Bukan Cuma Bibit Vorteks, Fenomena Atmosfer Ini Ikut Picu Kemarau Basah

5 hours ago 2

TEMPO.CO, Jakarta - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan frekuensi hujan yang masih tinggi di Indonesia pada awal musim kemarau dipicu berbagai faktor atmosfer. Kondisi kemarau basah akhir-akhir ini bukan semata akibat gangguan tropis di Samudra Hindia.

Direktur Meteorologi Publik BMKG Andri Ramdhani mengatakan awan hujan muncul dari keterlambatan pergerakan angin Monsun Australia dan kehangatan suhu muka laut di sekitar perairan Indonesia. “Kedua faktor ini berkontribusi terhadap peningkatan kelembapan udara dan mendukung terbentuknya awan-awan konvektif,” tuturnya dihubungi Tempo pada Jumat malam, 16 Mei 2025.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Atmosfer basah juga disebabkan oleh gelombang Kelvin, Rossby, serta Madden-Julian Oscillation (MJO), turut memperkuat kondisi atmosfer basah di wilayah Indonesia. Kombinasi faktor-faktor tersebut meningkatkan intensitas hujan, terutama di kawasan Jawa hingga Nusa Tenggara.

BMKG juga mencatat bahwa musim kemarau 2025 berpotensi disertai curah hujan kategori atas normal di banyak wilayah. Artinya, potensi hujan tetap tinggi meski kemarau sudah tiba.

Data hingga pertengahan Mei 2025 menunjukkan curah hujan di sebagian besar Sumatera bagian selatan dan wilayah Jawa masih di atas 50 milimeter (mm) selama tiga dasarian berturut-turut. Dengan catatan tersebut, tampak jelas bahwa musim hujan belum sepenuhnya berakhir.

Menurut Andri, tim BMKG juga memantau sistem gangguan tropis di barat daya Bengkulu sejak 15 Mei lalu. Ada ciri sirkulasi siklonik bertekanan rendah dari permukaan hingga lapisan 500 hPa. Namun, hingga kini belum ada tanda-tanda signifikan pembentukan siklon tropis (siklogenesis) maupun aktivitas konvektif yang kuat. Sistem ini juga belum diklasifikasikan sebagai bibit siklon tropis.

“Pengaruh dari gangguan tropis tersebut terhadap cuaca di Indonesia bersifat tidak langsung. Belum signifikan untuk dijadikan sebagai penyebab utama meningkatnya hujan,” tuturnya.

Wilayah Mana yang Sudah Kemarau?

Beberapa zona musim (ZOM) di Indonesia telah memasuki awal musim kemarau, seperti di Aceh dan di Sumatera Utara. Sebanyak 23 ZOM di wilayah selatan Jawa Tengah dan Jawa Timur juga sudah memasuki iklim kering tersebut. Awal kemarau di sebagian besar Sumatera bagian selatan dan Pulau Jawa diprediksi terjadi pada Mei hingga Juni 2025.

Peneliti dari Pusat Riset Iklim dan Atmosfer Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Erma Yulihastin sebelumnya sudah menjelaskan kondisi kemarau basah di Indonesia. Fenomena yang disebabkan oleh dinamika bibit badai vorteks di Samudera Hindia ini membuat hujan masih aktif mengguyur wilayah Sumatera bagian selatan dan Jawa

“Masih akan terus berlangsung selama dasarian kedua Mei 2025," ujarnya pada Kamis, 15 Mei lalu.

Faiz Zaki berkontribusi dalam penulisan artikel ini

Read Entire Article
Bogor View | Pro Banten | | |