Jepang Gratiskan Persalinan, Indonesia Masih Bergulat Tantangan Angka Kelahiran

4 hours ago 4

TEMPO.CO, Jakarta -  Pemerintah Jepang baru-baru ini mengumumkan rencana untuk menggratiskan biaya persalinan mulai April 2026. Langkah ini merupakan respons terhadap krisis demografi yang makin mengkhawatirkan dengan ditandai melorotnya angka kelahiran dalam beberapa tahun belakangan.

Dikutip dari Independent, negara dengan populasi lansia terbanyak di dunia itu hanya mencatat 720.988 kelahiran pada 2024, angka terendah dalam 125 tahun terakhir. Para ahli pun menyarankan sistem nasional baru yang menjadikan kelahiran sebagai layanan kesehatan standar, dengan harapan bisa meringankan beban keluarga baru dan meningkatkan angka kelahiran.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sementara Jepang berjuang meningkatkan kelahiran, Indonesia menghadapi tantangan yang berbeda, angka kelahiran memang masih lebih tinggi, tetapi terus mengalami penurunan setiap tahun. Fenomena ini mulai memicu kekhawatiran akan dampaknya terhadap struktur penduduk dan pertumbuhan ekonomi nasional.

Angka Kelahiran di Indonesia

Data dari World Bank menunjukkan bahwa angka kelahiran Indonesia pada 2025 diperkirakan berada di angka 16,40 per 1.000 penduduk, turun dari 16,61 pada 2024, dan 16,82 pada 2023. Penurunan konsisten ini menjadi indikasi bahwa masyarakat Indonesia mulai menunda atau bahkan menghindari memiliki anak karena berbagai alasan.

Penurunan ini sejalan dengan tren menurunnya angka pernikahan nasional. Badan Pusat Statistik mencatat, jumlah pernikahan turun drastis dari lebih dari dua juta pada 2018 menjadi hanya 1,57 juta pada 2023. Generasi muda kerap memilih untuk menunda pernikahan dan fokus membangun karier karena biaya hidup yang tinggi dan ketidakpastian ekonomi.

Kondisi ini juga berpengaruh terhadap tingkat pertumbuhan penduduk. Pada 2025, pertumbuhan penduduk Indonesia diperkirakan hanya sebesar 0,79 persen, melanjutkan tren penurunan dari 0,84 persen pada 2020. Jika tren ini berlanjut, Indonesia akan menghadapi tantangan dalam menjaga keseimbangan antara jumlah penduduk usia produktif dan penduduk lansia.

Dampak Penurunan Kelahiran terhadap Ekonomi Negara

Penurunan angka kelahiran dapat memberikan efek ganda terhadap pembangunan ekonomi. Di satu sisi, jumlah penduduk yang lebih sedikit bisa berarti tekanan yang lebih rendah terhadap infrastruktur dan sumber daya alam. Namun di sisi lain, berkurangnya tenaga kerja produktif dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi.

Sebuah studi berjudul The Effect of Fertility Reduction on Economic Growth menyebutkan bahwa penurunan fertilitas sebesar 0,5 anak per perempuan dapat meningkatkan pendapatan per kapita hingga 11,9 persen dalam jangka 50 tahun.

Hal ini terjadi melalui berbagai saluran, seperti meningkatnya rasio pekerja terhadap tanggungan (dependency ratio), meningkatnya partisipasi kerja perempuan, dan naiknya tingkat pendidikan anak-anak karena orang tua dapat lebih fokus pada kualitas ketimbang kuantitas anak.

Namun demikian, dampak positif ini tidak otomatis terjadi. Dibutuhkan kebijakan yang mendukung pendidikan, kesehatan, dan kesempatan kerja yang merata. Jika tidak, Indonesia bisa menghadapi beban demografi, yakni saat jumlah penduduk lansia melampaui jumlah tenaga kerja produktif, seperti yang saat ini tengah dialami Jepang.

Penurunan angka kelahiran bukanlah isu yang bisa diabaikan. Jepang memberi contoh bagaimana krisis demografi bisa berdampak luas pada ekonomi dan struktur sosial.

MACROTRENDS | NCBI.NLM.NIH

Pilihan editor: 15 Negara dengan Angka Kelahiran Tertinggi Versi World Bank

Read Entire Article
Bogor View | Pro Banten | | |