TEMPO.CO, Jakarta - Kepala pemandu bakat timnas Indonesia Simon Tahamata mengatakan kedatangannya di Indonesia adalah untuk menolong dan membantu sepak bola Indonesia berkembang.
Simon ditunjuk sebagai kepala pemandu bakat timnas pada 22 Mei lalu. Sekitar dua pekan kemudian, ia bertatapan langsung dengan awak media untuk pertama kalinya. Kesempatan ini terjadi saat dia menghadiri sesi latihan timnas di Stadion Madya Gelora Bung Karno, Jakarta, Senin.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Simon Tahamata menghabiskan 10 tahun menjadi pelatih akademi dan tim junior Ajax. Ia juga pernah menjadi pelatih akademi dan tim junior Standard Liège dan Germinal Beerschot di Belgia.
Pria Belanda berdarah Maluku ini ingin membantu Indonesia menemukan talenta-talentanya. “Saya bisa kembali di Ajax, tetapi mau pulang kembali di sini. Menolong Patrick dan teman-teman di sini, jadi kami ada di sini untuk menolong Indonesia dan juga untuk anak-anak muda," kata Simon yang menjumpai wartawan dengan menggunakan bahasa Indonesia yang kurang lancar.
"Bukan politik, saya di sini buat olahraga. Ini tanah Indonesia akan besar," kata dia.
Ketua PSSI Erick Thohir (kiri) berbicara dengan Kepala Pencari Bakat Timnas Indonesia Simon Tahamata saat meninjau latihan Timnas Indonesia menjelang laga kualifikasi Piala Dunia FIFA 2026 Zona Asia Grup C melawan Cina, di Stadion Madya, Kompleks Gelora Bung Karno, Jakarta, 2 Juni 2025. Tempo/Ilham Balindra
Langkah PSSI mendatangkan Simon adalah bagian dari komitmen memperkuat pondasi pengembangan pemain nasional menuju Piala Dunia 2026 dan seterusnya. Pria berusia 69 tahun itu bertanggung jawab mengidentifikasi dan merekrut talenta potensial baik dari dalam negeri maupun diaspora, khususnya di Belanda.
"Kita di Belanda mulai dari di bawah 8 tahun, disini di bawah 13-15 tahun, sudah terlambat. Terlambat," kata dia.
Dia akan bekerja sama erat dengan Patrick Kluivert (pelatih timnas Indonesia), Gerald Vanenburg (pelatih timnas U-23), Nova Arianto (pelatih timnas U-17) dan lain-lain untuk memastikan keberlanjutan, kualitas dan perkembangan timnas serta sepak bola Indonesia.
Dia juga akan bekerja sama dengan mantan pemain atau orang-orang yang pernah bekerja untuk Ajax Amsterdam, seperti Jordi Cruyff (penasihat teknis), Sjoerd Woudenberg (pelatih kiper), Gerarld Vanenburg (pelatih timnas U-23), Denny Landzaat (asisten pelatih), dan Patrick Kluivert.
"Saya mau pakai anak-anak orang-orang yang jadi Indonesia. Bukan Cina, bukan Belanda. Dari itu mulai dengan anak-anak muda. Sekarang dengan mereka disini, Belanda, Cina, mereka bisa tolong Indonesia menang Cina dan Jepang. Itu kan paling penting," kata Simon.
Kriteria Pemain Idaman Simon Tahamata
Simon Tahamata memberikan gambaran kriteria pemain-pemain idamannya setelah ditunjuk PSSI mengisi posisi ini 22 Mei lalu. Ia menjabarkan, pemain-pemain yang ia sukai bukan sekadar bertalenta, namun juga memiliki teknik, fleksibilitas, dan mentalitas. "Saya ingin memilih pemain yang bisa menggunakan kedua kaki (sama bagusnya), kemampuan teknis yang sangat bagus, mental pemenang," kata dia.
Simon tak mementingkan tinggi badan karena pendek tingginya seseorang tak mempengaruhi kemampuan mereka dalam mengolah si kulit bundar. Yang terpenting bagi Simon adalah pemain mempunyai visi bermain. Ia mencontohkan dirinya sendiri yang bertinggi badan 1,64 meter, namun mampu bersaing dengan pesepak bola hebat di Eropa.
Simon telah tampil 730 kali untuk lima klub, Feyenoord, VAC Beerschot, Ajax Amsterdam, Standard Liege, dan Beerschot AC, dengan mencetak 144 gol dan 23 assist sebagai penyerang sayap. Adapun, bersama timnas Belanda, Simon memiliki 22 cas dengan dua gol dan satu assist.
"Saya kecil, tapi saya bermain dengan orang-orang yang tinggi-tinggi. Saya harus pakai cara lain (untuk bermain), harus pintar," kata dia.
Pilihan Editor: Bagaimana Nova Arianto Meracik Timnas U-17 untuk Piala Dunia