Profil dan Karier Sushila Karki, Perdana Menteri Perempuan Pertama Nepal

2 hours ago 4

CANTIKA.COM, Jakarta - Sushila Karki dilantik menjadi Perdana Menteri Nepal pada Minggu, 14 September 2025. Ia mencetak sejarah sebagai menteri perempuan pertama di Nepal. 

Seperti dilansir France24, ia menggantikan Khadga Prasad Oli, yang terpaksa mengundurkan diri dan meninggalkan kediaman resminya di tengah protes keras pemuda terkait korupsi.

"Kami harus bekerja sesuai dengan pemikiran generasi Gen Z. ... Yang dituntut kelompok ini adalah pemberantasan korupsi, tata kelola pemerintahan yang baik, dan kesetaraan ekonomi," kata Karki, dalam pernyataan publik pertamanya sejak menjabat pada Jumat. "Anda dan saya harus bertekad untuk memenuhinya."

Sushila Karki, mantan ketua Mahkamah Agung, menjadi calon Perdana Menteri (PM) Nepal yang diajukan demonstran Generasi Z (Gen Z). Ia adalah mantan hakim perempuan yang terkenal karena sikapnya yang tegas dan antikorupsi.

Seperti dilansir Deccan Herald dan India Express pada 11 September 2025, meskipun ia kurang memiliki pengalaman politik dan eksekutif, reputasi antikorupsi inilah yang mendorong para pengunjuk rasa Gen Z Nepal mengajukan namanya sebagai perdana menteri sementara. Ia akan menjabat selama enam bulan.

Ia menjabat sebagai Ketua Mahkamah Agung Nepal dari Juli 2016 hingga Juni 2017, menjadikannya hakim perempuan pertama yang memimpin lembaga yudikatif tertinggi dalam sejarah negara tersebut. Ia memulai kariernya sebagai advokat pada 1979, di Biratnagar, dan sejak itu putusannya telah dipuji oleh gen Z Nepal.

Profil Sushila Karki

Sushila Karki lahir pada 7 Juni 1952, dan merupakan kakak perempuan tertua dari tujuh bersaudara. Ia meraih gelar Sarjana Hukum (BA) pada 1972 dari Kampus Mahendra Morang dan gelar Magister Ilmu Politik (MA) pada 1975 dari Universitas Hindu Banaras.

Sushila juga meraih gelar sarjana hukum dari Universitas Tribhuvan pada 1978 hingga kemudian memulai karier di pendidikan tinggi.

Pada periode ini, ia menikahi Durga Subedi, mantan gurunya. Ia kemudian menyebut Subedi sebagai "sahabat dan pembimbing paling andal dalam krisis dan segala musim".

Subedi, seorang pemimpin Partai Kongres Nepal, termasuk di antara empat orang yang pada Juni 1973 membajak pesawat Nepal Airlines. Pesawat ini mengangkut 40 lakh poundsterling dari Biratnagar ke Bank Sentral Kathmandu, memaksanya mendarat di Forbesganj di distrik Purnea, Bihar.

Uang tersebut diserahkan kepada G P Koirala, yang menunggu di sana untuk membeli senjata guna mewujudkan rencana Kongres Nepal untuk perjuangan bersenjata demi demokrasi.

Karier di Dunia Hukum

Setelah puas menjadi dosen, Sushila beralih ke dunia peradilan pada 1979, menjadi advokat senior pada 2007. Ia menjadi Hakim ad-hoc di Mahkamah Agung pada 2009 dan menjadi hakim tetap di lembaga tersebut pada 2010, sebelum diangkat sebagai Ketua Mahkamah Agung.

Sejak menjadi ketua Mahkamah Agung pada 11 Juli 2016, Sushila Karki sempat menangani beberapa kasus antikorupsi tingkat tinggi.

Di masa jabatannya, Jaiprakash Prasad Gupta, Menteri Informasi dan Komunikasi saat itu, dihukum dalam kasus korupsi.

Sushila Karki juga menjatuhkan vonis berat terhadap Lokman Singh Karki, mantan Ketua Komisi Investigasi Penyalahgunaan Wewenang Nepal.

Pada 2017, ia diskors untuk sementara waktu setelah anggota parlemen dari CPN (Maoist Centre) dan Kongres Nepal menuduhnya memberikan penilaian yang dilaporkan bias, setelah mereka mengajukan pemberitahuan pemakzulan terhadapnya.

Surat itu kemudian ditarik karena tekanan publik dan perintah sementara Mahkamah Agung yang mencegah proses persidangan di Parlemen.

Beberapa kasus penting yang ditanganinya antara lain Prithivi Bahadur Pandey v. Pengadilan Distrik Kathmandu, yang menangani pencetakan uang kertas polimer di Australia, dan Om Bhakta Rana v. CIAA/Pemerintah Nepal, yang menangani korupsi selama misi pasukan penjaga perdamaian Nepal.

Ia juga telah menerbitkan dua buku, Kara (sebuah buku yang berlatar di Penjara Biratnagar tempat ia menghabiskan beberapa waktu sebagai tahanan, dan mengeksplorasi penindasan serta kesulitan yang dialami perempuan Nepal) serta Nyaya (sebuah autobiografi).

Dalam sebuah dialog virtual pada Rabu, Karki mengatakan telah menerima permintaan untuk menjabat sebagai Perdana Menteri sementara Nepal. Dalam wawancara dengan CNN-News18, ia mengkonfirmasi bahwa "anak laki-laki dan perempuan", begitu ia menyebut Gen Z, telah memilihnya, saat ia meninjau pemerintahan Nepal selama bertahun-tahun

"Selalu ada masalah di Nepal sejak dulu. Situasinya sangat sulit sekarang," ujarnya. Di tengah protes dan jam malam, dunia tetap menjadi pengamat di persimpangan jalan negara ini.

"Kami akan bekerja sama untuk pembangunan Nepal. Kami akan mencoba membangun awal yang baru bagi negara ini," tandas Sushila Karki dengan penuh harapan.

Pilihan Editor: Mengenal Najla Bouden Romdhane, Perdana Menteri Perempuan Pertama dari Tunisia

SITA PLANASARI

Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi Terkini Gaya Hidup Cewek Y dan Z di Instagram dan TikTok Cantika.

Read Entire Article
Bogor View | Pro Banten | | |