Trump Batasi Mahasiswa Asing di Harvard, Ini Kata WNI di AS

1 day ago 8

TEMPO.CO, Jakarta -Nabila Aulia Hasrie, salah seorang warga negara Indonesia (WNI) di New York, menyoroti kebijakan Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang membatasi Universitas Harvard menerima mahasiswa internasional. Nabila menilai langkah Trump itu turut berdampak pada mahasiswa Indonesia.

Nabila, yang baru memperoleh gelar master dari Columbia University pada Mei lalu, menuturkan bahwa kebijakan Trump ini turut membuatnya waspada. Sebagaimana Universitas Harvard, Columbia University merupakan bagian dari Ivy League, yakni kelompok kampus bergengsi di Amerika Serikat. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Terdapat kekhawatiran di kalangan mahasiswa internasional di kampus-kampus AS, terutama universitas-universitas Ivy League, seperti Columbia, mengingat aksi awal yang dilakukan Trump memang ditargetkan terhadap institusi Ivy League," kata Nabila dalam pesan tertulisnya kepada Tempo, Rabu, 4 Juni 2025.

Secara keseluruhan, Nabila menyampaikan, Trump sedang gencar "membasmi" pendatang, baik imigran legal maupun imigran ilegal. Langkah ini, sambung dia, turut merembet ke mahasiswa asing di AS. 

"Saya kira tidak mengherankan jika tiba-tiba Trump memilih untuk juga mengurangi atau bahkan secara penuh melarang mahasiswa asing belajar di kampus-kampus AS," ujarnya. 

Perempuan berusia 22 tahun asal Jakarta itu menilai bahwa setidaknya ada tiga alasan utama di balik pembatasan mahasiswa asing di Universitas Harvard.

Pertama, dia menyebut bahwa Harvard terkenal sebagai kampus yang banyak menerima mahasiswa internasional. Dengan menargetkan Universitas Harvard lebih awal, kata dia, pengurangan jumlah mahasiswa internasional akan lebih efektif. 

Kedua, Nabila menilai bahwa pelarangan mahasiswa asing di Universitas Harvard sama artinya dengan memblokir ilmu pengetahuan AS dari "pihak-pihak asing". Menurut Nabila, pemerintahan Trump khawatir jika ada orang asing mencuri ilmu pengetahuan AS lalu dipakai di negara lain. 

Sebagai contoh, Nabila menjelaskan bahwa sekitar 22,5 persen mahasiswa internasional di Universitas Harvard merupakan warga negara Cina. Nabila menilai bahwa rivalitas AS-Cina yang belakangan memanas menjadi salah satu pemicu di balik kebijakan pelarangan mahasiswa asing. 

"Tentunya, keseluruhan agenda ini bersifat politis dan berkaitan erat dengan keinginan AS untuk mempertahankan hegemoni atau bahkan dominasinya," tuturnya. 

Kondisi ini, Nabila menjelaskan, diperparah dengan wacana Trump yang berorientasi pada ekspansionisme atau perluasan wilayah AS, seperti diskursus aneksasi Greenland sampai Kanada, serta wacana diubahnya nama Teluk Meksiko menjadi Teluk Amerika. 

Lebih lanjut, Nabila mengutarakan pendapatnya tentang alasan ketiga pelarangan mahasiswa asing di Universitas Harvard. Menurut dia, gerakan pro-Palestina di Universitas Harvard menjadi penyebabnya. 

"Harvard memang merupakan salah satu kampus dengan gerakan anti-zionis paling kuat, walau Columbia kadang kali juga digadang-gadang sebagai kampus paling anti-zionis mengalahkan Harvard," ucapnya. 

Menurut Nabila, ada hal yang membedakan Harvard dan Columbia.

Di Harvard, ujar dia, baik kampus maupun mahasiswa, bergerak dalam solidaritas menentang dukungan AS terhadap Israel.

Kondisi ini berbeda dengan Universitas Columbia, di mana mahasiswa relatif "radikal" dalam menentang hubungan AS dan Israel, namun pihak kampus relatif pro-Israel.

"Jadi mungkin, Administrasi Trump menganggap, setidaknya Columbia masih di bawah cengkraman pemerintah pusat, berbeda halnya dengan Harvard,"

Presiden Amerika Serikat Donald Trump memerintahkan Universitas Harvard untuk membatasi jumlah mahasiswa asing hingga sekitar 15 persen dari total mahasiswa yang diterima setiap tahun akademik.

Sebelumnya, Trump bahkan melarang Universitas Harvard menerima mahasiswa asing. 

Dengan mengklaim beberapa mahasiswa asing "sangat radikal" dan "pembuat onar," Trump memperbarui tekanannya pada Harvard untuk menunjukkan daftar mahasiswa kelahiran luar negeri dan negara asal mereka kepada pemerintah.

"Saya pikir mereka harus memiliki batasan mungkin sekitar 15 persen. Ada orang-orang (yang) ingin pergi ke Harvard dan sekolah-sekolah lain, (tetapi) mereka tidak dapat masuk karena ada mahasiswa asing di sana," kata Trump kepada wartawan di Gedung Putih seperti dilansir Kyodo dan dikutip Antara.

"Saya ingin memastikan bahwa mahasiswa asing adalah orang-orang yang dapat mencintai negara kita. Banyak dari mahasiswa tersebut adalah pembuat onar yang disebabkan oleh kaum kiri radikal yang gila di negara ini," ujarnya.

Harvard menerima 6.793 mahasiswa internasional pada tahun ajaran 2024-2025, yang mencakup 27,2 persen dari total penerimaan mahasiswa, menurut universitas elit tersebut.

Di antara negara-negara Asia, Cina mendominasi jumlah mahasiswa dan akademisi di Harvard dengan sekitar 2.100 mahasiswa, disusul India dengan 790 mahasiswa, Korea Selatan dengan 430 mahasiswa, Jepang 260 mahasiswa dan 150 siswa dari Singapura.

Pernyataan Trump muncul sebagai bagian dari dorongan yang lebih luas oleh pemerintahannya terhadap Harvard, yang menginginkan perubahan pada kebijakan universitas seperti yang berkaitan dengan penerimaan dan perekrutan.

Ini di tengah tuduhan bahwa lingkungan akademisnya bersifat antisemit dan terlalu liberal.

Pemerintah Trump telah memperketat penyaringan untuk mahasiswa asing, dengan alasan bahwa beberapa pelamar dapat mengancam keamanan nasional.

Pemerintah AS juga mengecam Harvard dan universitas-universitas terkemuka lainnya karena gagal mencegah demonstrasi anti-Israel atas dugaan pelanggaran terhadap warga sipil selama perang dengan Hamas di Jalur Gaza.

Sita Planasari ikut berkontribusi dalam penulisan artikel ini. 

Pilihan Editor: Trump Perintahkan Harvard Batasi Mahasiswa Asing Hanya 15 Persen

Read Entire Article
Bogor View | Pro Banten | | |