Rudiantara Sebut Indonesia Belum Butuh Jaringan 5G, 4G Sudah Cukup

6 hours ago 3

TEMPO.CO, Jakarta - Mantan Menteri Komunikasi dan Informatika, Rudiantara, menyoroti kebutuhan pengguna internet di Indonesia terhadap jaringan 5G. Menurutnya, saat ini pasar 5G lebih banyak menyasar korporasi, sementara pengguna umum masih belum menunjukkan minat tinggi karena harga layanan yang relatif mahal.

Rudiantara menilai kehadiran jaringan 5G perlu didukung oleh proyek infrastruktur digital yang memadai. Namun, hingga kini masih ada wilayah-wilayah di Indonesia yang belum menikmati pemerataan akses internet. Kondisi ini, menurut dia, menjadi pekerjaan rumah yang harus diselesaikan pemerintah.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Komisaris Utama PT Amartha Mikro Fintek ini menyebut banyak pengguna merasa jaringan 4G sudah mencukupi untuk kebutuhan sehari-hari. “Kalau bicara masyarakat akar rumput, Indonesia sebenarnya tidak membutuhkan 5G untuk memenuhi kebutuhan penggunanya. 4G saja sudah cukup,” ujarnya dalam perhelatan Amartha Asia Grassroot Forum di Nusa Dua, Bali, Kamis, 22 Mei 2025.

Ia menambahkan, jaringan 5G sejauh ini belum memiliki pasar konsumen yang jelas di Indonesia karena mayoritas pengguna belum merasa membutuhkan teknologi tersebut. Masyarakat, kata dia, lebih menginginkan internet yang terjangkau namun tetap mumpuni untuk aktivitas digital. “Ketika saya berbicara dengan orang-orang. Saya bertanya apakah mereka ingin koneksi internet yang lebih cepat. Mereka menjawab butuh. Tapi saat tahu harus membayar lebih mahal, mereka justru menolak. Inilah karakter pasar Indonesia dari sisi infrastruktur digital,” ucapnya.

Sementara itu, pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) terus mendorong pertumbuhan jaringan internet nasional agar dapat menjangkau pasar 5G yang lebih luas. Salah satu upaya yang dilakukan adalah menjalin kerja sama internasional dalam pengembangan jaringan 5G.

Wakil Menteri Komdigi, Nezar Patria, menyatakan bahwa Indonesia berminat memperluas konektivitas internasional, termasuk dalam peningkatan kapasitas jaringan (bandwidth) untuk internet dan transmisi data. Ia meyakini bahwa akses internet cepat dengan harga terjangkau bisa diwujudkan lewat kolaborasi tersebut.

Pada April lalu, Kementerian Komdigi juga menerima kunjungan dari pemerintah Rusia untuk menjajaki peluang kerja sama pengembangan jaringan 5G di Indonesia. Menurut Nezar, Rusia sudah sedikit lebih unggul dalam aspek teknologi jaringan.

Negara yang dipimpin Vladimir Putin itu memiliki biaya internet murah, yakni kurang dari US$4 untuk kecepatan 100 megabit per detik (Mbps). “Jika kami bekerja sama, kami dapat menurunkan biaya internet seperti Rusia. Jadi menurut saya, ini adalah inisiatif yang bagus dan mudah-mudahan dapat menciptakan kolaborasi untuk menindaklanjuti inisiatif ini,” kata Nezar.

Read Entire Article
Bogor View | Pro Banten | | |