TEMPO.CO, Jakarta - Meksiko pada Ahad 1 Juni 2025 menyelenggarakan pemilu yudisial pertamanya, yang menimbulkan kontroversi dan menimbulkan kebingungan di kalangan pemilih. Seperti dilansir ABC News, pemilihan umum untuk menunjuk hakim itu membingungkan pemilih, karena mereka kesulitan memahami proses yang akan mengubah sistem peradilan negara tersebut.
Partai berkuasa di Meksiko, Morena, merombak sistem peradilan akhir tahun lalu. Perombakan ini memicu protes dan kritik bahwa reformasi tersebut merupakan upaya untuk memanfaatkan popularitas politik guna menguasai cabang pemerintahan yang selama ini berada di luar jangkauan mereka.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Ini adalah upaya untuk mengendalikan sistem peradilan, yang selama ini menjadi semacam duri dalam daging bagi mereka yang berkuasa,” kata Laurence Patin, direktur organisasi hukum Juicio Justo di Meksiko. "Namun, ini adalah penyeimbang, yang ada dalam setiap demokrasi yang sehat."
Sekarang, alih-alih hakim diangkat berdasarkan sistem prestasi dan pengalaman, pemilih Meksiko akan memilih di antara sekitar 7.700 kandidat yang bersaing untuk lebih dari 2.600 posisi hakim.
Presiden Meksiko Claudia Sheinbaum dan sekutu partai mengatakan pemilu adalah cara untuk membersihkan sistem peradilan dari korupsi di negara yang telah lama menghadapi impunitas tingkat tinggi.
Namun, para kritikus menyebut pemungutan suara tersebut dapat merusak demokrasi dan membuka sistem peradilan lebih jauh bagi kejahatan terorganisasi dan pelaku korupsi lainnya yang ingin menguasai kekuasaan.
Proses tersebut semakin kacau menjelang pemungutan suara.
Organisasi masyarakat sipil seperti Defensorxs telah mengibarkan bendera merah tentang sejumlah kandidat yang mencalonkan diri dalam pemilihan umum. Ini termasuk pengacara yang mewakili beberapa pemimpin kartel paling ditakuti di Meksiko dan pejabat lokal yang dipaksa mengundurkan diri dari jabatan mereka karena skandal korupsi.
Di antara mereka yang mencalonkan diri adalah mantan narapidana yang dipenjara selama bertahun-tahun karena perdagangan narkoba ke Amerika Serikat. Ada pula sejumlah kandidat yang memiliki hubungan dengan kelompok agama yang pemimpin spiritualnya berada di balik jeruji besi di California setelah mengaku bersalah melakukan pelecehan seksual terhadap anak di bawah umur.
Pada saat yang sama, para pemilih dihantui kebingungan atas proses pemungutan suara yang menurut Patin disusun dengan tergesa-gesa. Para pemilih sering kali harus memilih dari lebih dari seratus kandidat yang tidak diizinkan untuk menyuarakan afiliasi partai mereka dengan jelas atau melakukan kampanye yang meluas.
Akibatnya, banyak warga Meksiko mengatakan bahwa mereka akan memilih tanpa mengetahui sosok kandidat. Otoritas pemilu Meksiko telah menyelidiki panduan pemilih yang dibagikan di seluruh negeri, yang menurut para kritikus merupakan langkah terang-terangan oleh partai politik untuk menguntungkan mereka.
“Partai politik tidak akan hanya duduk dengan tangan terlipat,” kata Patin.
Miguel Garcia, mantan pekerja konstruksi berusia 78 tahun, berdiri di depan Mahkamah Agung Meksiko pada Jumat sambil mengamati serangkaian poster, panduan pemilih yang memuat wajah dan nomor kandidat.
Dia dengan bersemangat menuliskan nama-nama mereka di secarik kertas kecil dan mengatakan bahwa dia telah melakukan perjalanan ke seluruh Kota Meksiko untuk mencoba mencari informasi sebelum pemungutan suara. Namun, dia tidak dapat menemukan informasi apa pun selain di luar gedung pengadilan.
“Di lingkungan tempat saya tinggal, tidak ada informasi untuk kami,” katanya. “Saya bingung, karena mereka menyuruh kami keluar dan memilih, tetapi kami tidak tahu harus memilih siapa.”