Alasan Pemerintah Buat Penulisan Ulang Sejarah Indonesia

5 hours ago 3

TEMPO.CO, Jakarta - Menjelang peringatan 80 tahun kemerdekaan Indonesia pada Agustus 2025, pemerintah melalui Kementerian Kebudayaan menggagas proyek besar penulisan ulang sejarah Tanah Air. Menteri Kebudayaan, Fadli Zon mengatakan proyek ini akan melibatkan 100 sejarawan dari berbagai perguruan tinggi.

“Tujuan penulisan ini untuk menghasilkan buku yang merupakan ‘sejarah resmi’ (official history) dengan orientasi dan kepentingan nasional, untuk meningkatkan rasa kebangsaan dan cinta Tanah Air. Buku ini akan ditulis sebanyak 10 (sepuluh) jilid oleh sejarawan Indonesia sendiri secara kolektif,” demikian dikutip dari draf Kerangka Konsep Penulisan Sejarah Indonesia.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Proyek penulisan ulang sejarah nasional ini direncanakan akan menghasilkan 10 jilid buku sejarah resmi yang akan menjadi rujukan utama bagi bangsa Indonesia ke depan. Selain itu, apa saja alasan utama di balik proyek ambisius ini? Berikut penjelasan lebih lanjut di balik penulisan ulang sejarah nasional.

Penyesuaian dengan Temuan Baru

Salah satu alasan utama yang disampaikan oleh Kementerian Kebudayaan adalah perlunya memperbarui cerita sejarah Indonesia berdasarkan penemuan terbaru dari para ahli dan arkeolog. Fokus utama dari pembaruan ini adalah masa prasejarah. Penemuan-penemuan baru menunjukkan bahwa sejarah peradaban di Indonesia ternyata jauh lebih tua daripada yang selama ini diajarkan

Seperti di Gua Leang-Leang, Maros, Sulawesi Selatan, para peneliti menemukan bukti bahwa usia gua tersebut jauh lebih tua dari perkiraan sebelumnya. Dari yang awalnya diperkirakan sekitar 5.000 tahun, kini diketahui usianya mencapai antara 40.000 hingga 52.000 tahun. Artinya, sejarah peradaban di Indonesia jauh lebih panjang dan kaya dari yang kita kira.

Selain itu, karya-karya sejarawan muda seperti disertasi dan tesis yang belum pernah dimasukkan dalam buku sejarah lama juga akan dimasukkan dalam revisi ini. Buku-buku sejarah yang selama ini menjadi rujukan, seperti Sejarah Nasional Indonesia pada1980-an dan Indonesia dalam Arus Sejarah pada 2012, akan tetap menjadi dasar, tapi akan diperbarui secara menyeluruh agar lebih tepat dan ilmiah.

Mengoreksi Narasi Lama, Terutama di Masa Kolonialisme

Penulisan ulang sejarah ini akan diterbitkan secara resmi dengan dukungan dana dari Kementerian Kebudayaan, bekerja sama dengan Masyarakat Sejarawan Indonesia (MSI). Narasi sejarah Indonesia yang selama ini diajarkan, terutama tentang masa kolonialisme, dianggap belum sepenuhnya tepat dan sering kali menyederhanakan fakta sebenarnya. MSI pun mendorong agar masa kolonial ini dikaji kembali dengan lebih teliti.

Ketua Umum MSI, Agus Mulyana, menegaskan bahwa klaim “350 tahun dijajah” tidak berlaku sama untuk seluruh wilayah Indonesia. Selain itu, Agus pun mengatakan bahwa pembaruan narasi sejarah Indonesia ini juga akan menyentuh periodisasi sejarah hingga era pemerintahan Prabowo Subianto.

“Tidak semua daerah 350 tahun, tetapi kekuasaan VOC atau Belanda itu berproses. Aceh saja, ini contoh, tahun 1920-an bahkan tahun 1930-an Aceh itu belum ditaklukkan, artinya tidak dijajah. Ini saya kira perlu interpretasi ulang juga, bahwa kita ini bukan bangsa yang kalah,” kata Agus dalam laporan Tempo.

Memperkuat Identitas dan Rasa Kebangsaan

Penulisan ulang sejarah ini juga bertujuan untuk memperkuat rasa cinta tanah air dan semangat kebangsaan. Buku sejarah resmi yang akan dibuat diharapkan bisa menjadi simbol identitas bangsa, sekaligus memperkuat kesadaran bersama tentang siapa kita sebagai orang Indonesia. Dengan cerita sejarah yang lebih lengkap dan mewakili berbagai sudut pandang, generasi muda diharapkan bisa lebih memahami perjalanan bangsa dan merasa bangga akan warisan leluhur.

Rencananya, ada sepuluh jilid buku sejarah yang akan disusun. Berikut gambaran isi dari masing-masing jilid, berdasarkan draft awal yang diperoleh Tempo:

Jilid 1: Sejarah Awal Indonesia dan Asal-usul Masyarakat Nusantara

Jilid 2: Nusantara dalam Jaringan Global: Hubungan dengan India dan Cina

Jilid 3: Nusantara dalam Jaringan Global: Hubungan dengan Timur Tengah

Jilid 4: Interaksi dengan Bangsa Barat: Persaingan dan Kerjasama

Jilid 5: Respon Masyarakat terhadap Penjajahan

Jilid 6: Pergerakan Kebangsaan dan Bangkitnya Semangat Merdeka

Jilid 7: Perang Kemerdekaan Indonesia

Jilid 8: Masa-masa Sulit dan Ancaman Persatuan Bangsa

Jilid 9: Era Orde Baru (1967–1998)

Jilid 10: Masa Reformasi (1999–2024)

Mega Putri Mahadewi berkontribusi dalam penulisan artikel ini.

Pilihan editor: Penulisan Ulang Sejarah Indonesia

Read Entire Article
Bogor View | Pro Banten | | |