Cara Jagatera Kelola Limbah Fast Fashion, dari Donasi ke Bata Tekstil

1 day ago 8

TEMPO.CO, Depok - Limbah tekstil fast fashion menjadi salah satu perhatian Jagatera ID, sebuah perusahaan pengelolaan sampah barang tidak pakai dan sampah daur ulang. Limbah dari gaya hidup fesyen cepat disebutkan mencapai 2,87 persen dari total komposisi sampah nasional Indonesia. 

Data Kementerian Lingkungan Hidup juga mencatat limbah industri fesyen cepat menyumbang 8-10 persen emisi karbon global. Atau, setara satu truk sampah tekstil setiap detiknya dari industri ini. Industri ini juga disebut membutuhkan 93 miliar meter kubik air per tahun yang setara dengan 31 kali kapasitas Waduk Jatiluhur di Jawa Barat. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Berikhtiar untuk ikut mengurangi limbah industri fast fashion, Jagatera ID sejak 2014 lalu mengumpulkan pakaian bekas yang kemudian didonasikan kepada masyarakat prasejahtera. Pendiri sekaligus CEO Jagatera ID, Denny M. Pondiu, mengaku kalau beberapa industri fesyen seperti Zara, Mango, H&M, dan Uniqlo ikut andil dalam kegiatan donasi tersebut. 

"Mereka membagikan sisa produksi pakaian, atau pakaian yang overstock. Bahkan masing-masing industri memberikan sampahnya hingga 15 ribu potong pakaian kepada Jagatera ID," katanya saat ditemui di gudangnya di Depok, Jawa Barat, 26 Mei 2025. 

Menurutnya, seluruh pakaian donasi disalurkan kepada enam ribu penerima manfaat lewat berbagai konsep. Di antaranya adalah Street Store on The Bus dan Your Trash is Our Qurban pada 2018 lalu. 

Konsep Street Store on The Bus merupakan outlet baju gratis di dalam bus. "Street on The Bus sudah dilakukan keliling Jawa, Yogyakarta, Bandung, dan Surabaya didukung Menteri Sosial waktu itu," katanya. 

Sedangkan, Your Trash is Our Qurban merupakan pengelolaan sampah daur ulang dan hasilnya akan dibelikan hewan kurban. Denny menyampaikan konsep ini berhasil mengumpulkan 5 ton sampah yang diolah dan hasilnya dibelikan 6 kambing kurban. 

Dari kedua program tersebut, Denny menyatakan membagikan hingga 15 ribu potong pakaian. "Hingga kini mereka masih mendonasikan pakaian yang overstock sebagai tanggung jawab sosial perusahaan."  

Kini, Jagatera ID mulai mengembangkan konsep baru, yakni pembuatan ecobrick atau bata tekstil sebagai salah satu bentuk daur ulang pakaian bekas dan limbah barang tidak digunakan. Inovasi baru ini diberi nama JaBrik atau Jagatera Brick. 

Denny mengungkap kontrak senilai Rp 60 juta telah dijalin Jagatera dengan sebuah bank BUMN untuk mengelola pakaian dan seragam bekas atau tak terpakai milik para karyawannya. "Pengelolaan limbah tekstil ini akan dijadikan gantungan kunci, atau plakat penghargaan. Bulan depan akan launching." 

Selain JaBrik, Perusahaan yang akan dikembangkan di bawah Jagatera ID yaitu Tera Retreat dan HeartWill. Dua perusahaan pengelola sampah tekstil menjadi kapas dan benang kain dan sebuah etalase tempt menjual barang-barang yang tidak bisa di-upcycle tapi masih bisa berfungsi. "Dua-duanya sudah jalan, tapi masih baru dimulai," katanya. 

Apa Itu Fast Fashion

Fast fashion adalah istilah yang digunakan oleh industri tekstil yang memiliki berbagai model fesyen yang silih berganti dalam waktu yang sangat singkat. Industrinya biasanya menggunakan bahan baku yang murah sehingga produk tidak tahan lama atau mudah rusak.

Misalnya ketika musim panas, industri fast fashion akan memproduksi pakaian musim panas. Dan dalam waktu yang singkat, mereka akan memproduksi pakaian untuk musim dingin ketika musim dingin datang. 

"Bahkan saat ini, kebanyakan industri fast fashion memproduksi hingga 42 model fashion dalam waktu 1 tahun," kata Zero Waste Indnonesia dikutip dari situsnya.

Industri fast fashion memberi dampak buruk terhadap lingkungan lewat, antara lain, penggunaan pewarna tekstil yang murah dan berbahaya. "Sehingga dapat menyebabkan pencemaran air dan beresiko terhadap kesehatan manusia."

Read Entire Article
Bogor View | Pro Banten | | |