Ingin Melihat Bintang T Coronae Borealis yang Diprediksi Meledak? Ini Tipsnya

5 hours ago 1

TEMPO.CO, Jakarta - Para pemburu fenomena astronomi tengah bersiap untuk menyaksikan sebuah bintang mati bernama T Coronae Borealis yang dikabarkan akan meledak. Menurut penggiat astronomi dari komunitas Langit Selatan di Bandung, Avivah Yamani, peristiwa itu bisa juga disaksikan dari Indonesia. “Arah pengamatannya ke utara,” katanya kepada Tempo, Ahad, 6 April 2025.

Bintang yang menjadi target pengamatan itu berada di rasi bintang Coronae Borealis. Avivah menyarankan mencari rasi bintang Herkules lebih dulu yang berada di antara bintang Vega dan Arcturus. “Corona Borealis itu ada di samping rasi Herkules yang membentuk seperti mahkota,” ujarnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sebelumnya diberitakan bahwa sebuah bintang mati yang dinamakan T Coronae Borealis akan meledak. Menurut Profesor Riset Astronomi dan Astrofisika di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Thomas Djamaluddin, perkiraan waktu meledaknya April 2025.

Namun kapan waktu persis ledakan bintang itu akan terjadi, kata Thomas, masih sulit dipastikan. Sebelumnya diperkirakan meledak 2024 lalu, tapi tidak terjadi. Adapun tanda-tanda meredupnya bintang itu mulai terdeteksi astronom sejak 2015 dan semakin nyata pada 2023. 

Thomas mengatakan, T Coronae Borealis, bintang kerdil berwarna putih, merupakan bintang ganda yang berpasangan dengan sebuah bintang raksasa berwarna merah. Bintang kerdil putih itu menyedot materi bintang pasangannya sehingga tambahan materi itu menyebabkan munculnya reaksi nuklir secara berulang. 

Proses itu membuat bintang T Coronae Borealis kembali menyala sebentar sekitar sepekan. “Peristiwa bintang menyala lagi ini disebut nova, karena itu bintang ini dijuluki Bintang Berkobar,” kata Thomas. Adapun periode nova bintang tersebut sekitar 80 tahun. Nova terbaru tercatat pada 1946 yang ditandai oleh kondisi bintang yang meredup sejak 1938. 

Melansir space.com, setiap 78 hingga 80 tahun, bintang katai putih T Coronae Borealis alias Blaze Star mengumpulkan material dari bintang pasangannya untuk memicu ledakan termonuklir. Proses itu menyebabkan bintang tersebut menjadi terang seribu kali lipat lebih dari biasanya dan menciptakan ilusi munculnya bintang baru di langit.

Thomas mengatakan peristiwa ledakan itu tidak sampai membuat bintangnya hancur, melainkan hanya menambah hidrogen dari bintang pasangannya. “Hidrogen itu menjadi bahan bakar reaksi nuklir sehingga bintang tampak menyala lagi lebih terang,” katanya, Ahad, 6 April 2025. Setelah bahan bakar tambahan itu habis, bintang akan kembali meredup.

Menurut Avivah, bintang T Coronae Borealis termasuk benda langit yang redup dengan magnitudo 10. Kelak saat terjadi nova, kecerlangan cahaya bintangnya bakal melonjak maksimum hingga tingkat magnitudo 2 atau setara dengan pendaran cahaya bintang Polaris. “Dari area yang awalnya tidak tampak, bintang menjadi ada,” ujarnya. 

Pada tingkat kecerlangan nova kurang dari 6 magnitudo, kata Avivah, pengamat masih bisa melihat langsung titik bintangnya. Agar lebih jelas, pengamat disarankan memakai alat bantu teleskop. Pada April 2025, kemunculan bintang T Coronae Borealis sekitar pukul 20.53 WIB hingga pagi hari. “Kalau baru terbit, posisinya masih rendah di ufuk,” katanya.

Lokasi pengamatan idealnya di tempat yang gelap atau minim polusi cahaya. Avivah menambahkan, faktor cuaca seperti awan dan hujan bisa menjadi kendala saat melakukan pengamatan T Coronae Borealis.

Read Entire Article
Bogor View | Pro Banten | | |