TEMPO.CO, Tangerang - Presiden Asosiasi Pilot Garuda Indonesia Ruli Wijaya memastikan konflik internal antara manajemen dengan pengurus serikat karyawan Garuda tidak mempengaruhi layanan penerbangan haji. "Saya pastikan tidak akan ada satu pun yang bisa merusak (penerbangan haji), saya garansi," kata Ruli saat menggelar konfrensi pers di Bintaro, Tangerang Selatan, Senin 26 Mei 2025.
Ruli mengatakan, penerbangan haji adalah hajat nasional dan akan menjadi suatu keberkahan untuk negara Indonesia. Dia memastikan penerbangan haji akan tetap berjalan normal dan lancar hingga proses pemulangan jemaah haji ke Tanah Air.
Konflik antar karyawan dan manajemen yang berkepanjangan dalam tubuh maskapai Garuda Indonesia telah menimbulkan keresahan, tak terkecuali para pilot.
Adapun sejumlah pemicu konflik internal di tubuh Garuda Indonesia adalah proses rekrutmen 14 eks karyawan Lion Air, pemotongan iuran anggota serikat pekerja hingga dugaan kriminalisasi pengurus serikat.
Asosiasi Pilot Garuda Indonesia menyatakan prihatin dengan konflik berkepanjangan yang terjadi antara manajemen dan karyawan maskapai nasional tersebut. "Konflik ini telah menimbulkan keresahan di internal perusahaan termasuk para penerbang (pilot)," kata Ruli.
APG lantas menyampaikan lima poin dalam menyikapi kisruh dalam tubuh perusahaan pelat merah itu. Pertama, terkait dengan perekrutan yang tidak sejalan denganGood Corporate Governance (GCG) dan semangat efisiensi.
"Kami mencermati bahwa pelaksanaan program perekrutan yang dilakukan oleh manajemen mengandung sejumlah kejanggalan yang perlu dikaji ulang, khususnya dari sisi prinsip-prinsip Good Corporate Governance (GCG)," kata Wakil Presiden APG Rendy Wiryo Kusumo.
Selain itu, kata Rendy, langkah tersebut juga tidak selaras dengan semangat efisiensi yang saat ini menjadi fokus utama pemerintah maupun perusahaan.
Kedua, terkait dengan gagalnya komunikasi manajemen dan serikat pekerja. Menurut Rendy, komunikasi yang tidak terjalin secara efektif antara manajemen sebagai pemangku kebijakan dan Serikat Pekerja telah menghambat terciptanya hubungan industrial yang harmonis antara karyawan dan manajemen, yang semestinya menjadi dasar dalam membangun perusahaan yang sehat.
Masalah ketiga yang disoroti APG adalah pembatasan terhadap kebebasan berpendapat. "Upaya kami dalam menyampaikan pendapat sering kali direspons dengan pembatasan, meskipun telah dilakukan sesuai dengan peraturan perusahaan dan perundang-undangan yang berlaku," kata Rendy.
Padahal, ujar dia, seluruh masukan yang disampaikan merupakan bentuk kepedulian terhadap Garuda Indonesia sebagai flag carrier nasional. "Sayangnya, manajemen cenderung memandang kami sebagai pihak yang berseberangan, alih-alih melihat potensi kontribusi dari pengalaman dan kompetensi yang kami miliki sebagai bagian dari aset strategis perusahaan."
Poin keempat perihal pemutusan sepihak pemotongan iuran serikat. Rendy menduga adanya upaya pelemahan terhadap Serikat Pekerja melalui penghentian mendadak bantuan pemotongan iuran keanggotaan dari sistem payroll pegawai.
"Langkah ini mencerminkan tidak adanya itikad baik dari Perusahaan dalam menjaga kemitraan
yang sehat antara Serikat dan Manajemen dalam membangun PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk," ujarya.
Adapun pada poin kelima, APG menyikapi dugaan kriminalisasi terhadap pengurus serikat. Terdapat dugaan upaya kriminalisasi terhadap Ketua-ketua Serikat Pekerja melalui pelaporan kepada pihak kepolisian terkait Berita Pers yang dikeluarkan oleh Sekretariat Bersama.
"Tindakan ini patut dipertanyakan, karena tidak sejalan dengan amanat Undang- Undang Dasar 1945 yang menjamin hak setiap warga negara untuk berserikat dan menyampaikan pendapat, baik secara lisan maupun tertulis," ujar Rendy.
Menyikapi permasalahan tersebut, APG meminta Presiden Prabowo Subianto, Menteri BUMN Erick Thohir serta pemegang saham untuk segera mengevaluasi menyeluruh terhadap kinerja manajemen Garuda Indonesia. "Demi menjaga keberlangsungan bisnis Garuda Indonesia dengan tetap mengedepankan aspek keselamatan (safety) dan pelayanan terbaik kepada pelanggan," kata Ruli.
Pilihan Editor: Mengapa Harga Tiket Pesawat Mahal