TEMPO.CO, Jakarta - Kucing dan anjing telah lama menjadi pilihan hewan peliharaan bagi banyak manusia. Interaksi yang terjalin antara manusia dengan kucing maupun anjing telah lama menjadi bagian penting dalam kehidupan banyak orang. Lebih dari sekadar teman, kedua hewan ini dikenal memiliki kemampuan khusus dalam membaca dan merespons emosi manusia.
Kedua hewan peliharaan ini memiliki cara unik dan berbeda dalam mengenali serta merespons emosi manusia. Pemahaman tentang bagaimana keduanya mengenali emosi manusia tidak hanya memperkaya hubungan antara manusia dan hewan, tetapi juga membuka peluang untuk meningkatkan kesejahteraan emosional keduanya melalui komunikasi yang lebih baik.
Cara Kucing Mengenali Emosi Pemiliknya
Dilansir dari Animal Wised, kucing mampu merasakan suasana hati manusia. Hewan lucu berbulu ini banyak menghabiskan waktu untuk memahami pemiliknya. Kucing akan merespons emosi manusia dengan mengubah perilaku sesuai perasaan pemiliknya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kucing sangat peka terhadap hubungan emosional dengan manusia. Kucing melihat manusia bukan hanya sebagai pemberi makan, tetapi juga sebagai sumber rasa aman dan kasih sayang. Kucing bahkan bisa menangkap kondisi kesehatan pemiliknya sebagai bagian dari hubungan itu.
Berdasarkan penelitian dari University of Nottingham Trent dan University of Lincoln, para peneliti mengadakan survei pada 3.000 pemilik kucing di Inggris Raya. Mereka menjawab pertanyaan tentang perilaku, aktivitas, rutinitas, dan kesehatan kucing yang dipelihara.
Data tersebut kemudian dibandingkan dengan gaya hidup, kepribadian, dan suasana hati pemilik untuk melihat pengaruhnya terhadap kucing. Ahli psikologi eksperimental, kognitif, dan perilaku melakukan serangkaian tes pada kucing dan pemiliknya. Penelitian ini juga membandingkan reaksi kucing saat berinteraksi dengan pemilik dan orang asing. Mereka mengamati gerakan, bahasa tubuh, dan komunikasi suara yang berbeda-beda.
Hasilnya, saat kucing tahu pemiliknya sedang sakit atau menangis, mereka cenderung mendekat untuk memberikan dukungan. Jika pemilik bahagia, kucing sering mengangkat ekornya sebagai tanda kasih sayang. Sebaliknya, jika pemilik marah, kucing biasanya menjauh. Bahkan saat pemilik stres, kucing bisa ikut terpengaruh dan menunjukkan perubahan perilaku.
Kepekaan yang Dimiliki Anjing
Sama seperti kucing, anjing juga dapat memahami emosi yang dikeluarkan oleh manusia. Hewan peliharaan ini dapat memahami perasaan manusia dengan cara yang mirip, meski kemampuan ini sebelumnya kurang diperhatikan oleh para peneliti hewan. Menurut Kun Guo dari University of Lincoln, Inggris, anjing menggunakan dua indera berbeda untuk membedakan emosi, mirip dengan cara manusia mengenalinya.
Dalam sebuah penelitian, para ilmuwan menguji 17 anjing peliharaan yang tidak pernah dilatih sebelumnya. Anjing-anjing ini diperlihatkan gambar dan suara yang mewakili emosi positif dan negatif secara berulang. Mereka menggunakan indera penglihatan dan pendengaran untuk mengenali rangsangan tersebut.
Hasilnya menunjukkan anjing menghabiskan waktu lebih lama saat melihat ekspresi wajah yang cocok dengan nada suara yang didengar. Dari sini, peneliti menyimpulkan bahwa anjing membentuk gambaran mental yang mampu merespons emosi positif maupun negatif berdasarkan analisis suara dan wajah.
Guo menambahkan, kemampuan anjing dalam mengkategorikan emosi secara internal belum pernah ditemukan pada makhluk lain selain manusia. Temuan ini mengubah pandangan tentang bagaimana hewan memahami emosi. Anjing yang belum pernah dilatih ternyata bisa membedakan perasaan secara alami.
Namun, peneliti lain, Danoel Mills, mengingatkan bahwa belum ada kepastian anjing benar-benar memahami emosi. Ia menegaskan ada perbedaan antara sekadar membedakan dan benar-benar memahami. Misalnya, respons anjing terhadap suara marah bisa jadi hanya perilaku asosiasi, sehingga perlu penelitian lebih lanjut
