Review Warrior Nun: Aksi, Fantasi, dan Women Empowerment di Balik Perjuangan Perempuan

5 hours ago 1

CANTIKA.COM, JakartaWarrior Nun bukan sekadar serial aksi-fantasi biasa. Tayang di Netflix dan diangkat dari komik karya Ben Dunn, serial ini membawa angin segar dalam dunia superhero dengan menempatkan perempuan sebagai garda terdepan pertempuran antara cahaya dan kegelapan. Di balik baju biarawati dan simbol-simbol religius, tersembunyi kekuatan yang tak hanya supranatural, tapi juga simbolis: keberanian perempuan untuk mengambil alih takdirnya sendiri.

Dari Yatim Piatu Menjadi Pejuang Cahaya

Ceritanya berpusat pada Ava Silva (diperankan dengan sangat ekspresif oleh Alba Baptista), seorang gadis yatim piatu yang selama hidupnya hanya mengenal batasan—baik secara fisik maupun emosional. Hidupnya berubah drastis ketika ia secara ajaib dihidupkan kembali oleh artefak suci bernama Halo, yang ditanamkan ke dalam tubuhnya oleh ordo rahasia bernama Order of the Cruciform Sword (OCS). Tiba-tiba, Ava bukan hanya hidup kembali, tapi menjadi pemegang kekuatan surgawi yang menjadikannya bagian dari pasukan biarawati pejuang.

Namun, jangan bayangkan sosok biarawati yang konvensional. Para perempuan di OCS jauh dari stereotip perempuan “lemah lembut.” Mereka tangguh, cerdas, berani, dan memiliki prinsip hidup yang kuat. Masing-masing karakter mewakili spektrum kekuatan perempuan yang luas dan kompleks.

Karakter Perempuan yang Kuat dan Autentik

Salah satu kekuatan utama Warrior Nun adalah cara serial ini menampilkan perempuan bukan hanya sebagai pelengkap narasi pria, tetapi sebagai tokoh sentral dengan kedalaman karakter yang solid. Ada Shotgun Mary (Toya Turner), biarawati pemberontak yang lebih percaya pada senjata dan insting daripada dogma. Ada juga Sister Beatrice (Kristina Tonteri-Young), pejuang yang tenang, strategis, dan sangat tangguh, namun menyimpan kompleksitas emosional dalam dirinya.

Serial ini berhasil menyampaikan pesan women empowerment tanpa menjadi khotbah. Para karakter perempuan tidak diglorifikasi secara berlebihan, tapi ditampilkan dengan sisi manusiawinya—mereka bisa marah, ragu, bahkan membuat kesalahan. Namun yang paling penting, mereka terus memilih untuk bertarung, baik secara harfiah maupun batiniah.

Aksi, Visual, dan Nuansa Religius yang Unik

Dari sisi teknis, Warrior Nun memanjakan penonton dengan koreografi pertarungan yang intens dan sinematografi yang gelap namun artistik. Setiap adegan aksi tidak hanya seru, tapi juga membawa bobot emosional karena kita tahu perjuangan setiap tokohnya bukan hanya soal menang atau kalah, tapi tentang identitas dan pengorbanan.

Nuansa religius yang kuat juga menjadi pembeda serial ini dari drama aksi lainnya. Tapi jangan khawatir—Warrior Nun tidak berkhotbah, melainkan mengajak penonton merenung tentang iman, kebebasan, dan tanggung jawab atas kekuatan yang dimiliki.

Lebih dari Sekadar Serial Aksi

Dengan rating tinggi di Rotten Tomatoes, khususnya musim kedua yang meraih skor sempurna 100%, Warrior Nun adalah bukti bahwa serial dengan pemeran utama perempuan bisa seimbang antara aksi, kedalaman karakter, dan narasi yang kuat. Bagi penonton yang mencari tontonan penuh adrenalin, makna, dan representasi perempuan yang menginspirasi, Warrior Nun adalah pilihan yang layak disaksikan.

Dan yang paling mengesankan? Di dunia di mana perempuan sering diharapkan tunduk, para biarawati ini memilih untuk bangkit, melawan, dan menulis takdir mereka sendiri dengan darah, keberanian, dan keyakinan.

Pilihan Editor: Sinopsis Film Thunderbolts* Babak Baru Kisah Antihero Marvel

NETFLIX

Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika

Read Entire Article
Bogor View | Pro Banten | | |