TEMPO.CO, Jakarta - Badan Gizi Nasional (BGN) mengatakan minyak jelantah bekas memasak menu Makan Bergizi Gratis atau MBG bisa dijual lagi. Hal ini disampaikan oleh Kepala BGN Dadan Hindayana dalam sebuah video tanya jawab di akun YouTube BGN.
“Jelantahnya kemudian bisa ditampung, dijual dengan harga yang lebih tinggi. Kenapa? Karena akan digunakan untuk bioavtur kan, untuk pesawat terbang,” ujar Dadan dalam video BGN Talks Episode 1 yang disiarkan daring melalui akun YouTube resmi BGN, pada Ahad, 1 Juni 2025.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dia mengatakan, program MBG ini mempunyai multiplier effect dan menggerakkan perekonomian daerah. Selain minyak jelantahnya bisa dijual, Dadan menyebut sampah organik dari MBG juga bisa dimanfaatkan untuk makanan maggot hingga pupuk organik.
“Itu ceritanya sudah cukup bagus lah di daerah-daerah itu. Banyak tadinya anak-anak muda yang bekerja serampangan, akhirnya bisa mengelola sampah, dan lain-lain,” ujar Dadan.
Dadan bercerita, sejumlah restoran, hotel, bahkan gudang padi, telah berubah menjadi Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) yang menyediakan menu MBG. “Beberapa restoran yang sudah declining dari segi bisnisnya misalnya sepert di Cibubur ada satu restoran seafood yang ramainya hanya Sabtu-Minggu. Mungkin customer-nya sebulan tidak akan lebih dari 1.000, sekarang berubah menjadi SPPG dengan fixed customer 3.000 per hari,” tutur Dadan.
Dengan demikian, kata dia, terjadilah peningkatan perekonomian. Mulai dari tenaga kerja yang meningkat, pendapatan harian tumbuh, hingga berdampak pada rantai pasok.
Dadan menyebut, ada pula penyedia catering di Halmahera yang dulunya sepi pelanggan, kini melayani 3.500 orang pelanggan setelah menjadi mitra MBG.
“Ada catering di Halmahera sana yang mungkin mendapatkan ordernya hanya 4-5 kali sebulan. Sekarang mengelola 3.500 customer fixed setiap hari. Jadi, mereka senang sekali,” kata dia.
Selain itu, ada bekas gudang padi di Jawa Tengah kini digunakan menjadi SPPG. Kemudian, di Bandung ada bekas pabrik tekstil yang kini juga sudah berubah menjadi SPPG.
“Di Jakarta, kafe yang tadinya sudah mulai declining, tidak ada customer-nya, berubah menjadi SPPG. Di Jambi sebentar lagi akan ada hotel yang berubah menjadi SPPG,” tutur Dadan.