Soal Paket Teror Bangkai Burung untuk Aktivis Lingkungan Delima Silalahi

1 day ago 8

TEMPO.CO, Jakarta - Aktivis lingkungan dan advokat masyarakat adat, Delima Silalahi, menerima teror berupa kiriman paket mencurigakan berisi bangkai burung dalam kondisi berdarah pada Jumat pagi, 30 Mei 2025.

Paket bertuliskan "Delima" tersebut diterima di rumahnya yang terletak di kawasan Silangit, Kabupaten Toba, Sumatera Utara. Hingga saat ini, pengirim paket belum diketahui, dan kasus ini diduga berkaitan dengan aktivitas advokasi yang dilakukan Delima terhadap keberadaan perusahaan industri kehutanan PT Toba Pulp Lestari (TPL).

Penemuan Paket oleh Pekerja Rumah

Paket dalam bentuk kotak kardus itu ditemukan di atas meja di sebuah ruangan terbuka yang biasa digunakan Delima untuk menerima tamu. Menurut penuturan Delima Silalahi, paket itu pertama kali diketahui oleh seorang pekerja rumahnya sekitar pukul 08.15 WIB. Stiker bertuliskan "Kepada: Delima" tertempel di bagian atas kotak, namun tanpa informasi lain mengenai siapa pengirimnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Ibu tersebut bilang ke saya ada paket. Saya tak menaruh curiga. Setelah membuka kotak, isinya seekor burung mati dengan kondisi berdarah," kata Delima kepada Tempo pada hari yang sama.

Paket itu menjadi perhatian setelah diketahui bahwa isi kiriman bukanlah barang biasa, melainkan bangkai burung dalam kondisi yang mencurigakan. Menurut Delima, tidak ada alasan logis seseorang mengirimkan paket seperti itu selain sebagai bentuk intimidasi.

Dugaan Teror Terkait Advokasi Penutupan PT TPL

Delima Silalahi merupakan salah satu aktivis yang aktif menyuarakan penolakan terhadap keberadaan PT Toba Pulp Lestari (TPL), sebuah perusahaan bubur kertas yang telah beroperasi di wilayah Tano Batak. Dalam beberapa tahun terakhir, ia bersama sejumlah organisasi masyarakat sipil dan tokoh adat kerap menyuarakan dampak lingkungan dan sosial yang ditimbulkan oleh perusahaan tersebut.

Dalam pernyataannya, Delima mengaitkan pengiriman paket ini dengan kampanye penutupan TPL yang ia dan kelompoknya gaungkan. Menurutnya, suara penolakan terhadap perusahaan itu juga datang dari berbagai pihak, termasuk pimpinan gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP).

Ia menjelaskan bahwa saat ini dirinya tengah mempersiapkan langkah-langkah untuk melaporkan kejadian ini kepada aparat penegak hukum.

“Kami akan meminta kepolisian menciptakan situasi kondusif,” kata Delima. Ia menyebut akan menemui Kapolres dari empat wilayah, yakni Toba, Humbang Hasundutan, Tapanuli Utara, dan Samosir, bersama Kelompok Studi dan Pengembangan Prakarsa Masyarakat (KSPPM).

Berkaitan dengan Aksi Demonstrasi Buruh TPL?

Lebih lanjut, Delima menduga bahwa pengiriman paket berisi bangkai burung berdarah ini memiliki keterkaitan dengan demonstrasi yang dilakukan oleh kelompok buruh PT TPL pada 26 Mei 2025 lalu. Dalam aksi tersebut, nama Delima dan dua aktivis lingkungan lainnya disebut sebagai pihak yang dianggap bertanggung jawab atas konflik antara masyarakat dan perusahaan. Bahkan dalam orasi yang disampaikan massa, sempat terdengar seruan agar Delima ditangkap.

Menurut Delima, seruan tersebut menciptakan suasana yang tidak kondusif bagi para pembela lingkungan dan masyarakat adat yang tengah memperjuangkan hak atas tanah dan sumber daya alam di wilayahnya.

Dalam akun Facebook Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA) mengutuk keras tindakan teror dan kekerasan simbolik terhadap Delima Silalahi. Menuntut aparat penegak hukum segera mengusut tuntas dalang dibalik peristiwa ini.

"Kami menilai tindakan ini sebagai bentuk teror dan kekerasan simbolik yang sangat serius. Peristiwa ini tidak bisa dilepaskan dari konteks perjuangan Delima Silalahi bersama masyarakat adat Tano Batak dalam menuntut penutupan operasi PT Toba Pulp Lestari (TPL)-perusahaan yang selama ini dituding sebagai penyebab utama kerusakan lingkungan, perampasan tanah adat, dan penghilangan ruang hidup masyarakat adat di Tano Batak," tulis KPA, 30 Mei 2025.

"Kami menyatakan tidak takut dan tidak akan memberikan ruang bagi pihak-pihak penyebar teror yang bertujuan melemahkan perjuangan hak atas tanah rakyat. Kami bersama Delima Silalahi dan akan terus mendukung perjuangan masyarakat Tano Batak melawan PT TPL," tulisan KPA selanjutnya dengan judul #daruratagraria, Kami Bersama Delima Silalahi, Hentikan teror dan IntimidasiTerhadap Pejuang Hak Atas Tanah.

Respons PT Toba Pulp Lestari

Menanggapi tudingan tersebut, pihak PT Toba Pulp Lestari membantah keterlibatan dalam aksi demonstrasi yang menyerukan penangkapan para aktivis lingkungan. Corporate Communication Head PT TPL, Salomo Sihotang, menegaskan bahwa perusahaan tidak berada di balik aksi tersebut. Apalagi sampai menyerukan adanya penangkapan. 

“TPL membuka ruang dialog dan menerima masukan dari semua pihak yang ingin menciptakan keberlanjutan yang adil dan bertanggung jawab di wilayah Tano Batak,” kata Salomo saat dihubungi secara terpisah.

Ia menambahkan bahwa perusahaan menghormati hak setiap individu maupun kelompok untuk menyampaikan pendapat, selama dilakukan berdasarkan data dan fakta yang akurat. Menurutnya, audit menyeluruh terhadap operasional PT TPL telah dilakukan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada periode 2022 hingga 2023, dengan hasil yang menyatakan bahwa perusahaan taat terhadap seluruh ketentuan hukum dan tidak ditemukan pelanggaran dalam aspek lingkungan maupun sosial.

Sahat Simatupang berkontribusi dalam penulisan artikel ini.
Read Entire Article
Bogor View | Pro Banten | | |