Solo jadi Tuan Rumah Ajang Lari untuk Bela Palestina

2 days ago 3

TEMPO.CO, Solo - Ajang olahraga lari bertajuk Run For Liberation 2025 berlangsung di Kota Solo, Jawa Tengah, Minggu, 1 Juni 2025. Event itu bukan sekadar kegiatan lari bersama tapi sekaligus sebagai bentuk aksi solidaritas untuk rakyat Palestina.

Selain lari pagi bersama yang diikuti oleh sekitar 250 peserta dari berbagai kalangan dan usia, rangkaian kegiatan Run For Liberation di Solo juga disemarakkan dengan panggung kemanusiaan. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ketua Acara Run For Liberation SMART 171 Chapter Solo, Muhammad Salman, mengemukakan kegiatan itu merupakan salah satu agenda besar yang diinisiasi oleh SMART 171, suatu lembaga yang bergerak dalam berbagai aksi bela Palestina. Organisasi tersebut berpusat di Bandung. 

Dalam pelaksanaan kegiatan, SMART 171 berkolaborasi dengan berbagai organisasi kemanusiaan hingga komunitas remaja masjid. Kegiatan juga mendapatkan dukungan puluhan komunitas lokal dari 15 kota, di antaranya Jakarta, Bandung, Solo, Bogor, Medan, Blitar, hingga Sulawesi Selatan.

"Melalui rangkaian kegiatan ini, kami mengajak seluruh masyarakat Indonesia untuk melakukan aksi nyata kepada rakyat Palestina. Event ini digelar serentak tidak hanya secara virtual tapi juga di daerah masing-masing, salah satunya Kota Solo yang juga terpilih," katanya. 

Ragam Kegiatan Aksi


Dia menjelaskan aksi solidaritas untuk rakyat Palestina yang diadakan SMART 171 bersama organisasi lainnya dilaksanakan melalui beragam kegiatan. Sasarannya pun diperluas. "Jadi yang hobi misalnya lari ya dilakukan dengan lari, di bidang seni ya lakukan dengan seni, lalu kalau bisa orasi ya bisa dengan aksi, atau kalau hanya bisa sedekah atau donasi ya sedekah atau menjadi donatur," tuturnya. 

Pihaknya berharap melalui momentum tersebut bisa menggugah kepedulian masyarakat terhadap nasib rakyat Palestina. Dalam kegiatan Run For Liberation itu, para peserta menempuh jarak lari lebih dari 5 kilometer (km). 

Perwakilan dari Yayasan Nur Al Aqsa Indonesia (NAQI), Syaikh Mohammed Rateeb Ar-Rifa'i, mengatakan hingga kini rakyat Palestina masih merasakan penderitaan akibat konflik berkepanjangan. Dia mencontohkan, mereka sangat sulit untuk mendapatkan makanan dan minuman. 

"Rakyat Palestina, mulai dari anak-anak, dewasa, hingga lansia ketika bangun tidur mereka kesulitan mendapatkan makanan, berbeda dengan kita di sini yang bisa sangat mudah mendapatkannya. Saudara kita yang kena bom dan dilakukan oprasi tanpa obat bius. Jadi sangat, sangat terbatas," katanya. 

Pilihan Editor:  Lari, Meditasi
Read Entire Article
Bogor View | Pro Banten | | |