TEMPO.CO, Jakarta - Setelah Paus Fransiskus wafat pada 21 April 2025, Gereja Katolik Roma bersiap melakukan konklaf untuk memilih Paus baru. Para kardinal dari seluruh dunia akan berkumpul di Kapel Sistina dalam proses tertutup yang akan menentukan siapa yang akan menjadi Paus ke-267. Seperti dalam konklaf sebelumnya, belum ada kepastian mengenai siapa yang akan terpilih hingga pengumuman resmi dilakukan melalui asap putih dari cerobong kapel.
Sejumlah nama telah disebut sebagai calon potensial, termasuk Kardinal Pietro Parolin dari Italia, yang kini menjabat sebagai Sekretaris Negara Vatikan. Ia dianggap sebagai salah satu tokoh yang memiliki pengalaman dan posisi yang relevan dalam struktur kepemimpinan Gereja Katolik.
Latar Belakang dan Karier di Vatikan
Melansir laman Press Vatican, Pietro Parolin lahir pada 17 Januari 1955 di Schiavon, Italia. Ia mulai menjalani pendidikan seminari sejak usia 14 tahun dan ditahbiskan menjadi imam pada 27 April 1980. Setelah itu, ia melanjutkan pendidikan di Akademi Gerejawi Kepausan dan meraih gelar doktor dalam hukum kanon dari Universitas Kepausan Gregoriana.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pada 1986, Parolin memulai karier diplomatiknya di Takhta Suci dengan penugasan di Nigeria dan Meksiko. Ia juga terlibat dalam sejumlah urusan internal Gereja, termasuk implementasi revisi Perjanjian Lateran tahun 1984. Pada tahun 2002, ia diangkat sebagai Wakil Sekretaris untuk Hubungan Antarnegara di Sekretariat Negara.
Pietro Parolin kemudian ditugaskan sebagai Nunsius Apostolik untuk Venezuela pada 2009, sebelum diangkat menjadi Sekretaris Negara Vatikan oleh Paus Fransiskus pada 2013. Ia menerima gelar kardinal pada 2014 dan saat ini menjadi anggota sejumlah dewan dan dikasteri, termasuk untuk Ajaran Iman, Gereja-Gereja Timur, Pewartaan Injil, serta Ibadah Ilahi dan Disiplin Sakramen.
Peran Diplomatik
Sebagai Sekretaris Negara, Parolin memegang peran penting dalam hubungan luar negeri Vatikan. Ia dikenal terlibat dalam negosiasi dengan berbagai negara, termasuk kesepakatan antara Vatikan dan pemerintah Tiongkok pada 2018 terkait penunjukan uskup. Kesepakatan ini memicu perdebatan di kalangan internal Gereja Katolik, dengan pendapat yang beragam mengenai dampaknya terhadap otonomi Gereja di negara tersebut.
Parolin juga terlibat dalam sejumlah upaya dialog di kawasan Timur Tengah dan Asia, serta mewakili Takhta Suci dalam kerja sama dengan organisasi internasional, terutama terkait isu hak asasi manusia dan kebebasan beragama.
Posisi dalam Konklaf
Sebagai pejabat tinggi dalam struktur Vatikan dan orang yang dekat dengan kebijakan-kebijakan Paus Fransiskus, Parolin dianggap sebagai salah satu kandidat yang diperhitungkan dalam konklaf mendatang. Pengamat menilai bahwa pengalamannya dalam diplomasi dan administrasi Gereja Katolik bisa menjadi faktor penentu dalam pemungutan suara.