TEMPO.CO, Jakarta - Praktisi keamanan siber dari Vaksin.com Alfons Tanujaya menilai kebijakan tarif dagang baru yang diberlakukan Presiden Amerika Serikat Donald Trump bisa dimanfaatkan Indonesia untuk mendorong kemandirian di sektor digital. Aturan baru dari Trump itu menimpa sektor rill ekspor Indonesia ke AS,
“Tidak memperhitungkan sektor digital dimana Amerika surplus terhadap seluruh dunia,” ujar Alfons ketika dihubungi Tempo, Senin, 7 April 2025. “,” katanya melanjutkan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Trump mengumumkan kebijakan tarif impor pada Rabu, 2 April lalu. Dia menerapkan tarif minimal 10 persen terhadap semua produk yang masuk ke AS dari semua negara, termasuk 32 persen dari Indonesia. Tarif baru itu juga berdampak terhadap berbagai negara mitra dagang Indonesia, termasuk yang bergerak di sektor elektronik dan digital seperti Cina, Jepang, Taiwan, dan Korea Selatan.
Adapun tarif resiprokal atau timbal balik, yang kini dipatok lebih tinggi, diklaim Trump sebagai balasan terhadap beberapa negara mitra dagang, termasuk Indonesia. Tarif tambahan pada produk-produk asal Indonesia diprediksi bisa memicu penurunan ekspor Indonesia ke AS.
Alfons menilai kondisi ini bisa menjadi celah bagi Indonesia untuk mengembangkan industri digital lokal. Selama ini, layanan digital yang ramai dipakai publik merupakan buatan entitas AS, seperti Google Search, Maps, Facebook, Instagram, WhatsApp, Twitter, Netflix, hingga layanan cloud.
“Harusnya pemerintah bisa memberikan insentif untuk layanan digital dalam negeri. Bukannya malah memperkaya layanan digital luar negeri,” tutur dia.
Alfons juga menyoroti pentingnya adopsi layanan digital berbasis open source untuk bisa mengurangi ketergantungan terhadap satu negara. Dia mengakui bahwa upaya ini membutuhkan komitmen dan perubahan pola pikir dari birokrasi. Pasalnya, pemerintah lebih sibuk mengejar target belanja anggaran alih-alih mencari solusi termurah dan efisien.
