berukuran besar, gunakan obi atau sabuk di bagian pinggang dengan warna gelap agar proporsi terlihat lebih ramping. Baginya, keindahan berpakaian selalu kembali pada mindset. Bahwa kebaya dan batik bukan sesuatu yang “jauh” dari kehidupan kita, melainkan bagian dari keseharian yang bisa dirayakan setiap hari.

Melalui Nona Srikaya, Thiifa yang juga mengisi workshop styling batik bertajuk Make Over Your Moms Batik ini ingin menunjukkan bahwa budaya bukanlah sesuatu yang usang, tapi selalu bisa dihidupkan kembali lewat tangan muda yang kreatif. Ia mengajak generasi sebayanya untuk memandang batik dan kebaya sebagai hal yang wajar, bukan formalitas.

“Jangan melihat jarak antara kita dengan budaya. Lihatlah batik dan kebaya sebagai sesuatu yang biasa untuk dipakai tiap hari,” ucapnya. 

Pilihan Editor: Wali Kota Mojokerto, Ika Puspitasari Ungkap Batik Mojokerto jadi Warisan Majapahit di Zaman Modern

TSABITA SIRLY KAMALIYA 

Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi Terkini Gaya Hidup Cewek Y dan Z di Instagram dan TikTok Cantika.

Read Entire Article
Bogor View | Pro Banten | | |