TEMPO.CO, Yogyakarta - Kalangan pelaku industri pariwisata di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) belakangan ini tak henti mendesak agar akses direct flight atau penerbangan langsung dari berbagai negara ke Bandara Yogyakarta International Airport (YIA) dapat ditambah. Sebab layanan penerbangan langsung itu menjadi salah satu faktor pendongkrak kunjungan wisatawan mancanegara yang signifikan.
Direktur Operasi AirNav Indonesia, Setio Anggoro, mengungkap sejumlah faktor yang ternyata turut berpengaruh dan membuat akses penerbangan langsung itu belum bisa dilakukan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Penambahan direct flight atau rute internasional antarnegara memiliki sejumlah tantangan meski Bandara YIA sudah memiliki syarat-syaratnya," kata dia di sela forum internasional ICAO Asia Pacific Airport and Airspace Capacity Assessment Workshop di Yogyakarta, Senin, 2 Juni 2025.
Kebijakan Antarnegara
Dalam forum yang diikuti 103 peserta dari 15 negara dan enam organisasi bidang penerbangan internasional itu, Setio mengatakan ada beberapa faktor yang membuat penambahan rute penerbangan langsung antarnegara bisa terealisasi atau tidak.
"Pembukaan penerbangan langsung antarnegara merupakan ranah kebijakan antarnegara, jadi rute internasional hanya bisa dibuka jika sudah ada kesepakatan resiprokal atau timbal balik antara dua negara yang bersangkutan," kata dia.
Jadi semisal Bandara Internasional Yogyakarta ingin memiliki penerbangan langsung ke bandara di Thailand, maka dari Thailand juga musti membuka layanan langsung ke Bandara YIA itu.
"Perjanjian resiprokal antara dua negara ini harus ada dulu baru penambahan direct flight itu bisa diakomodasi, artinya kalau kita buka di sini mereka juga buka di kotanya," ungkapnya.
Setio menuturkan, yang sering terjadi, baru satu pihak yang menginginkan adanya layanan direct flight itu, sehingga layanan penerbangan langsung di suatu wilayah belum bisa terlaksana.
"Biasanya dalam dunia penerbangan ada kesepakatan antara region atau antarnegara jika ingin membuka direct flight, maka negara tersebut juga harus membuka flight ke kota yang sama," ujarnya.
Peluang Menambah Penerbangan Internasional
Dari kacamata Airnav Indonesua, Bandara Yogyakarta International Airport (YIA) memiliki peluang besar untuk menambah rute penerbangan langsung internasional. Dari sisi teknis dan kapasitas, bandara yang berada di Kabupaten Kulon Progo itu masih memiliki kapasitas yang cukup longgar.
"Di Bandara YIA tidak ada hambatan dari sisi navigasi udara untuk membuka jalur penerbangan internasional baru ke berbagai negara,
kapasitasnya masih terbuka luas, kalau ada penambahan demand masih bisa diakomodir," kata Setio.
Bandara YIA, kata dia, juga belum mengalami kepadatan lalu lintas seperti yang terjadi di bandara besar di kota-kota lain seperti Jakarta, Bali, dan Surabaya yang dikenal paling padat lalu lintasnya di Indonesia.
Setio menambahkan, kepadatan lalu lintas udara di Indonesia memang cukup tinggi. Namun kondisi itu hanya dirasakan pada beberapa bandara yang sudah melebihi kapasitas pada jam-jam tertentu, seperti Jakarta, Bali, dan Surabaya.
Penerbangan Langsung Dorong Pariwisata
Sebelumnya, Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Daerah Istimewa Yogyakarta meminta agar penerbangan langsung dari berbagai negara, terutama Asia ke Bandara YIA bisa ditambah.
Ketua PHRI DIY Deddy Pranowo menuturkan penambahan rute penerbangan internasional ini akan meningkatkan daya tarik wisata Yogyakarta dan mendorong pertumbuhan ekonomi dari sektor pariwisata.
PHRI DIY menyebut, saat ini Bandara YIA hanya melayani penerbangan langsung dari Singapura dan Malaysia. "Kami berharap agar Bandara YIA menambahkan rute penerbangan langsung dari negara-negara lain, seperti Thailand," kata dia.
Keberadaan Candi Borobudur, sebagai salah satu destinasi wisata unggulan di Jawa Tengah dan DIY, dinilai memiliki daya tarik kuat bagi wisatawan asal Thailand. Selain Thailand, PHRI DIY juga mendorong penambahan rute penerbangan dari Eropa dan Timur Tengah langsung ke Yogyakarta.